Punya Pacar Laki-laki Lebih Muda? Kamu Gak Usah Khawatir!

Punya pacar laki-laki lebih muda banyak dianggap menentang “peran gender tradisional”. Ini karena selama ini laki-laki selalu dilekatkan dengan hal maskulin yang berkaitan dengan kedewasaan, mengayomi, melindungi, dan bisa menjadi ‘tumpuan’ perempuan. Sedangkan perempuan adalah orang yang harus selalu dilindungi. Sudahi stigma-stigma ini, karena kamu berhak berelasi dengan yang lebih muda, dan punya konstruksi peran yang berbeda

“Dasar! Kamu tuh sukanya sama Berondong!”

“Pacaran sama laki muda, pasti dia gak dewasa”

“Pantesan, gagal terus. Gak serius sih!” 

Pernah suatu waktu, kalimat itu meluncur pada salah seorang teman tongkronganku. Teman perempuanku ini usianya sebaya denganku, 26 tahunan. Beberapakali ia diolok-olok karena berpacaran dengan laki-laki yang lebih muda. 

Temanku ini, Vivi, hanya senyum-senyum saja. Meski raut wajahnya juga tampak menyembunyikan rasa dongkol. Vivi dan banyak perempuan juga mengalami ini: pacaran dengan laki-laki lebih muda, dan laki-laki ini selalu dianggap sebagai orang yang tidak dewasa dan tidak serius dalam berelasi. 

Menurut Vivi, selama ini dirinya tak pernah mempermasalahkan perbedaan usia dan pasangan yang lebih muda. Dia bahkan, merasa lebih “hidup” menjalani hidup bersama pasangannya. Hanya saja, selalu ada stigma di sosial yang menentang tentang pilihannya. 

“Aku lebih enjoy (pacaran dengan lebih muda), tapi orang-orang aja yang ribet,” kata Vivi. 

Apa yang dialami Vivi memang masih banyak terjadi di lingkungan sosial kita. Laki-laki berusia lebih muda seringkali disebut dengan istilah Berondong. Stigma yang dikesankan seolah ‘menggelikan’ ketika perempuan dekat atau berelasi dengan laki-laki muda. 

Sebuah riset AARP The Magazine menemukan, 34 persen perempuan di atas usia 40 tahun yang berkencan dengan laki-laki lebih muda banyak mengalami ketidaksetujuan sosial. Bahkan, mereka mengalami banyak stigmatisasi. 

Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Tentu saja, konstruksi sosial yang masih patriarki. Penelitian itu juga mengamini bahwa punya pacar laki-laki lebih muda seolah menentang “peran gender tradisional”. Bahwa laki-laki selalu dilekatkan dengan hal maskulin yang berkaitan dengan kedewasaan, mengayomi, dan bisa menjadi ‘tumpuan’ perempuan. 

Stigma ini sama halnya dengan perempuan yang bisa menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi, perempuan yang mendapatkan pacar laki-laki lebih muda, seolah menumbangkan stereotip bahwa laki-lakilah yang seharusnya mendukung perempuan. Bukan sebaliknya. 

Standar ganda lainnya pun muncul, alasan masyarakat menentang perempuan punya pasangan laki-laki yang lebih muda pun, akibat faktor penuaan. 

“Perempuan yang lebih tua (dalam relasi) biasanya tidak dipandang sebagai makhluk sosial, melainkan sebagai sosok ibu,” kata Sosiolog Hernan Vera dkk dalam riset itu. 

Padahal sebetulnya, baik perempuan maupun laki-laki yang lebih tua memang ada kecenderungan yang sama: menginginkan pasangan yang muda dan menarik. Maka dari itu, saat kamu ragu ataupun khawatir mempunyai pasangan laki-laki yang lebih muda. Ingatlah hal-hal berikut ini: 

Pacar Laki-laki Harus Lebih Tua: Itu Mitos!

Cinta itu tak memandang usia. Bagi kamu yang sudah berusia dewasa, jatuh cinta pada dengan laki-laki yang berusia lebih muda itu sah-sah saja. Yang terpenting, relasi itu sehat dan tidak abusive

Kamu tidak perlu overthinking dengan pandangan orang-orang sekitarmu, yang hanya menyetujui pacaran itu harus sama laki-laki yang lebih tua. 

Stop Stigma Laki-laki Berondong

Kita perlu menghentikan stigmatisasi istilah berondong yang sering dikaitkan dengan hal bersifat negatif. Misalnya saja, laki-laki muda yang hanya ingin memanfaatkan perempuan baik secara moril dan materil ataupun laki-laki yang tidak dewasa. 

Parahnya lagi, masih banyak stigma-stigma yang acapkali menjadi lelucon dalam pergaulan sosial ataupun perfilman dengan istilah “Arisan Berondong”. Hal itu diidentikan dengan perempuan berusia matang (stigma tante-tante) yang memburu para laki-laki lebih muda. Imbalannya, materi. 

Anggaplah normal perempuan dengan laki-laki yang lebih muda dalam relasi, sebagaimana perempuan yang banyak menjalin hubungan dengan laki-laki lebih tua. 

Muda Bukan Berarti Tidak Dewasa

Tingginya usia bukanlah satu-satunya yang berpengaruh pada tingkat kedewasaan seseorang. Banyak faktor lainnya seperti pengetahuan, pengalaman hidup hingga lingkungan sosial juga bisa membentuk kedewasaan. 

Jadi, jangan memakan mentah-mentah omongan orang ‘muda itu berarti tidak dewasa’. Kita perlu mencermati lagi. Lihat lebih dalam ke pribadinya. 

Pahami Perbedaan  

Salinglah menghargai pilihan hidup seseorang. Tak perlu menghakimi atau bahkan julid terhadap perempuan yang mempunyai pacar laki-laki lebih muda misalnya. Kita tidak benar-benar tahu, apa yang telah mereka lalui selama ini. 

Doakan saja, hubungan mereka bisa bahagia dan sehat. Mau itu laki-laki atau perempuannya yang lebih muda, mereka tetap berhak menjalin relasi yang setara.  

Nurul Nur Azizah

Bertahun-tahun jadi jurnalis ekonomi-bisnis, kini sedang belajar mengikuti panggilan jiwanya terkait isu perempuan dan minoritas. Penyuka story telling dan dengerin suara hujan-kodok-jangkrik saat overthinking malam-malam.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!