Kisah PRT: Belum Bisa Pensiun Meski Telah Berusia 63 Tahun

Di usianya yang telah menginjak 63 tahun, Maria masih harus bekerja 10 jam sehari. Setiap hari dia juga harus naik turun tangga untuk membersihkan rumah majikannya yang berlantai tiga.  

Jarum jam menunjukkan pukul 05.00 waktu Indonesia barat (WIB). Bergegas Maria terjaga dari tidur dan segera menunaikan shalat subuh. Usai shalat subuh, ia bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

Maria tinggal terpisah dengan suami dan hidup bersama dengan anak, menantu dan cucu. Sudah 24 tahun ia bekerja menjadi pekerja rumah tangga (PRT), tapi menyiapkan sarapan serta makan siang untuk keluarganya tetap menjadi kewajiban Maria sebelum dia berangkat ke rumah pemberi kerja (majikannya).

Sementara itu suami dan anak laki-laki bungsunya yang tinggal tidak jauh dari kediaman Maria akan datang sekitar jam 07.00 pagi untuk sarapan. Karena sesuatu sebab maka Maria tidak tinggal bersama dengan suami, meski rumah kediaman mereka hanya berjarak kurang lebih 500 meter jauhnya.

Sekira pukul 08.00 WIB, maria akan bergegas berbenah dan berangkat bekerja. Dengan menaiki angkutan kota nomor 123 tujuan Kapten Muslim tempat kediaman majikan Maria berada. Maria bekerja penuh lebih dari delapan jam sehari.

Pekerjaan yang dilakukan Maria sehari-hari yaitu mencuci dan mengepel. Dan Maria tak hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tetapi juga membantu mengerjakan usaha rumahan milik pemberi kerjanya yaitu menjaga toko. Itu dilakukan kala majikannya keluar untuk keperluan.

Dengan tenaga ringkihnya, Maria akan memulai pekerjaannya dengan mencuci pakaian kotor dari empat orang anggota keluarga majikannya. Kemudian dengan tangan yang semakin lemah Maria akan mengangkat ember berisi penuh pakaian bersih dari lantai satu ke lantai tiga rumah toko majikannya untuk dijemur.

Pada saat istirahat makan siang, tidak jarang Maria hanya memakan roti yang dibeli dengan harga Rp. 1,000 sebuah dari warung sebelah rumah majikannya. Kemudian sekira pukul 14.00 WIB, Maria akan melanjutkan pekerjaan mengepel dan membersihkan lantai dari lantai satu ke lantai 3 rumah majikannya.

Dengan semangat karena ingin segera menyelesaikan pekerjaannya maria akan mengangkat air naik turun dari setiap lantai yang akan dipel. Dan dengan menahan nafas maria akan membuang kotoran anjing milik majikannya yang berserakan di lantai.

Tidak jarang sehabis mengerjakan pekerjaan rumah Maria akan diminta untuk menjaga rumah toko dan menjaga anak dari majikannya sepulang dari sekolah. Selain itu dua hari sekali Maria melakukan pekerjaan tambahan lainnya yaitu memandikan anjing herder milik si majikan.

Pukul 18.00 WIB dengan menaiki angkutan yang sama Maria akan kembali pulang ke rumahnya dengan lama perjalanan kurang lebih 45 menit. Namun, pekerjaan Maria belum selesai. Dia belum bisa segera istirahat, dia harus singgah ke pasar untuk berbelanja kebutuhan dapur yang akan dimasak keesokan harinya. Dan, baru pada sekitar jam 20.00 WIB barulah ia tiba di rumah, membersihkan badan dan beristirahat.

Di usia 63 tahun Maria sudah bekerja selama 24 tahun di dua generasi pada keluarga majikannya. Pada awal bekerja dengan upah sekitar Rp 200. Pada tahun 1992 Maria bekerja pada majikan yang memiliki 4 orang anak di Brayan.

Kemudian pada tahun 2008 majikannya pindah ke Jalan Kapt. Muslim dan mengajak serta Maria dengan tambahan insentif berupa transportasi dan biaya makan siang. Pada tahun 2009 majikannya meninggal dunia dan tinggallah Maria bekerja dengan salah satu anak si majikan yang sudah berumah tangga dan menempati rumah orang tuanya.

Saat ini Maria bekerja dengan upah Rp 200,000 seminggu yang dibayarkan setiap hari Sabtu. Kemudian setiap harinya Maria menerima pengganti transportasi dan makan siang sebanyak Rp 20.000. Sehingga secara keseluruhan, upah yang didapatkan Maria untuk satu bulan bekerja adalah Rp 1.400.000. Namun, untuk itu Maria harus bekerja sekitar 10 jam per harinya.

Namun, di usianya yang kian menua Maria masih belum bisa pension untuk istirahat. Masih ada kehidupan yang harus ditanggungnya. Maria adalah potret kehidupan PRT yang tidak memiliki jaminan sosial. Upah yang pas-pasan juga tidak memungkinkannya untuk memiliki simpanan untuk hari tuanya.

KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisanTulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama www.Konde.co yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT)

Maria Histi

Pekerja rumah tangga, aktif di SPRT Sapu Lidi.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!