Selamat Jalan Dorce Gamalama, Inspirasi Transpuan Indonesia

Dorce adalah representasi kelompok Transpuan di panggung media. Ia menciptakan inklusivitas yang sangat besar dengan mampu memasuki ruang-ruang strategis. Berteman dengan banyak orang secara meluas, ia sangat membantu memberi pandangan bagi masyarakat tentang sosok transpuan pejuang

Kabar meninggalnya Dorce menyebar dengan sangat cepat. Dorce, meninggal dunia di RS Pertamina Simprug, sekitar pukul 07.30 WIB.

Sebelum meninggal, artis yang biasa disapa Bunda Dorce ini sempat seminggu dirawat di RS Simprug karena kondisinya drop akibat terpapar Covid-19. Selain itu, menurut pihak keluarga, transpuan yang saat ini berusia 58 tahun ini juga diketahui mengidap diabetes.

Sebelum terpapar Covid-19, Dorce juga pernah sakit cukup serius sehingga harus dirawat di rumah sakit Pertamina Jakarta. Setelah menjalani perawatan, Dorce yang sudah sembuh bisa kembali beraktivitas dan sempat tampil di beberapa acara khususnya kanal Youtube sejumlah artis. Meski semua aktivitas di luar rumah itu harus dilakukan di atas kursi roda.

Hanya beberapa jam setelah kabar Dorce meninggal, ucapan duka cita dan ungkapan rasa kehilangan wira-wiri di media social.

Dorce yang aktif di dunia hiburan sejak 1989 hingga 2021 ini dikenal sebagai artis serba bisa. Ia andal sebagai penyanyi, komedian, pemain film ataupun pembawa acara. Sebagai penyanyi/pemusik Dorce fasih menyanyikan lagu di berbagai genre baik rock, pop ataupun dangdut. Kepiawaian ini membuat Dorce sering diundang menyanyi di Istana sejak era Presiden Habibie hingga Joko Widodo.

Dorce juga menjadi panutan sekaligus simbol perjuangan para transpuan di Indonesia. Pengakuan itu banyak ditemukan di lini masa. 

“RIP Dorce Gamalama, seorang petarung & salah satu entertainer paling berbakat yang dimiliki negeri ini. Dorce adalah simbol kecanggungan & kegelisahan seksual di Indonesia, menunjukkan bahwa kita masih memiliki perjuangan berat menuju kesetaraan seksual & gender, & melawan stigmatisasi seksual. Tapi dia sudah bebas sekarang,” tulis @omongomongcom.

Anggun Pradesha, aktivis transpuan yang juga sutradara dan pengurus Yayasan Intan (Inklusi Transperempuan) termasuk salah satu yang sangat kehilangan sosok Dorce. Menurutnya, apa yang dilakukan Dorce selama ini menjadi inspirasi para transpuan di Indonesia.

“Bunda Dorce adalah representasi baik dalam kacamata sosial kita yang mendapat panggung yang baik pula di media. Beliau menciptakan inklusifitas yang sangat besar dengan mampu memasuki ruang-ruang strategis. Berteman dengan banyak tokoh pemangku kebijakan. Sangat membantu memberi pandangan positif bagi komunitas Trans,” ujar Anggun pada Rabu (16/2/2022) dalam pesan tertulisnya kepada Konde.co.

Anggun menambahkan, banyak hal positif yang telah dilakukan Bunda Dorce, salah satunya mendirikan Panti Asuhan.

“Perjuangan Bunda dalam mencapai pencapaian hidup dan sebagainya bisa jadi penyemangat/inspirasi untuk individu-individu Trans di luar sana yang sedang berjuang mengusahakan ruang aman dan nyamannya,” imbuh Anggun.

Seperti diketahui Dorce yang selama ini dikenal sebagai entertainer serba bisa itu merupakan seorang transpuan. Ia terlahir pada Juli 1963 di Solok, Sumatera Barat.

