Riset: Media Sosial Tak Selamanya Toksik, Bisa Jaring Kekuatan Positif

Media sosial tidak selamanya toksik, salah satunya meme di Twitter. Dengan memeriksa secara empiris beberapa contoh saat media sosial berfungsi secara positif (seperti yang terjadi dalam penelitian kami), kita dapat menemukan cara potensial untuk merancang platform media sosial yang memperkuat engagement sosial yang positif.

Pernahkah kamu memeriksa timeline Twitter dan bertanya-tanya apa yang dibicarakan semua orang? Kamu tidak membuka Twitter baru beberapa jam dan tiba-tiba timeline dipenuhi dengan orang-orang berbagi meme tentang sesuatu sama sekali baru.

Kami mempelajari “momen memetik” ini di Amerika Serikat (AS) untuk memahami bagaimana meme muncul dengan cepat dan spontan sebagai respons terhadap peristiwa utama yang cenderung berfokus pada hal sosial. Kami menemukan bahwa meme bergerak lebih cepat dari yang kita duga, terkadang muncul, menyebar dengan liar, dan mulai hilang dalam waktu kurang dari sehari.

Twitter dan media sosial lainnya terkenal sebagai situs pelecehan, rasisme, trolling, dan konten toxic lainnya, tapi kami menemukan dalam studi ini bahwa sangat sedikit materi seperti ini yang bergerak cepat.

Kami menduga bahwa kecepatan gerakan meme-meme itu dapat mengurangi jumlah engagement negatif pada media sosial. Meme-meme seperti itu mungkin merupakan elemen yang kurang dihargai di budaya media sosial yang positif – sehingga memberikan petunjuk tentang bagaimana platform media sosial dapat berkembang.

Meme babi liar

Kami mengamati dua momen memetik di AS. Yang paling populer adalah meme “30-50 feral hogs (30-50 babi liar)”, yang dimulai setelah akhir pekan atas penembakan massal di AS pada Agustus 2019.

Merespon penembakan tersebut, dan khususnya pada peran senapan serbu otomatis dalam peristiwa tersebut, musisi Jason Isbell mentweet:

Jika Anda di sini memperdebatkan definisi “senjata serbu”, Anda adalah bagian dari masalah. Anda tahu apa itu senjata serbu, dan Anda tahu Anda tidak membutuhkannya.

Tweet itu menjadi populer, disukai dan di-retweet ribuan kali.

Di antara balasan-balasannya, ada satu tweet yang menonjol. William McNabb, yang saat itu bukan pengguna terkenal, menjawab:

Pertanyaan bagi orang-orang di pedesaan Amerika – Bagaimana cara membunuh 30–50 babi liar yang menerobos ke halaman saya dalam 3-5 menit sementara anak-anak kecil saya sedang bermain?

Respon yang terkesan absurd, dan juga format tweet tersebut, membuatnya menjadi bahan meme yang ideal. Permainan lelucon kemudian dimulai selepas itu, dan meme dengan cepat berkembang dan mulai merujuk pada meme Twitter lainnya.

Misalnya, meme tersebut dapat digabungkan bersama lirik lagu, atau sebagai alternatif judul film. Meskipun sangat lucu, meme tersebut menyoroti argumen-argumen lemah tentang senjata api cepat bertenaga tinggi, dan juga mengarah pada diskusi tentang masalah serius lainnya, seperti perusakan ekologis yang disebabkan oleh babi liar di banyak pedesaan Amerika. Babi liar menghancurkan tanaman, dan merusak vegetasi asli.

Sebagai peneliti, kami berdua telah menyaksikan meme seperti ini muncul dan menghilang dengan cepat di feed kami berkali-kali. Kami ingin memahami bagaimana meme ini sebenarnya berfungsi.

Bagaimana cara mempelajari meme Twitter?

Untuk mulai menguraikan dinamika “momen memetik” ini, kami harus mengambil pendekatan yang sedikit berbeda untuk mengumpulkan data Twitter. Pada masa lalu, meme sering terorganisasi oleh tagar, tetapi karena sekarang hal itu jarang terjadi, kami melakukan pencarian kata-kata yang terkait dengan meme populer di Twitter.

