Panggil Kami Pekerja Rumah Tangga, Bukan Pembantu

Kami adalah kumpulan para pekerja rumah tangga. Jadi sebut kami pekerja, bukan pembantu

Perkenalkan, namaku Yopi Wapikoh dan biasa dipanggil Yopi. Sudah beberapa tahun ini aku bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) di sebuah apartemen di daerah Kemang, Jakarta Selatan.

Majikanku seorang warga negara asing alias ekspatriat. Mereka sangat baik, bahkan majikanku yang perempuan sangat mendukungku untuk aktif dalam kegiatan organisasi PRT, JALA PRT yang menaungi para PRT di Indonesia.

Ketika aku bercerita tentang salah satu kawan PRT yang terkena kasus penganiayaan oleh majikannya, majikanku sangat peduli. Bahkan, waktu itu mereka memberikan sejumlah uang untuk membantu korban.

Sebelum bergabung dengan organisasi PRT, aku tidak tahu apa-apa. Aku diam saja saat upah yang aku terima di bawah standar, harus bekerja dengan jam kerja yang panjang dan tidak mendapat libur mingguan. Kini aku berani menegoisasikan hak-hakku sebagai pekerja.

Bergabung dengan JALA PRT memberikan banyak pelajaran bagiku. Dulu, sebelum aku mengenal organisasi PRT aku memang benar-benar tidak tahu apa-apa

Bahkan, ketika upah yang aku terima di bawah standar aku hanya menerima saja. Pun demikian dengan jam kerja yang panjang dan tidak sesuai dengan ketentuan, aku hanya bisa diam. Dulu, yang ada dalam pikiranku takut dipecat kalau misalkan kita minta kenaikan gaji ataupun hak untuk cuti dan libur.

Setelah bergabung dengan JALA PRT, aku jadi tahu bahwa sebutan pembantu itu salah, itu adalah istilah lama yang sudah tidak berlaku lagi. Sekarang kami menyebutnya pekerja, karena kami adalah pekerja, bukan pembantu. Kewajiban kami sama dengan pekerja lainnya, yaitu bekerja, sama dengan pekerja lain yang bekerja di pabrik atau yang bekerja kantoran.

Maka mulai sekarang, jangan lagi sebut kami pembantu, tapi panggil kami sebagai pekerja rumah tangga.

Bergabung dengan organisasi juga membuatku tahu hak dan kewajibanku sebagai PRT. Aku juga mulai berani mencoba untuk bernegosiasi dengan pemberi kerja. Haislnya, ada perubahan yang jauh lebih baik.

Sekarang ada perubahan jam kerja yang tadinya 10 jam menjadi hanya 8 jam. Upah yang tadinya di bawah standar sekarang juga sudah lebih baik, walaupun masih di bawah UMR.

Libur nasional yang tadinya masuk kerja, sekarang bisa libur. Setiap kali libur nasional, aku diminta masuk kerja, majikan akan memberi uang lembur. Selain itu juga ada libur mingguan.

Dari JALA PRT, aku juga belajar beragam keterampilan. Kami sering mengadakan pertemuan dan berbagi pengalaman dan berbagi cerita tentang pekerjaan. Dari sana aku belajar dari pengalaman kawan-kawan. Selain itu ada sekolah wawasan yang membuat aku lebih banyak mendapatkan info tentang hak pekerja, salah satunya tentang BPJS Ketenaga-kerjaan.

Itulah sekelumit pengalamanku semenjak bergabung dan mengenal organisasi PRT.

Semoga ke depan, makin banyak PRT di luar sana yang sadar akan pentingnya berorganisasi dan berjuang bersama: karena kami adalah pekerja, bukan pembantu

KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisan. Tulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama Konde.co yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT)

Yopi Wapikoh

Aktif di SPRT Sapulidi
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!