Series ‘Kaget Nikah’: Keperawanan adalah Segalanya Bagi Perempuan, Itu Mitos Kuno!

Sitkom Kaget Nikah menjadi sorotan karena kelucuannya. Tapi episode pertamanya langsung membuat saya berpikir, jangan sampai serial ini membawa penontonnya mengamini bahwa perempuan tidak lagi bernilai hanya karena selaput daranya robek alias tidak perawan.

Semua berawal dari ulang tahun ke-19 Lalita (Aurora Ribero). Merasa sudah beranjak dewasa, Lalita pun merancang liburan untuk merayakan kedewasaannya. Ditambah prestasi akademiknya yang cemerlang hingga bisa diterima di sebuah universitas terbaik di dunia, Danung Wiryawan ayah Lalita yang kaya raya pun mengabulkan mimpi Lalita untuk berlibur ke Alaska guna melihat aurora. Sendirian! 

Semua berubah 180 derajat, setelah kakak Lalita, Carissa (Steffi Zamora) menikah. Hanya sehari menikah, Carissa dipulangkan oleh mertuanya, karena dianggap nggak memenuhi kriteria sebagai menantu di keluarga yang masih sangat konservatif itu  

Carissa didakwa sudah tak perawan saat menikah dengan Abi (Revaldo), anak laki-laki di keluarga itu. Pasalnya, setelah malam pertama pasangan itu tak menemukan darah keperawanan di ranjang pengantin yang disediakan. Sang mertua, mengatakan kalau pengecekan ranjang pengantin sudah menjadi tradisi dalam keluarga mereka. 

Anehnya pada saat Carissa dipulangkan dan diadili, tak ada pembelaan sedikitpun dari sang suami. Ia hanya diam, tidak menghentikan pembicaraan ini apalagi berusaha melawan perbuatan tidak adil dari  kedua orang tuanya pada istrinya. Bahkan belakangan ia turut menyalahkan Carissa, karena sebelum menikah dia tidak menceritakan kondisinya. Meski akhirnya Abi meminta maaf, semua sudah terlambat.

Meski digambarkan merasa aneh dengan nilai lama yang dipegang kukuh keluarga Abi, orang tua Carissa tak membela putrinya. Kejadian yang menimpa Carissa justru mengubah sikap mereka. Kebebasan yang sebelumnya menjadi milik Lalita dikikis habis. Ke mana-mana ia harus dikawal. Tak cukup, ia juga harus menjalani tes keperawanan setiap bulan atas paksaan orang tuanya. Rencana liburan ke Atlanta pun dipindah ke Puncak. 

Pembatasan ini membuat Lalita menyalahkan Carissa. Carissa yang masih terpukul harus kembali menjadi korban, tanpa ada satu pun yang membelanya. Hanya sang mama yang menunjukkan simpatinya.  

Cerita kemudian berbelok ke Lalita yang mengalami kecelakaan di hari ulang tahunnya yang ke-19. Selaput daranya robek karena terjatuh dalam posisi ngangkang di bawah pohon yang berukuran besar. Ia lalu dinikahkan dengan Andre (Kevin Julio) yang kebetulan menemukan Lalita yang jatuh saat mencari empat sahabatnya. 

Kisah di episode pertama series Kaget Nikah menjadi latar belakang atau problem kenapa tokoh Lalita dinikahkan dengan Andre. Dan, selanjutnya lika-liku pernikahan Lalita dan Andre ini yang lantas mengisi series besutan yang naskahnya ditulis oleh Vemmy Sagita yang juga sang sutradara ini.

Mitos keperawanan

Di balik plot cerita yang terkesan sangat dipaksakan, ada satu pesan penting yang ingin disampaikan serial yang diproduksi Max Pictures ini. Bahwa keperawanan seorang perempuan tak bisa hanya diukur dari utuh tidaknya selaput dara.

