Ketimbang Bengong, Tonton Festival Film Peace Innovation Academy Aja!

10 film pendek yang mengangkat kisah keberagaman siap menemani akhir pekan kamu di Festival Film Peace Academy.

Buat kamu yang malam Minggu besok di rumah aja, jangan lewatkan informasi ini. Karena besok, Sabtu (14/5/2022) pukul 15.00 waktu Indonesia barat (WIB) akan digelar Festival Film Peace Innovation Academy via daring yang bisa kamu akses secara gratis di akun Youtube Konde Institute.

Festival Film Peace Innovation Academy ini merupakan bagian sekaligus pembuka rangkaian kegiatan Festival Peace Innovation Academy yang mengambil tema: Seni dan Keberagaman. Festival ini  merupakan hasil kerja bersama The Asian Muslim action Network (AMAN) Indonesia dan Konde.co dengan didukung UN Women dan digagas untuk menyebarkan pesan perdamaian dan keberagaman melalui karya seni.

10 Film Pendek tentang Kisah Keberagaman

Seni dan media dipilih, karena dinilai punya kontribusi besar dalam menyebarkan pesan-pesan perdamaian. Lewat seni, anak muda menuangkan pemikiran dan keprihatinan mereka atas menguatnya diskriminasi yang dialami kelompok minoritas.

Dalam Festival Film Peace Innovation Academy yang digelar pada 14-15 Mei 2022 ini, ada 10 film pendek yang akan dilanuching. Film-film ini tak hanya mengangkat kisah korban aksi terorisme tetapi juga perjuangan kelompok minoritas melawan segala stigma dan diskriminasi yang mereka alami. Festival ini akan diadakan secara live melalui akun Youtube Konde Institute.

10 film tersebut antara lain adalah “Kupilih Rok-ku”, Film yang disutradarai Innarotu Millati Azka ini mengangkat kisah para perempuan penganut penghayat Kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa, Sebagai minoritas mereka mengalami diskriminasi dan perundungan dari lingkungan sekitar.

Ada juga film “B-duan” karyaKurniadi Ilham & Yuditia Leo. Film ini mengangkat kisah dua biduan yang harus menghadapi stigma dari masyarakat yang masih memegang kuat aturan agama dan adat Melayu. Bagi Istika dan Hilda menjadi biduan adalah impian mereka, namun ada konsekuensi yang harus mereka tanggung.

Kamu juga bisa menyaksikan perjuangan istri narapidana kasus terorisme lewat film “Menanti Yang Kembali” karya Risma Erina A. Khusnul Khotimah adalah istri Mantan Terpidana Teroris Arif Tuban yang mencoba survive. Ia harus menggantikan peran suami, menjadi ibu sekaligus bapak bagi anak-anaknya.

Sedangkan “Suruh Siapa Menjadi Minoritas” karya Bayu Satria mengangkat kisah Melati (27) Erlina (43) Mawar (30) pekerja disabilitas di tanah rencong yang harus bertahan dengan segala pengabaian yang dilakukan Negara.

Ada juga sejumlah film yang mengangkat kisah perjuangan kelompok transgender dalam bertahan menghadapi stigma dan diskrimnasi dari orang-orang di sekitarnya, seperti “Bukan Cerita si Kerudung Merah” karya Ayara Bhanukusuma; “To Know Me” karya Eki Pratama; “Panggil Aku Ega, Anak Seorang Transpuan” karya Edi Sutrisno; “Tutup Mata” karya Fikri Abdillah, “In the Name of Identity” karya Jabal Nur; serta “Aku kembali ke Habi” karya Yolanda Tasyanika.

Eheeem mulai penasaran kan? Nah, Nah buat kamu yang penasaran bisa mengintip thriller di link ini. https://www.youtube.com/watch?v=hpMvebvdNsA.

Kalau kamu masih juga penasaran dengan cerita yang diangkat dalam film-film itu, maka jangan lewatkan acara ini. Yang kamu butuhkan hanyalah kuota data yang cukup, kosongkan jadwal pada Sabtu sore dan siapkan cukup air minum biar kamu nggak dehidrasi. Jadi catat tanggal dan waktunya yak!  

Festival Peace Innovation Academy

Dalam festival ini akan diselenggarakan 3 acara sekaligus, yaitu: Festival Film, Kenduri Perdamaian dan Pameran Karya yang semuanya akan digelar selama 11 hari mulai Sabtu (14 Mei 2022) hingga Selasa (24 Mei 2022). Festival ini akan diawali dengan Film Peace Innovation Academy  pada 14-15 Mei 2022, dilanjutkan dengan Kenduri Perdamaian (Rabu, 18 Mei 2022) dan Pameran Peace Innovation Academy (18-24 Mei 2022).

Lewat festival ini, AMAN Indonesia dan Konde.co dengan didukung UN Women ingin mengajak publik khususnya anak muda dari berbagai latar belakang untuk lebih lantang menyuarakan isu toleransi dan keberagaman lebih khusus lagi yang terkait dengan perempuan, perdamaian dan keamanan alias women peace and security.

Festival PIA diharapkan menjadi ruang perjumpaan berbagai kalangan untuk menggagas soal keragaman dan kampanye toleransi melalui seni dan media. Kegiatan ini sekaligus diharapkan menjadi ruang konsolidasi bagi generasi muda dalam menggaungkan kampanye toleransi dan keberagaman melalui seni dan media.

Isu Peace Women and Security dipilih jadi fokus karena perempuan dan anak paling sering menjadi korban saat terjadi konflik. Mereka sangat rentan dan berisiko tinggi menerima dampak dari konflik akibat menguatnya intoleransi.

Country Representatif AMAN Indonesia, Ruby Kholifah mengatakan, dalam konflik, perempuan termasuk dalam kelompok yang paling merasakan dampaknya. Namun demikian, perempuan juga bisa menjadi agen perdamaian dan perubahan. Dalam banyak kasus perempuan tampil menjadi motor penggerak sekaligus memimpin jalan untuk membangun kembali kondisi menjadi lebih baik, sehingga upaya penguatan perlu terus menerus dilakukan.

“Melalui AMAN, kami memastikan bahwa ruang sipil harus ada dalam konteks negara demokrasi Indonesia. Karena hanya dengan ruang demokrasi maka implementasi 1325 bisa dijalankan dengan transparansi dan akuntabel” ujar Ruby.

Penyebarluasan intepretasi teks keagamaan yang sensitif gender, toleran dan pro-perdamaian seperti ini dibutuhkan untuk menangkal menguatnya intoleransi. AMAN berkomitmen untuk terus menguatkan kapasitas dan peran perempuan dalam pembangunan perdamaian dan transformasi konflik, termasuk pencegahan ekstremisme kekerasan (PVE).

Sebanyak 30 anak muda yang menjadi penggerak Festival PIA ini merupakan peserta/ fellow Peace Innovation Academy (PIA), sebuah akademi yang memberikan pembekalan mengenai isu Peace, Women and Security. Mereka datang dari beragam latar belakang dan terpilih dari ratusan pendaftar yang datang dari seluruh penjuru tanah air.

Generasi muda yang sebelumnya telah aktif dalam advokasi keberagaman dan toleransi ini  kemudian belajar bersama untuk menghasilkan karya kampanye bertemakan “Peace, Women and Security”. Karya-karya itu berupa film pendek, komik dan infografis, foto ataupun reportase mendalam dari lapangan.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!