Curhat PRT: Pinjam Handphone Suami Agar Bisa Ikut Sekolah Online

Karena pandemi Covid-19, maka sekolah PRT akhirnya diselenggarakan secara daring. Banyak hambatan yang harus dilalui para Pekerja Rumah Tangga (PRT), seperti gagap teknologi, handphone jadul dengan RAM terbatas, kuota internet minim atau bahkan harus pinjam HP suami. Semua kami lakoni agar kami tetap bisa berorganisasi.

Undangan sekolah PRT seperti ini beredar di WhatsApp group setiap 2 minggu sekali. Undangan seperti ini sudah menggantikan rutinitas kami untuk bertemu, padahal pertemuan fisik adalah sesuatu yang banyak ditunggu teman-teman Pekerja Rumah Tangga (PRT):

Undangan Sekolah PRT Mingguan,

Tanggal…bulan….tahun…

Jam :…..

Materi :…..

Fasilitator :…..

Meeting ID :…

Passcode :…

Link Youtube :….

Jadilah kami bertemu secara online. Pemberitahuan rutin ini masih berlangsung hingga kini, ketika pandemi Covid-19 sudah berangsur mereda. Ajakan untuk mengikuti sekolah PRT secara online ini juga dishare di grup–grup Facebook dan Instagram JALA PRT.

Saya masih ingat, rutinitas pertemuan online ini mulai kami lakukan sejak Agustus 2020. Sejak Maret 2020 Covid-19 menular sangat cepat hingga kemudian ditetapkan sebagai pandemi global. Dampak dari pandemi ini dirasakan oleh masyarakat di semua sektor, juga bagi kami kelas pekerja baik formal maupun informal.

Untuk menekan penyebaran pemerintah lantas menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang disusul dengan Pemberlakuan Pembatasan kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak awal 2021 dengan membatasi semua kegiatan di luar rumah.

Dampaknya sangat dirasakan, termasuk kami para pekerja rumah tangga (PRT). Mulai dari terhambatnya upaya pemenuhan kebutuhan hidup keluarga karena tidak bisa bekerja, pemutusan hubungan kerja (PHK) karena dianggap sebagai pembawa virus bagi pemberi  kerja, tak bisa bertemu dengan keluarga yang tinggal di lain kota/kabupaten.

Kegiatan organisasi juga praktis terhenti. Sekolah PRT di mana menjadi ruang bagi kami untuk bertemu, ngobrol santai dan berdiskusi untuk menambah wawasan dan keterampilan yang sebelumnya sudah dilakukan secara terjadwal, terpaksa harus dihentikan.

Oh ya, sebelumnya kami para PRT sudah tergabung di Serikat/Operata yang berada di berbagai wilayah di Indonesia. Ada SPRT Sapulidi (Jakarta), SPRT Rumpun Tangerang Selatan, SPRT Sedap Malam, Panongan Tangerang, SPRT Sumatera Utara, SPRT Paraikatte Sulawesi Selatan, SPRT Merdeka Semarang, dan SPRT Tunas Mulia Yogyakarta. SPRT ini dikoordinir oleh JALA PRT.

Di sekolah PRT biasanya kami belajar untuk membangun serta menambah pengetahuan dan keahlian bagi PRT. Sekolah PRT biasa dilakukan di masing-masing operata. Materinya biasanya dikirim oleh para pengurus lewat WhatsApp group (WA), Instagram, aplikasi zoom, youtube dan lainnya oleh pengurus operata yang kemudian disebarkan ke anggota.

Pandemi memporak-porandakan semua itu. Kami tak bisa lagi bertemu secara luring. Akhirnya sejak 9 Agustus 2020, atas kesepakatan bersama anggota JALA PRT diputuskan rapat – rapat/koordinasi membahas agenda kegiatan Serikat PRT/Operata, diskusi- diskusi dan sekolah PRT serta lainnya dilakukan dengan menggunakan aplikasi Zoom. Alasannya, pesertanya bisa lebih banyak dibanding WhatsApp conference call.