Dikutip merdeka.com, sejak kecil (umur 7 tahun) ia merasa sebagai perempuan. Namun, saat itu ia hanya bisa memendam rasa ini sendirian. Dorce kecil lebih senang bermain dengan teman perempuan. Kesadaran penuh bahwa dirinya adalah perempuan muncul saat Dorce berusia 10 tahun. Itu terjadi saat dia harus tampil di acara peringatan Hari Kemerdekaan.

Perannya sebagai seorang nenek dalam drama pendek itu mengharuskan Dorce mengenakan baju perempuan. Tapi hal itu juga membuatnya bahagia dan merasa menjadi diri sendiri.

Dorce yang dikaruniai bakat akting dan seni musik ini, sukses menjalani karir di dunia hiburan. Ia tercatat pernah bergabung dengan band BamBros di awal karirnya. Ia kemudian hijrah ke Fantastic Dolls, grup band yang beranggotakan para waria.

Dengan uang pendapatannya sebagai pekerja seni, Dorce akhirnya menjalani operasi perubahan kelamin pada 1986. Ia lantas mengganti namanya menjadi menjadi Dorce Ashadi. Di dunia hiburan, ia menggunakan nama panggung Dorce Gamalama. Nama itulah yang dikenal masyarakat sampai akhir hayatnya.

Hormati keputusan dan pilihan Dorce

Sebelumnya, wasiat Dorce agar jika dia meninggal nanti, dimakamkan sebagai seorang perempuan menuai pro kontra. Sejumlah ulama, salah satunya dari Miftah Maulana atau Gus Miftah menyoal permintaan ini karena dinilai tidak sesuai dengan ajaran Islam, agama yang dianut Dorce.

Miftah menyarankan agar Dorce tetap dimakamkan sebagai laki-laki, sesuai saat ia dilahirkan. Miftah juga mengingatkan bahwa wasiat dari seseorang itu harus ditunaikan dengan syarat tidak melanggar syariat agama.

“Tapi kalau melanggar syariat, melanggar perintah agama, tentunya tidak harus dilakukan,” tuturnya sebagaimana dikutip Antara pada Senin (31/1/2022).

Namun demikian, ada juga ulama yang mendukung keputusan dan pilihan Dorce ini. Taufik Dalmas, adalah salah satunya. Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta ini mengatakan bahwa tak seorangpun yang bisa mencampuri hubungan seorang manusia dengan sang Khalik.

“Wasiat Dorce mendapatkan tanggapan dari beberapa tokoh agama. Saya hanya bilang: otoritas tokoh agama adalah otoritas ilmu agama. Soal hubungan dengan Tuhan adalah hubungan masing-masing. Tidak ada yang bisa ikut campur. Ini harus dipahami dengan baik,” tulis ahli agama yang menjadi pengasuh program “Artis Bertanya Kiai Menjawab” di TVNU itu di akun Twitter pribadinya @TaufikDamas pada Senin (31/1/2022).

Anggun Pradesha, aktivis transpuan yang juga sutradara dan pengurus Yayasan Intan (Inklusi Transperempuan) saat dihubungi Konde.co waktu itu mengatakan, tak seharusnya publik meributkan wasiat ini.

Apa yang akan dilakukan terhadap jenazahnya dan bagaimana Dorce akan dimakamkan sepenuhnya menjadi otoritas Dorce. Ia mengajak agar masalah ini dilihat dari kaca mata kemanusiaan, bahwa setiap manusia punya otoritas penuh atas tubuh dan hidupnya.

“Hormati keputusan mbak Dorce yang memiliki otoritas penuh atas tubuhnya. Dia tentu punya pengalaman-pengalamannya sendiri terhadap tubuhnya dan sudah berdiskusi dengan tubuhnya sendiri. Jadi hormati apapun keputusan yang dia ambil untuk tubuhnya,” ujar Anggun kepada Konde.co melalui sambungan telepon pada Rabu (2/2/2022) lalu.

Kini Dorce telah menuntaskan kisahnya sebagai manusia, inspirasi para transpuan di Indonesia.

(Foto: Facebook)

Esti Utami

Selama 20 tahun bekerja sebagai jurnalis di sejumlah media nasional di Indonesia
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!