Dari Tinder hingga Grindr: Bagaimana Penggunaan Aplikasi Kencan Di Masa Pandemi

Pandemi membuat jumlah pengguna aplikasi kencan dan jumlah orang menghabiskan waktunya dalam aplikasi menjadi lebih banyak

Pandemi telah menjadi tantangan baru yang merubah cara orang berkencan.

Monogami lebih disukai di masa seperti ini,” ujar Horacio Arruda, Direktur Kesehatan Masyarakat Nasional Quebec, dalam komentarnya semasa gelombang pertama kasus COVID-19 memuncak.

Berbagai kebijakan pemerintah seperti pembatasan fisik, tinggal di rumah (stay at home), serta inisiatif-inisiatif kesehatan masyarakat lain lambat laun mengubah kencan menjadi kegiatan yang diadakan dalam bentuk daring.

Perubahan ini meningkatkan jumlah pengguna aplikasi kencan dan jumlah orang menghabiskan waktunya dalam aplikasi tersebut.

Salah satu aplikasi kencan, Tinder, menyatakan bahwa terdapat sebanyak 11% peningkatan pengguna pada fitur swipe dan 42% peningkatan pengguna pada fitur match di dalam aplikasinya. Hal tersebut menjadikan tahun 2020 sebagai tahun tersibuk bagi Tinder.

Aplikasi kencan pada dasarnya dibuat untuk membantu orang terhubung secara daring dan di kemudian waktu dapat bertemu langsung. Lantas, bagaimana perusahaan aplikasi kencan menanggapi pandemi? Dan apa peran mereka dalam membantu orang menyesuaikan diri dengan realitas kencan baru ini?

Tiga cara aplikasi kencan merespons pandemi

Sebagai peneliti yang mempelajari bagaimana teknologi digital mengubah kencan dan hubungan asmara, kami melihat respon-respon perusahaan aplikasi kencan saat kebijakan pembatasan-pembatasan jarak diberlakukan.

Selama Maret – Mei 2020, kami mempelajari 16 aplikasi kencan melalui akun sosial mereka serta media yang lebih luas untuk memahami respon mereka terhadap pandemi.

Kami membagikan hasil penelusuran ini dalam buku The COVID-19 Crisis: Social Perspectives. Buku ini mempertimbangkan apakah perusahaan aplikasi, sebagai perusahaan berlaba, harus berperan untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Kami mendapati bahwa aplikasi kencan telah berupaya untuk mempermudah kegiatan berkencan di masa pandemi dalam tiga cara utama:

1. Memberikan pengertian tentang kesehatan

Pesan pop-up tentang kesehatan di aplikasi kencan mendorong pengguna untuk berhenti bertemu langsung dan memilih untuk bercengkerama secara online.

Bumble, sebuah aplikasi kencan dari Amerika, mengirim pesan langsung pada pengguna. Sedangkan Tinder memunculkan pengumuman layanan masyarakat dari pemerintah provinsi di antara fitur swipe-nya.

Aplikasi lain, Grindr, memberi tahu pengguna dengan fitur Right Now untuk memperlambat kemungkinan pertemuan langsung oleh para pengguna.

Aplikasi kencan pun beroperasi sebagai pendukung kesehatan masyarakat. Mereka menyarankan para pengguna untuk tinggal di rumah, mencuci tangan, mengamalkan pembatasan fisik, dan berkonsultasi dengan dokter bila bergejala COVID.

virtual chatting.
Blog perusahaan dan akun media sosial memberikan ide untuk kencan virtual. (Shutterstock)

2. Mengatasi rasa kesepian dan keterasingan

Aplikasi kencan juga berusaha mendorong pengguna untuk membangun komunitas dan mengatasi perasaan terisolasi atau ketakutan. Aplikasi seperti Grindr, Lex, Bumble, HER, dan Coffee Meets Bagel menyelenggarakan acara online seperti konser, kencan kilat, dan sesi bimbingan kencan.

Di media sosial, perusahaan aplikasi kencan juga mempromosikan kampanye untuk pedulit terhadap diri sendiri (self-care). Salah satu aplikasi kencan Plenty of Fish mengunggah konten di Instagram yang menyatakan “Sangat penting berisolasi tanpa merasa terisolasi … dan kami di sini membantu Anda melewatinya!”.

Sementara, aplikasi Bumble menyampaikan “Jika Anda hanya baik-baik saja, maka itu tidak apa-apa.”. Di sisi lain, aplikasi Coffee Meets Bagel mengunggah Instagram story, “Tidak apa-apa bila hanya sedikit beraktivitas, karena dengan sedikit beraktivitas Anda menyelamatkan lebih banyak hal.”

Unggahan ini mencerminkan berbagai pesan dukungan yang disebarluaskan di media sosial oleh berbagai perusahaan dan individu di bulan-bulan awal pandemi.

3. Menjadikan kencan virtual sebagai bagian dari new normal

Beberapa aplikasi menciptakan dan membuka fitur untuk memfasilitasi kegiatan kencan virtual. Dibuat untuk menjadi lebih dari sekedar pertemuan sederhana melalui aplikasi, kencan virtual dibentuk dengan berbagai aktivitas online yang dapat diikuti orang-orang meski dalam keadaan pembatasan fisik.

Aplikasi Match, Bumble, Engsel, Jack’d, dan Plenty of Fish menawarkan layanan video gratis.