Namun, berbeda dengan pekerja formal, pelajar dan mahasiswa yang dengan mudah beradaptasi dengan sistem pembelajaran/bekerja secara daring (dalam Jaringan) dengan menggunakan jaringan internet, kami para PRT harus berjuang lebih. Pembelajaran atau komunikasi secara daring dengan menggunakan laptop, komputer atau handphone bisa mereka lakukan dengan mudah karena memiliki sarana yang dibutuhkan.

Kami para PRT tidak memiliki kemewahan itu. Untuk menunjang kelancaran proses kegiatan menggunakan aplikasi zoom tak hanya butuh handphone/laptop/komputer, tapi tak kalah penting adalah kuota internet. Dan kalaupun HP dan kuota tersedia, ternyata banyak PRT yang ruang HPnya tidak mencukupi untuk mengunduh aplikasi Zoom.

Sehingga banyak PRT yang tak bisa ikut aktif diskusi  di sekolah PRT lewat zoom. Kondisi ini diatasi dengan beberapa PRT bergabung ke teman lain yang ada zoomnya meski dengan peserta yang terbatas.  Maklum, kan masih situasi pandemi jadi belum boleh banyak orang kumpul, termasuk PRT. Dan untuk diskusi  atau sekolah PRT bisa juga dilihat di youtube.

Terlepas berbagai kendala dalam proses penggunaan aplikasi zoom, berbagai cerita pengalaman  dari 20 SPRT yang ada di 8 kota: Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Medan, Makassar, Surabaya, Semarang dan Yogyakarta, melalui WhatsApp menceritakan pengalamannya pada saat awal-awal menggunakan aplikasi zoom.   

Ada yang biasa-biasa saja; senang bisa berkumpul dengan teman-teman dari berbagai wilayah meskipun tidak secara langsung; grogi karena gaptek tapi lama-lama terbiasa; Ada juga yang karena RAM Handphone/ HP kecil maka harus menghapus file dan aplikasi lain agar bisa mengunduh aplikasi zoom; bingung dan panik – pencet bagian mengangkat tangan (raise hand) tentu saja nama dipanggil – tambah panik dan gugup.

Ada juga PRT yang minta dipandu anak atau minta didampingi anak jika mau ikut zoom tapi setelah tiga kali zoom akhirnya sudah bisa sendiri meski agak grogi. Ada yang mengaku jengkel jika signal terganggu karena suara hilang atau terpental keluar dari zoom saat tiba-tiba sinyal hilang.  

Kesulitan lainnya adalah saat jam kerja karena tidak bisa ikut sambil kerja; sedih ternyata kuota habis saat mengikuti zoom; sudah punya link zoom tapi tidak pernah digunakan karena masih ragu; Malu kalau foto bersama dan harus membuka kamera.

Sedih HP mati saat zoom karena RAM kecil; tidak bisa selalu ikut zoom karena HP gantian sama suami yang kadang dibawa kerja; saat akan instal zoom tidak bisa kemudian dipandu teman Serikat walau dari jarak jauh dan akhirnya berhasil yang sebelumnya harus menghapus aplikasi FB dan WA; panik dan bingung saat mau keluar dari zoom sehingga menggunakan cara pintas paket data dimatikan.

Banyak lika-liku dalam mengikuti proses belajar menggunakan aplikasi zoom dalam berkegiatan keorganisasian bersama JALA PRT dan Jaringan di masa pandemi. Namun dalam keterbatasan ini, kami terus mengobarkan semangat untuk mencapai apa yang kami cita-citakan yakni menjadi PRT yang kuat, berdaya dan solid.

KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisanTulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama Konde yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT).

sargini dan Lek Jum

Sehari-hari bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga dan aktif di Serikat Pekerja Rumah Tangga/ SPRT Tunas Mulia, Yogyakarta.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!