Setumpuk Pekerjaan Tiap Hari, Minta Cuti Seperti Hal Mewah Bagi PRT

Setiap masuk ke rumah majikan, pekerjaan menumpuk sudah menunggu: dari mengepel sampai cuci baju. Yang paling miris adalah ketika tak ada libur untuk PRT atau sulitnya minta cuti untuk PRT.

Beginilah rutinitas kami para PRT setiap harinya, sebagai ibu rumah tangga sekaligus bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT). Inilah aktivitas kami para PRT di Indonesia.

Sebelum berangkat bekerja, kami mesti menyiapkan segala sesuatu di rumahnya untuk keperluan keluarga. Dari mulai menyiapkan sarapan, mencuci, menyapu, membereskan tempat tidur hingga mengantarkan anak ke sekolah.

Setelah merasa pekerjaan di rumah sendiri sudah beres, kami pun bergegas pergi ke tempat kerja. Di sana setumpuk pekerjaan sudah menanti seperti: mencuci, menyetrika,  membersihkan kamar mandi, menyapu, mengepel, memasak, dan masih banyak lagi. Apalagi bagi PRT yang menginap, bagi mereka hanya sedikit waktu untuk beristirahat.

Sering sekali banyak pekerjaan yang akan mereka lakukan atas suruhan majikan, tak jarang waktu istrahat mereka digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda karena mereka harus mengerjakan pekerjaan di luar pekerjaan inti. Namun, bagi mereka para pekerja rumah tangga(PRT), tidak bisa menolak perintah tersebut, karena takut kalau menolak nanti bisa dipecat dari pekerjaannya. Ketakutan ini yang sering kami rasakan.

Padahal waktu istrahat sangatlah penting bagi PRT untuk sejenak melepas rasa lelah dan letih. Dalam benak kami, terkadang ingin sekali berkumpul bersama keluarga ketika hari libur tiba. Namun, dengan banyaknya pekerjaan dan tidak ada hari libur mingguan untuk PRT menjadikan para pekerja rumah tangga ini banyak kehilangan waktu untuk keluarganya, terutama untuk PRT yang menginap.

Banyak yang tidak berani untuk bernegosiasi dengan majikan untuk sehari saja melepaskan rasa penat dan lelahnya dengan berlibur bersama teman atau saudara. Banyak diantara mereka yang jatuh sakit karena merasakan beratnya beban kerja yang dialami tanpa ada jam istrahat yang cukup bagi PRT.

Minta Cuti Dan Menstruasi yang Sakit dan Tak Bisa Libur

PRT umumnya kebanyakan adalah perempuan juga mengalami masa di mana ketika menstruasi merasakan sakit yang amat sangat di sekitar perut. Namun, karena tuntutan pekerjaan terpaksa mereka menahan rasa sakit itu. Padahal itu sangat berbahaya dan akan mengganggu pekerjaannya sebagai PRT.

Dengan itu penting sekali ada cuti haid untuk PRT  ketika mengalami rasa sakit. Mereka berharap dengan setumpuk pekerjaan yang dikerjakan ada banyak harapan yang mereka dapat, selain mendapatkan upah yang layak. Tak cuma cuti haid, cuti umum juga masih menjadi hal mewah bagi PRT.

Pekerja rumah tangga kebanyakan datang dari daerah untuk merantau berharap dapat membantu kebutuhan ekonomi keluarganya. Mereka meninggalkan keluarga di kampung untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Banyak yang menganggap bekerja sebagai PRT adalah pilihan terakhir ketika mereka tidak mendapat pekerjaan yang mereka anggap layak. Padahal menjadi PRT itu juga butuh banyak keterampilan misalnya, ketrampilan dalam memasak dan mencuci.

Penting sekali untuk para PRT berorganisasi, agar mereka bisa bernegosiasi dengan majikan untuk mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja. Selain itu mereka juga berjuang untuk mendapatkan perlindungan hukum dengan mendesak pemerintah mengesahkan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT).

Karena sering sekali kita mendengar kekerasan yang dialami oleh PRT karena disiksa oleh majikan, keluarga, atau pun teman dekatnya. Namun, karena belum ada perlindungan bagi PRT itu sendiri, ini mengakibatkan hal-hal itu sering mereka alami dan kebanyakan proses hukumnya hanya sampai di kepolisian tanpa adanya kejelasan.

Sesungguhnya status PRT itu sendiri adalah sama seperti pekerja lain, seperti buruh ataupun Pegawai Negeri Sipil/ PNS. Mereka sama-sama memiliki pekerjaan, upah/gaji dan atasan (majikan). Bedanya PRT bekerja di dalam rumah, kalau buruh dan PNS bekerja di luar rumah.

Seandainya banyak pihak yang mau berkonstribusi dan mau berperan aktif dalam tercapainya hidup layak bagi pekerja rumah tangga, mungkin kekerasan maupun ketidakadilan yang selama ini terjadi akan semakin kurang jumlahnya.

Harapan para pekerja rumah tangga adalah segera disahkannya RUU PPRT yang mengatur perlindungan bagi pekerja rumah tangga. Jangan hanya memberikan mereka setumpuk pekerjaan, tetapi sejuta harapan mereka tidak dihiraukan.

KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisan. Tulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama www.Konde.co yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT)

Tami

Bukan Nama Sebenarnya, Sehari-hari aktif bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT)
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!