Setelah Ikut Sekolah PRT, Saya Berani Bicara dan Tak Malu Jadi PRT

Sekolah PRT membuat saya menjadi berani bicara. Karena perubahan yang menjadi lebih baik itulah, saya akhirnya dipercaya sebagai Ketua Mekar di lingkungan saya tinggal.

Nama saya Rina Sugianto. Saya pekerja rumah tangga yang bergabung dengan Serikat Pekerja Rumah Tangga (SPRT) Sumut di Kota Medan, sejak September tahun 2020.

Saya tergabung dengan SPRT setelah diajak oleh tetangga saya yang juga bekerja sebagai PRT. Dia lebih dulu bergabung dibandingkan saya. Pada awalnya saya masih bingung dan bertanya-tanya, “Kenapa PRT harus ikut organisasi dan ngumpul-ngumpul?.”

Saya juga berpikir, ngumpul-ngumpul dan menghadiri sekolah sekali seinggu di sekolah PRT hanya akan membuang-buang waktu saja. Dari pada ngumpul-ngumpul lebih baik kerja yang menghasilkan uang. Ini yang ada di pikiran saya pada saat itu.

Tetapi kemudian saya putuskan untuk coba ikut menghadiri sekolah PRT bersama teman yang mengajak saya. Dan, semakin sering mengikuti sekolah PRT ini, saya semakin tertarik untuk terlibat lebih jauh di dalam organisasi PRT.

Akhirnya saya tidak pernah absen menghadiri sekolah yang diadakan setiap Selasa siang pukul 14.00 WIB di sekretariat SPRT Sumut, di kota Medan. Saya baru absen jika memang ada keperluan lain yang tak bisa ditinggalkan.

Saya bersyukur bisa bergabung dengan SPRT dan selalu hadir di setiap kelas yang diajarkan di Sekolah PRT. Di sekolah itu ada banyak hal yang kami lakukan dan pelajari bersama. Selalu ada makna dan manfaat dari setiap setiap materi dan bahasan yang diajarkan.

Banyak pengetahuan yang saya dapatkan dari sekolah PRT ini, karena topik yang dibahas sangat beragam. Pemberi materi juga berganti-ganti, kadang dari sesama anggota organisasi, kadang mahasiswa, kali lain dosen dari Universitas Sumatera Utara (USU) dan kadang juru masak ternama.

Pengalaman yang masih saya ingat dengan baik adalah ketika kami belajar membuat kue lapis pelangi. Saat itu, sekretariat memanggil guru untuk mengajarkan membuat kue yang susah dibuat itu. Kami bersama-sama sembari bercerita dan sharing pengalaman membuat kue didampingi oleh guru. Walaupun proses membuat kuenya memakan waktu sampai 4 jam tetapi di akhir acara kami sangat puas, karena kuenya sangat cantik dan enak sekali.

Bergabung dengan organisasi PRT juga memberikan kesadaran baru, sekaligus membuka pikiran saya. Pada awalnya saya tidak pernah merasa bangga dengan pekerjaan saya. Saya merasa, pekerjaan saya adalah sesuatu yang bisa membuat malu untuk disampaikan jika ada teman yang bertanya tentang pekerjaan saya.

Tetapi setelah mengikuti sekolah PRT, pikiran saya berubah. Kini saya merasa bangga dengan pekerjaan saya. Saya merasa saya dibutuhkan untuk pekerjaan saya. Kami, para pekerja rumah tangga juga memiliki kontribusi yang tidak sedikit ekonomi daerah dan bahkan ekonomi nasional.

Sekolah PRT juga menambah wawasan saya tentang hak dan kewajiban kami sebagai PRT. Saya jadi tahu ternyata PRT juga memiliki hak yang harus dipenuhi oleh majikan, saya jadi paham tentang jaminan sosial dan alhamdulillah saya sudah terdaftar menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan (TK) mandiri.

Saya juga mengetahui tentang kerja layak dan mengerti apa gunanya payung hukum dari sekolah PRT. Selain itu saya juga memahami ternyata selama ini jika majikan meminta pertolongan dan hal itu kita anggap wajar tenyata seharusnya tidak dilakukan oleh majikan, karena hal itu sudah di luar dari apa yang seharusnya dikerjakan.

Melalui sekolah PRT, saya juga jadi tahu kalau saat ini sedang diperjuangkan Rancangan Undang-undang perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT). Rancangan ini sudah diperjuangkan selama 17 tahun, dan hingga kini belum membuahkan hasil. Kami terus belajar bersama-sama mengenai bagaimana perjuangan untuk mendorong pemerintah mengesahkan RUU PPRT.

Lewat organisasi, saya juga jadi mengetahui jika ada Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) yang melindungi PRT. Juga ada Konvensi ILO tentang Penghentian Kekerasan di Dunia Kerja yang sampai saat ini belum diratifikasi oleh pemerintah.

Di sekolah SPRT Sumut kami juga diajarkan kemampuan memecahkan masalah, dan ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.  Termasuk mengatur keuangan dan belajar teknologi digital.

Ceritanya, ketika sekolah PRT harus dilaksanakan secara daring, saya sempat bingung dan tidak tahu bagaimana caranya. Namun sekali mengikuti kegiatan itu saya jadi tau bagaimana caranya mengikuti sekolah secara daring melalui zoom meeting.

Jadi ketika harus mendampingi anak yang harus sekolah daring, saya tidak lagi menemui kesulitan. Oh ya, anak saya ada dua. Yang pertama sudah duduk di bangku SMA dan yang kedua masih duduk di SD. Ketika pembelajaran dilakukan secara daring saya mampu mendampingi anak sekolah karena di sekolah PRT karena sudah pernah ikut zoom.

Ada satu pengalaman yang sangat berkesan bagi saya dalam perjuangan PRT. Itu adalah pengalaman saya pertama kali mengikuti aksi di Lapangan Merdeka, di pusat Kota Medan. Kami melakukan aksi pada hari Selasa didampingi oleh Surya dan mahasiswa USU. Ketika aksi kami belajar menyampaikan apa yang diharapkan sebagai PRT. Kami menggelar aksi meminta supaya RUU PPRT Segera disahkan dan konvensi ILO segera diratifikasi.

Selain ilmu yang bermanfaat di Sekolah PRT, saya juga menemukan banyak teman baru untuk bercerita sesama PRT. Kita sering saling bercerita dan menambah banyak pertemanan.

Hampir dua tahun ikut sekolah PRT membuat diri saya banyak berubah. Saya menjadi lebih baik dalam berkomunikasi, lebih berani, dan saya merasa lebih bisa mengontrol emosi. Karena perubahan yang menjadi lebih baik itulah, saya akhirnya dipercaya menjadi Ketua Mekar di lingkungan saya tinggal. Itulah cerita dan pengalaman saya selama mengikuti sekolah PRT.

KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisanTulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama www.Konde.co yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT)

Rina Sugianto

PRT aktif di SPRT Sumut.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!