Sementara, takaran yang sama tak diberlakukan pada laki-laki. Laki-laki bisa bebas melenggang dengan segala hak istimewanya. Hingga sekarang tidak ada istilah atau tes keperjakaan bagi laki-laki. Tak pernah ada yang menyoal apakah seorang laki-laki masih perjaka atau tidak. Perlakuan itulah yang dialami Andre yang kemudian menjadi suami Lalita. Ia yang sudah tidak perjaka dianggap sebagai pahlawan karena menikahi Lalita yang sudah tidak perawan.

Membincang soal utuh atau tidaknya selaput dara, selaput dara memiliki ketebalan yang berbeda pada perempuan yang berbeda. Selaput dara bisa robek kapan saja dan tidak melulu berkaitan dengan hubungan seksual saja, Selaput dara bisa robek karena kecelakaan (musibah) ataupun aktivitas fisik bukan hubungan seksual seperti olahraga. Tapi masih banyak anggota masyarakat yang melihat utuhnya selaput dara sebagai ukuran menilai perempuan. 

Dapat dilihat dari empat episode awal series Kaget Nikah itu, pihak perempuan lah yang selalu dikenai kewajiban ini itu. Perempuan juga sering tidak diberi hak untuk mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Perempuan sering dijadikan tumpuan kesalahan dan menjadi pihak yang paling dirugikan, bahkan ketika selaput dara itu rusak akibat menjadi korban kekerasan seksual.

Dalam serial yang tayang di WeTV ini, Carissa dan Lalita menjadi contoh nyata. Mereka yang menderita, tapi malah kembali dikorbankan. Carissa harus menerima tudingan dari keluarganya sendiri. Sementara Lalita harus menikah di usia muda dengan laki-laki yang tak dikenalnya. 

Bagaimana Lalita lantas ‘dipaksa’ untuk belajar menjadi istri yang baik menurut norma-norma yang selama ini dianut dan menjadikan perempuan sebagai sub ordinat laki-laki.  Bahwa istri harus terampil di urusan domestic, pintar memasak, harus nurut sama suami dan seterusnya.  

Padahal konsep perawan itu jelas-jelas mitos dan menyakiti nalar sehat kita. Apalagi jika mitos ini dibenturkan dengan ilmu pengetahuan. Konsep perawan itu sebenarnya adalah bentuk penindasan dari budaya patriarki yang sangat tidak adil bagi perempuan. 

Lantas, bagaimana perempuan melawan stigma itu? Caranya dengan memahami value diri dan hak atas ketubuhan kita. Tentu juga dengan memahami soal apa yang terbaik untuk tubuh kita, bahwa melakukan hubungan seks atau tidak itu tanggung jawab diri masing-masing (tubuh menjadi otoritas masing-masing) dan pilihan itu bisa diambil dengan kesadaran masing-masing.

Kembali pada series Kaget Nikah, dalam banyak kejadian pihak yang paling dirugikan adalah perempuan. Carissa misalnya, setelah peristiwa yang menimpanya, ia menjadi seorang yang kehilangan kepercayaan diri. Ia banyak disalahkan dan kemudian menyalahkan diri sendiri. Alhasil ia harus mendatangi psikolog untuk melakukan serangkaian terapi untuk memulihkan kepercayaan dirinya. 

Apa yang menimpa Carissa dan Lalita ini jamak ditemui. Banyak perempuan jika dihadapkan dengan permasalahan seperti yang dialami Carissa dan Lalita, cenderung menganggap dirinya tidak berguna, tidak suci dan tidak berharga lagi. Padahal asumsi seperti itu sangat tidak benar. Kita, perempuan tetap mempunyai value dan siapapun tidak berhak menilai rendah hanya karena kita sudah tak perawan lagi. Intinya, mitos keperawanan adalah segalanya bagi perempuan itu kuno dan ketinggalan jaman. Sudah saatnya ditinggalkan.

Ravika Alvin Puspitasari

Kesibukan sehari-hari kuliah daring dan mengikuti berbagai diskusi online. Selain itu aktif menulis di Lembaga Institute For Javanese Islam Research. Tertarik dengan isu-isu gender yang sedang berkembang saat ini
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!