Misalnya, kami mengumpulkan tweet yang berisi istilah “30-50 feral hogs”, dan kami menemukan total 54.086 tweet dalam seminggu setelah pertama kali muncul.

Kami kemudian membuat grafik tweet ini dari waktu ke waktu untuk mempelajari dinamikanya. Hasilnya sangat mengejutkan – meme muncul dengan tajam dan dengan kecepatan luar biasa, dan kemudian diikuti oleh penurunan yang cepat.

Dalam kasus meme “30-50 feral hogs”, puncak awalnya hanya berlangsung 12 jam – kurang dari satu hari – sebelum menghilang dengan cepat.

Puncak meme itu terjadi tidak sampai sehari.

Beberapa meme dipicu oleh pengguna profil berstatus tinggi yang membuat “template” yang disalin oleh pengguna lain, tetapi meme “30-50 feral hogs” adalah kebalikannya. Saat Jason Isbell (tanpa disadari) terlibat dalam tren ini, sebagian besar tweet populer awal dibuat oleh pengguna dengan pengikut sedikit.

Tweet awal yang paling populer adalah dari akun @BarbiturateCat. Ia mereplikasi template situs kencan, yang pengguna dapat memilih antara menjadi “laki-laki”, “perempuan” atau “30-50 babi liar”, dan mencari “laki-laki”, “perempuan” atau “halaman dengan anak-anak kecil tanpa pengawasan untuk diterobos dalam 3-5 menit”.

Tweet populer lainnya adalah dari akun @nomiddlesliders yang mengutip serta sedikit mengubah lagu Paradise City oleh Guns N ‘Roses lewat tweet: “take me down to the paradise city where the hogs are feral and there’s 30–50”.

Dari sini, meme berkembang ke berbagai arah yang berbeda.

Kenapa kami mempelajari meme Twitter?

Kenapa mempelajari meme di Twitter penting? Kita seringkali menganggap meme sebagai hal sepele atau bagian yang biasa dari platform online, tidak lebih penting daripada masalah sosial yang mendesak.

Kondisi media sosial yang menghasilkan efek viral, seperti kecepatan, sering disalahkan atas banyaknya elemen toxic yang ada, seperti penyebaran informasi yang salah.

Penelitian kami memberikan perspektif berbeda tentang bagaimana kecepatan berfungsi dalam budaya digital. Kecepatan dua meme yang kami pelajari tumbuh dan “meledak” tampaknya menciptakan ruang engagement yang berisiko rendah, namun lucu dan sehat, yang sering dianggap “kurang penting” di platform media sosial.

Momen memetik ini juga menunjukkan bagaimana ruang media sosial seperti Twitter dapat menjadi “ruang publik yang saling berhubungan”. Ini adalah ruang online yang dihasilkan oleh engagement pengguna dengan aturan dan cara mereka sendiri untuk muncul dan merespons dengan hal yang tidak selalu sesuai dengan aturan algoritme platform.

Momen memetik juga berfungsi sebagai batu loncatan untuk diskusi lebih dalam di berbagai bentuk media lainnya, yang menggarisbawahi kekuatan politik dan budaya meme.

Belajar dari meme

Bahaya media sosial dan internet mendapat banyak perhatian lebih luas , tetapi penting juga bagi kita untuk berfokus pada bagaimana media sosial dapat menghasilkan keterlibatan dan percakapan yang bermutu.

Media sosial tidak selamanya toxic. Dengan memeriksa secara empiris beberapa contoh saat media sosial berfungsi secara positif (seperti yang terjadi dalam penelitian kami), kita dapat menemukan cara potensial untuk merancang platform media sosial yang memperkuat engagement sosial yang positif.

Ini akan memerlukan perubahan pada cara pengaturan konten oleh algoritme, dan menyempurnakannya untuk membedakan antara engagement positif dan negatif dengan lebih baik. Twitter sudah mencoba untuk melakukan ini.

Perubahan pada desain platform dapat memberikan jalan keluar dari upaya panjang yang tidak kunjung berhasil untuk memoderasi aspek media sosial yang merusak.


Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

Naomi Smith, Lecturer in Sociology, Federation University Australia dan Simon Copland, PhD Student — Sociology, Australian National University

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Naomi Smith dan Simon Copland

Lecturer in Sociology, Federation University Australia dan PhD Student -- Sociology, Australian National University
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!