Mau Jadi Selebgram? Sekilas Menyenangkan, Padahal Banyak Pelecehan dan Makian

Tertarik jadi selebgram? Ternyata jadi selebgram itu bukan profesi yang mudah. Dibalik citra hidup serba nyaman, tak sedikit perjuangan yang harus mereka lakukan, dari dimaki sampai diserang secara personal

Menjadi inflluencer atau selebgram sepertinya terlihat mudah dan enak, kamu bisa menjalani profesi dengan berbagai pengalaman berganti-ganti, foto sana-sini, buat video, banyak teman, dapat endorse barang-barang baru dan banyak penggemar, rasanya memang semua jadi serba mudah ketika kita jadi selebgram.

Siapa sih yang tidak ingin memiliki kehidupan yang dipresentasikan serba glamor dan indah milik selebgram idaman? 

Hal ini yang mungkin sering menggelitik anak muda yang belum menemukan langkah karir di zaman pandemi yang serba tidak pasti di masa pandemi ini.

Tapi ternyata menjadi selebgram itu bukan profesi yang serba mudah. Dibalik citra hidup serba nyaman yang ditunjukkan selebgram, tak sedikit perjuangan yang harus mereka lakukan

Presenter dan selebgram asal Surabaya, Gresia Zumarda misalnya menyatakan jika kondisi pekerjaan yang ia jalani hingga hari ini merupakan pilihan karirnya sejak awal. Meski enggan disebut sebagai selebgram dengan akun 6000 lebih followers, Gresia lebih senang disebut sebagai freelancer ketimbang influencer. 

“Karena dari awal pun aku bukan terjun sebagai pekerja yang nine to five, dari awal emang udah terjun sebagai  freelancer, dan aku udah tahu kalau ini bukan pekerjaan yang saklek (tetap) jamnya, jadi kalau ditanya bagaimana membiasakan ya, jawabannya gak ada, karena aku udah tau kalau jam pekerjaan ini memang kayak gini,” katanya pada Konde.co

Gresia tak hanya melakoni endorsement melalui sosial medianya, ia juga menjadi penyiar radio, pembawa berita dan MC acara-acara formal maupun nonformal, ia bisa berpindah dari kota satu ke kota lain hanya dalam hitungan jam, jika ada yang membutuhkan jasanya, belum lagi jika ia harus segera mengupload beberapa konten ke sosial medianya.

Meski begitu, membuat konten di sosial media bukan hal yang mudah, ia sesekali juga harus berhadapan dengan komentar miring.

“Waktu itu aku pernah dapat kerjaan visit store, grand opening gitu, salah satu kuliner di Surabaya, itu tempatnya di Mall, kemudian aku posting itu di story juga feed, ternyata ada yang gak sepaham dengan apa yang aku sampaikan,” ceritanya ketika ditemui Konde.co di tengah jeda istirahat ketika ia memandu acara.

“Pernah sih dapet komen negatif seperti itu cuman ya balik lagi karena sudah mendedikasikan diri sebagai public figure gitu, rasanya komen negatif itu ya udah sih dibiarin aja, toh apa yang kita sampein udah bener, udah sesuai dengan deal klien misal penerimaan orang gak sesuai sama kita ya yaudah, karena misalnya kalau mau nurutin satu per satu komentar orang ya gak akan bisa selesai sih,” sambungnya.

Tak jarang, ia juga harus berhadapan dengan beberapa orang yang mengirimkan pesan pribadi di sosial medianya,

“Untungnya belum pernah ada ya yang melakukan sexual harassment melalui DM Instagram gitu, jangan sampe lah ya, tapi kalau DM minta kenalan atau minta nomer WA ya ada sih, tapi sekali lagi, kalau aku ya karena ini jalan yang sudah ku ambil, jadi ku hiraukan aja DM kayak gitu, kecuali kalau yang udah sampai mengganggu seperti telepon atau video call udah pasti akan blok sih,” terangnya.

Menjadi Influencer perempuan memang bukan hal yang mudah, perempuan influencer bisa saja menerima foto tak senonoh yang tiba-tiba muncul. Ini seperti yang dialami Jamie, salah satu soloist K-Pop yang sempat berada dalam naungan JYP itu pernah menceritakan pengalamannya mendapatkan pelecehan seksual di DM instagramnya.

Ia sempat mengumumkan bahwa akan melaporkan siapapun yang melecehkannya secara seksual di instastory tak lama setelah mengalami pelecehan tersebut. 

Mungkin kamu juga masih ingat dengan apa yang menimpa Irene member Red Velvet, dalam sebuah aplikasi chat bubble, yang memungkinkan penggemar untuk mengirimkan pesan dengan para artis.

Ironisnya, ketika Irene bersuara tak sedikit penggemar yang menilai hal yang dilakukan Irene berlebihan. Gerak gerik pekerja terkenal seperti serba salah, apapun yang dilakukan, harus memenuhi kepuasan para penggemar.

Bahkan, ketika Irene membaca buku “Kim Ji young, Born at 1982” karya Cho Nam Joo, seketika banyak penggemar laki-laki yang memberikan hujatan karena ia dianggap feminis. 

Atau mungkin kamu masih ingat dengan apa yang menimpa Hwasa, salah satu member dari Mamamoo? Hwasa menerima banyak hujatan hanya karena dalam salah satu pose fotonya ia tak menggunakan bra saat berada di bandara, dan ini kemudian menjadi kontroversial.

Meski menyatakan tak pernah ambil pusing terhadap komentar buruk yang ia ia dapat, namun di sisi lain, ia juga merasa sangat tersakiti oleh komentar-komentar buruk itu. Bahkan dalam single terbarunya dengan judul “Maria”, Hwasa berusaha merepresentasikan bagaimana kehidupan seorang idol sebenarnya.

Meski menjadi pekerja terkenal (famous labor) saat ini adalah impian yang paling sering dilontarkan anak muda, namun pada kenyataannya, itu juga punya resiko yang tinggi, terutama jika kamu adalah perempuan. 

Sudahkah kamu siap menjadi seorang famous labour? 

(Tulisan ini Merupakan Bagian Dari Program “Suara Pekerja: Stop Kekerasan dan Pelecehan di Dunia Kerja” yang Mendapat Dukungan Dari “VOICE”)


Reka Kajaksana

Penulis dan Jurnalis. Menulis Adalah Jalan Ninjaku

Let's share!

video

MORE THAN WORK

Mari Menulis

Konde mengundang Anda untuk berbagi wawasan dan opini seputar isu-isu perempuan dan kelompok minoritas

latest news

popular