Lambretta sampai Mursida: Bahasa Gaul Waria yang Harus Diapresiasi

Dari lambretta sampai Mursida, ini adalah macam-macam bahasa gaul waria atau transpuan yang harus diapresiasi. Bahasa gaul waria lahir diantara kondisi waria yang tertindas dan tak mendapatkan pengakuan

“Endang Bambang.” (artinya enak banget)

“Cyinnn.” (artinya: cinta)

Dua kata-kata ini sering banget kita dengar, orang lain menyebutnya sebagai bahasa khas waria atau bahasa transpuan.

Menarik memang, para waria atau transpuan memiliki kreativitas besar dalam menciptakan bahasa sendiri dalam percakapan sehari-hari. Kata atau bahasa lain yang sering kita dengar misalnya: lambretta, mursida, dll. Lucunya, kalimat ini jadi trend, diucapkan oleh banyak orang diantara minimnya pengakuan pada para waria atau transpuan

Tidak mudah menjadi waria di Indonesia. Kebanyakan mereka mengalami kehidupan yang kompleks bahkan masih lekat dengan stigma ‘liyan’. Waria adalah salah satu identitas yang tertindas. Dalam kondisi inilah lahirlah banyak kata yang khas diucapkan para waria dan diakui, dipakai oleh banyak orang

Bahasa waria ini awalnya dipakai untuk menghilangkan stres dan kebosanan. Sehingga, ketika orang-orang membumikan tradisi tutur waria, mereka akan menajamkan daya kreativitas dalam berbahasa.

Sebagian besar waria memang relatif berada dalam lingkup khusus. Semisal di area cebongan (pangkalan waria) hingga dalam ruang kerja di salon kecantikan. Di sinilah, mereka memiliki kreativitas untuk menciptakan sandi kata yang pada awalnya dianggap orang lain eksklusif karena untuk kalangan sendiri. Namun kemudian, bahasa itu semakin berkembang dan semakin dikenal dari mulut ke mulut. 

Harapan ke masa depan, bahwa akan ada banyak penemuan bahasa-bahasa waria, sehingga dapat melestarikan salah satu budaya tutur yang ada di Indonesia. Hal inilah yang menjadi dorongan bagi saya untuk menuliskan ulasan tentang bahasa waria ini. 

Bahasa Waria atau Transpuan

Secara pelafalan, bahasa waria ini memang tidak mudah diucapkan. Berbagai macam kata seperti, nek, bok, capcus adalah kata asli yang diungkapkan waria dengan intonasi yang khas feminin dan dapat membuat orang senang dengan aksen feminim itu.

Tentu ini bukan dilakukan secara sengaja, namun ada karakter yang khas di dalam waria yang memiliki daya mencipta bahasa, yang pada awalnya memang untuk hiburan eksklusif kalangan waria itu sendiri.

Di masa sekarang, bisa kita lihat pada berbagai acara televisi kata kata seperti alemong, lambretta, mursida yang berarti alamat, lambat dan murah sudah biasa kita dengar di acara infotainment hiburan. Tentu bahasa waria memiliki nilai edukasi salah satu yang menonjol adalah bagaimana kreativitas penciptaannya.

Sejarah Bahasa Waria

Sejarah bahasa waria memang terkenal di kalangan komunitas waria itu sendiri. Diantara tokoh yang berjasa mempopulerkan bahasa waria di Indonesia yang saya catat, salah satunya adalah almarhum Tata Dado dan almarhum Ade Juwita. Mereka berdua adalah pemain lenong rumpi yang berjaya pada tahun 1990-an.

Bahasa waria ini, sejauh ini sepengetahuan saya, awalnya dicatat oleh Tata Dado. Menurut sumber yang saya ketahui, Tata bahkan selalu membawa notes kemana-mana. Tujuannya, untuk mencatat kata-kata apa saja yang bisa dicipta untuk bahasa waria.

Pada perkembangannya, dalam relasi kuasa yang menindas, bahasa waria masih boleh diterbitkan, walaupun harus memakai judul yang lebih membumi. Kamus bahasa waria itu kemudian diterbitkan dengan nama: kamus bahasa gaul. Kamus itu, beredar luas di kalangan masyarakat umum dan naik cetak hingga cetakan kesebelas. 

Kemudian beramai ramai lah para intelektual dan akademisi membikin kamus, skripsi dan penelitian mengenai bahasa ini.

Saya sebagai waria Indonesia, berbangga hati karena ada kamus gaul yang mengabadikan berbagai macam kosa kata waria. Maka dari itu, saya juga memiliki tanggung jawab untuk melestarikan, membumikan bahasa ini karena ini warisan tradisi tutur waria, saya perlu meneliti kembali asal usul bahasa ini. 

