Stop Selingkuh, Perempuan Bukan Assesories Laki-Laki

Bagi kalangan patriarki, keberadaan istri yang jumlahnya lebih dari satu, tak jarang dianggap sebagai prestasi yang bisa diumbar dan dibangga-banggakan. Perempuan bukan barang dagangan dan assesories

Saya menyukai series “Layangan Putus” yang diputar di WeTV yang diperankan Reza Rahardian (Aris), Putri Marino (Kinan) dan Anya Geraldine (Lidya).

Ini karena series Layangan Putus terbilang sukses menghadirkan counter yang berimbang. Dibanding dengan sinetron yang terlalu banyak drama dan dengan alur yang tak jelas, serial ini terbilang lebih saya sukai.

Selain menawarkan episode yang relatif pendek, casting di dalamnya juga terbilang berkelas, mulai dari pemeran pendatang baru berbakat hingga pemeran senior seperti Reza Rahadian.

Setelah berkali-kali sukses memerankan tokoh protagonis, series ini menjadi uji coba Reza Rahadian mempertaruhkan ‘citra baik’nya lewat peran antagonis sebagai Aris. Diakuinya, peran tersebut berhasil menjadikannya number  one public enemy. Ia digambarkan sebagai sosok yang too perfect to be true, seperti redaksi salah satu script dalam adegan di serial tersebut.

Kinan, sebagai istri Aris tidak hanya dihadirkan sebagai sosok perempuan yang well educated dan memainkan agensi dalam ranah domestik maupun publik dengan baik, tetapi juga berkarakter. Ia mampu melawan Aris suaminya yang sangat patriarkat, berselingkuh dan mengatur semua kehidupan rumah Kinan sebagai istrinya

Kinan selamat dari jebakan victim blaming yang dimainkan Aris. Pilihan yang diambilnya pun,  selalu muncul dari pertimbangan mendalam dan dewasa. Sehingga meski hal-hal tidak menyenangkan tak bisa dihindari, ia masih leluasa menentukan sikap dan mengambil pilihan terbaik. 

Satu hal yang menarik dalam serial ini adalah, Kinan berupaya menempuh jalur hukum untuk kasus perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Dia dengan cermat juga mendokumentasikan berbagai bukti yang bisa mendukung langkahnya. 

Di luar beberapa scene yang menggambarkan dirinya sebagai sosok berkarakter, spirit Kinan cukup jelas menggambarkan harapan akan relasi suami-isteri/lelaki perempuan yang lebih egaliter pada saat ini atau waktu mendatang.

Melihat series ini saya jadi ingat bahwa dalam kultur patriarki, perselingkuhan laki-laki seolah lebih mendapat pemakluman dan dilindungi dengan berbagai alasan (excuse)

Narasi permakluman perselingkuhan itu juga terdapat dalam narasi poligami yang tentu familiar dalam kehidupan sehari-hari kita. Arogansi laki-lakisangat mungkin muncul tidak hanya dalam kasus yang sama, tetapi juga dalam konflik-konflik rumah tangga dengan berbagai skala dan konteks yang berbeda. 

Dalam sebagian besar kasus, pemakluman semacam ini adalah privilege terbatas pada laki-laki, terlebih bagi mereka yang memiliki akses ekonomi dan kelas sosial yang tinggi. Bagi kalangan tertentu, keberadaan istri lebih dari satu tak jarang dianggap sebagai prestasi yang diumbar dan dibangga-banggakan.

Perempuan lagi-lagi dianggap sebagai makluk kedua, diposisikan tak penting, hanya sebagai pelengkap dan assesories atau kebanggaan laki-laki, yang bisa dipamerkan, padahal palsu.  Normalisasi perselingkuhan bagi sebagian kalangan seolah dianggap hal yang wajar, padahal ini melakukan kekerasan terhadap pasangan

Nuraini dan Luviana pernah menulis soal ini. Privilage inilah yang kemudian didapatkan laki-laki dalam percaturan relasi ini. Mengapa ini terjadi? Karena selama ini laki-laki yang selingkuh dianggap sebagai hal yang wajar untuk dilakukan.

Berikut adalah sejumlah kalimat yang diyakini masyarakat tentang laki-laki dan relasinya dengan pasangannya:

1.Laki-laki adalah orang yang bisa memilih, dan perempuan adalah orang yang dipilih

Kalimat tersebut adalah kalimat yang semakin mengukuhkan bahwa laki-laki adalah orang yang bisa memilih sesuai pilihannya, sedangkan perempuan adalah orang yang harus menunggu nasib untuk dipilih

2.Laki-laki adalah makhluk bebas

Kalimat lain yang juga membebaskan laki-laki dari dosa perselingkuhannya adalah kalimat yang mengatakan bahwa laki-laki adalah makluk bebas: jika di dalam rumah, ia milik istrinya, jika di luar rumah, ia adalah milik dirinya sendiri. 

Ini yang kemudian membuat seolah laki-laki seolah sah untuk berselingkuh. Kondisi itu juga yang membuat, walau ia dikecam, pasti kecamannya hanya sesaat.

Yang banyak dikecam selanjutnya adalah perempuan yang tak bisa membuat nyaman hidup laki-laki di rumah, tak bisa menyediakan kebutuhan laki-laki dengan baik

3.Laki-laki berselingkuh jika perempuan tak dandan rapi

“Kebenaran” lain yang dimiliki laki-laki adalah: laki-laki akan berselingkuh jika perempuan tak dandan rapi, rumah dalam kondisi tak bersih dan perempuan selalu dalam kondisi kesal atau menggerutu.” 

Kalimat ini seolah terlahir tanpa sebab bahwa perempuan tugasnya semata-mata untuk menyenangkan laki-laki dan harus menyediakan hidupnya sebagai kesenangan laki-laki. Jika tidak, maka dia bukanlah perempuan baik, jadi wajar jika laki-laki patut berselingkuh

4.Laki-laki selingkuh karena pasangannya sudah mulai tua dan tak menarik lagi

Kalimat lain yang tak kalah sadisnya adalah yang mengatakan bahwa “wajar jika laki-laki memilih perempuan kedua, karena perempuan pertama sudah tua dan tak lagi menarik.” 

Narasi seperti ini dilontarkan publik yang seolah-olah membenarkan apa yang dilakukan laki-laki.

Jadi, sebagai perempuan kita harus berani melakukan perlawanan jika laki-laki melakukan perselingkuhan dan melakukan toksik. Kinan adalah bukti, bahwa perempuan harus punya keberanian untuk bicara dan menuntaskan persoalan.

Mardha Mardhatillah

Program Manager "The Leader"
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!