Aplikasi lain seperti HER, Coffee Meets Bagel, dan OkCupid merekomendasikan pengguna untuk terhubung melalui Zoom atau aplikasi video call lain, pesan teks, dan bahkan panggilan telepon kuno untuk memperbanyak opsi kencan virtual.

Tinder menggratiskan fitur paspor mereka, yang memungkinkan pengguna untuk melakukan geolokasi di mana saja di dunia serta mendorong mereka untuk terhubung dengan orang-orang secara global meski berada di rumah.

Berbagai perusahaan memberikan ide untuk kencan virtual di blog dan media sosialnya; mualai dari tur museum virtual hingga memesan UberEats untuk satu sama lain dan berbagi makanan melalui FaceTime. Mereka juga menawarkan berbagai macam saran, mulai dari apa yang harus dikenakan untuk menghadiri kencan virtual hingga cara menyesuaikan pencahayaan untuk kencan lewat video-call).

Perusahaan aplikasi kencan berfokus pada upaya untuk meyakinkan orang bahwa kencan virtual juga bermanfaat. Dalam berbagai aplikasi, ada keyakinan bahwa menjaga hubungan secara online dipandang sebagai hal yang bertanggung jawab, romantis, atau bahkan menggoda.

Apakah aplikasi kencan memang peduli dengan kita?

Temuan kami menimbulkan pertanyaan tentang peran apa yang harus dimainkan oleh perusahaan aplikasi kencan; peran kesehatan, kesejahteraan, dan perilaku kencan pengguna mereka.

Aplikasi kencan memang telah menjadi alat penting untuk menjalin hubungan di saat krisis. Fitur baru dan sistem pengiriman pesan pun membantu orang merasa lebih terhubung.

Namun, perusahaan aplikasi pada dasarnya bertujuan untuk meraup keuntungan.

Hal ini tampak dari bagaimana sesungguhnya perusahaan mendapat manfaat dari pandemi, dengan peningkatan jumlah pelanggan berbayar dan data pengguna yang lebih besar saat mereka mempertahankan orang di aplikasi mereka lewat fitur-fitur tersebut.

Sebagai korporasi, apakah aplikasi kencan benar-benar mempedulikan kita? Haruskah mereka bertindak seperti otoritas kesehatan?

Jika demikian, dapatkah fitur one-on-one match mereka benar-benar mendukung pembentukan komunitas tertentu? Dan apakah perusahaan-perusahaan ini memiliki kemauan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menopang masyarakat untuk jangka waktu yang lebih jauh ke depan?

Ini adalah pertanyaan penting untuk dipertimbangkan, terutama karena pesan kesehatan dari pemerintah daerah maupun nasional biasanya tidak memberikan solusi bersahabat, malah membuat orang menjadi bingung.

Para ahli telah menunjukkan bahwa komunitas yang termerjinalkan tidak merasa didukung oleh lembaga kesehatan dan pemerintah selama pandemi. Hal itu mendorong mereka untuk mencari informasi di tempat lain. Organisasi nirlaba telah berinisiatif untuk membantu. Beberapa inisiatif pun bermunculan untuk menyebarkan bantuan dari komunitas nasional dan internasional kepada komunitas lokal, bahkan individu tertentu.

Perempuan yang mengenakan masker saling berpelukan.
Aplikasi siap membuat pengguna mereka bertemu kembali secara langsung. (Courtney Coles/Unsplash)

Masa depan kegiatan berkencan

Perusahaan aplikasi kencan melaporkan keberhasilan dalam pengadaan kencan virtual. OkCupid menyatakan bahwa sekitar 31% pengguna menyukai aktivitas virtual, sebanyak 25% lebih menyukai obrolan video daripada bertemu langsung, dan 15% sisanya menyukai kegiatan menonton film atau TV bersama secara online.

Meskipun ini adalah kabar baik untuk aplikasi kencan, perusahaan-perusahaan ini juga terus mempersiapkan diri untuk membuat para pengguna dapat bertemu secara langsung. Tinder baru-baru ini memberikan ratusan permohonan alat tes COVID gratis. Setiap paket menyertakan sepasang alat tes: satu untuk individu dan satu untuk pasangan Tindernya.

Sebagaimana kini kita semua sudah beralih pada manajemen dalam menghadapi krisis COVID, di kemudian hari orang-orang yang ingin berkencan akan bertanya-tanya apa yang harus dilakukan. Jika pemerintah, pakar kesehatan, dan tokoh masyarakat tidak memberikan saran yang jelas, maka masyarakat bisa jadi akan mengalihkan perhatian mereka kepada perusahaan aplikasi kencan untuk menjadi sumber saran paling berpengaruh.

Tentu saja perusahaan aplikasi kencan lebih baik bertindak untuk menanggapi krisis COVID ketimbang tidak melakukan apa-apa. Namun, upaya mereka tidak boleh menggantikan berbagai inisiatif publik dan komunitas yang menawarkan dukungan gratis untuk mengatasi risiko, keamanan, dan kesepian kepada orang-orang di masa-masa sulit ini.


Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

Christopher Dietzel, Postdoctoral fellow, School of Health and Human Performance, Dalhousie University; David Myles, Postdoctoral researcher in Communication studies, McGill University, dan Stefanie Duguay, Assistant Professor, Department of Communication Studies, Concordia University

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Christopher Dietzel

Postdoctoral fellow, School of Health and Human Performance, Dalhousie University
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!