Bahasa asli kelompok waria yang saya tahu, memiliki intonasi bahasa yang unik dan jika diucapkan akan memiliki nada kenes yang khas. Bahasa itu kemudian digunakan dalam percakapan para waria di seluruh wilayah Indonesia. 

Kata kata dalam bahasa waria bisa berakhir dengan akhiran ong akhiran wati atau dengan nama tempat, dan nama seseorang juga neologisme (pengungkapan kata baru), dan pergeseran makna. Contoh kata yang berakhir dengan akhiran ong adalah bencong, sekong, alemong, kemenong, centong contoh kata yang disisipi akhiran wati misal sibukwati, rumpikwati, yang berarti sibuk dan cerewet.

Contoh kata dalam ujaran bahasa waria yang menggunakan pergeseran makna seperti maharani berarti mahal, mursida berarti murah, dan contoh kata yang memakai neologisme memakai kata lamberta labambang sidora dori yang berarti terlambat sekali, maskapai yang berarti masker muka.

Dalam ujaran bahasa waria juga sering memakai nama tempat, nama orang dan nama merek tertentu semisal botol brandy, panasonic, motorola yang berarti pria muda tampan, udara panas, dan kendaraan bermotor.

Kemudian ada juga nama orang seperti kajol, Titi dj, dan machica mochtar yang berarti kata macet dan ucapan agar berhati hati dijalan, kagak jelas atau kakek jelek, dan memakai nama tempat seperti lapangan bola yang berarti lapar.

Untuk mengkodefikasi angka saya tuliskan beberapa kosakata dengan bentuk pergeseran makna dan neologisme

1= sastra

2=dualipa

3=tegallega

4=empekempekpalembang

5=limausin

6=ennolerian

7=tujuan

8=dellapuspitamarthatillar

9=sembilumenyayathati

Dalam ujaran bahasa waria ini juga ada kata kata yang mengandung pujian seperti endulita, endang sulastri, endang estorina, cucok meyong yang itu semua berarti enak, sedap dipandang, dan dirasa juga memuji keindahan dan ketampanan. 

Tentu bahasa waria bergerak secara dinamis mengikuti perkembangan zaman, perlu ditelusuri lagi di situs marginal, tempat-tempat nongkrong waria percakapan bahasa sehari hari.

Lalu, apa kegunaan dan fungsi dari bahasa gaul waria? 

Tradisi tutur waria ini, mempunyai banyak manfaat. Diantaranya, membuat bahagia, bikin happy. Dikarenakan, banyak kalangan umum yang bercakap dengan bahasa ini dan ketika berkomunikasi menghilangkan kebosanan dan stres.

Bahasa waria juga telah menjadi arena bermain dan belajar. Sehingga, ketika orang orang membumikan tradisi tutur waria mereka akan menajamkan daya kreativitas dalam berbahasa. 

Ada pula, berperan sebagai kode identitas rahasia, menggunakan bahasa ini juga dapat berbicara secara rahasia (tertutup) di kalangan sendiri. Bahasa waria itu juga seringkali menjadi humor yang menghibur, banyak ditemukan ujaran bahasa waria ini digunakan dalam sebuah acara untuk menghibur masyarakat 

Tak hanya itu, sarana sosial juga menjadi kegunaan penggunaan bahasa waria. Ini bukti berpengaruhnya kaum waria oleh kalangan heteronormatif, dengan banyak kalangan umum masyarakat secara tidak langsung memakai bahasa waria ini.

Selain kegunaan di atas bahasa waria juga memakai teknik seni montase. Teknik kesenian montase mengambil fragmentasi obyek kata-kata baru, kemudian ia mengeksplorasi kata-kata tersebut menjadi jelas pelafalannya setelah itu lanjut dengan jukstaposisi dengan objek kata-kata lain. Kemudian diseleksi kembali dan dikombinasikan, setelah selesai semua pembingkaian atau penamaan kata waria baru.

Tentu saja ragam bahasa Indonesia dengan ujaran waria menjadi satu tradisi tutur yang unik dan menarik, saya berbangga hati untuk menuliskannya dan membuka ulang kembali makna dan sejarah bahasa itu. 

Bahasa ini menjadi inklusi dan membuat kaum waria yang mengalami peminggiran menjadi terlihat dan terbaca situasi.

Kata-kata dengan bahasa ujaran waria ini akan semakin dinamis, dan dimasa depan kata-kata itu akan menjadi satu kamus bahasa waria, karena memang identitas waria lah yang membumikannya dari zaman ke zaman.

Jessica Ayudya Lesmana

Penulis Waria Autodidak dan Kontributor Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!