Peran Ayah ASI Diabaikan, Padahal Anak Juga Urusan Ayah

Peran Ayah dalam membantu ibu menyusui kerap kali diabaikan di Indonesia.Salah satu penyebabnya adalah nilai-nilai patriarki yang masih dianut oleh masyarakat Indonesia.

Pentingnya peran ayah dalam pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif tidak dapat diabaikan. Sebagai sosok yang paling dekat dengan ibu, banyak hal yang dapat ayah lakukan untuk mendukung ibu selama menyusui.

Bentuk dukungan yang bisa dilakukan di antaranya membantu mengurus bayi selama ibu menyusui dan mengatasi berbagai permasalahan selama proses menyusui.

Akan tetapi, peran Ayah dalam membantu ibu menyusui kerap kali diabaikan di Indonesia.

Salah satu penyebabnya adalah nilai-nilai patriarki yang masih dianut oleh masyarakat Indonesia. Pandangan bahwa mengurus anak, termasuk masalah menyusui, hanya tanggung jawab perempuan masih kuat di masyarakat Indonesia sehingga membuat para ayah sulit untuk mendukung ibu yang sering kali menghadapi masa-masa sulit selama menyusui.

Selama proses menyusui, tidak sedikit ibu yang mengalami sindrom baby blues karena mereka harus berjuang tidak hanya memenuhi kebutuhan ASI anaknya tapi juga kebutuhan-kebutuhan anak yang baru lahir yang seakan tidak pernah usai.

Sindrom tersebut juga membuat ibu yang baru saja melahirkan sering merasa sedih dan suasana hati menjadi berantakan. Apabila tidak segera diobati dengan tepat kemungkinan ibu tersebut bisa mengalami depresi.

Di Indonesia, ketidakhadiran ayah selama proses menyusui dianggap wajar. Meski studi menunjukkan keterlibatan ayah berdampak positif terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan ASI eksklusif sebagai asupan ASI yang diberikan kepada bayi baru lahir tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun kecuali vitamin sampai pada usia 6 bulan.

ASI eksklusif tidak hanya memiliki manfaat untuk kesehatan ibu dan bayi namun juga memiliki manfaat ekonomi untuk keluarga dan juga negara. Keluarga, terutama yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah, tidak perlu membeli susu formula yang menelan biaya tidak sedikit. Selain itu, ASI eksklusif juga bermanfaat untuk mengurangi angka kematian dan risiko penyakit .

Setidaknya terdapat dua hal penting bagi para pembuat kebijakan untuk mendorong ayah turut serta menyukseskan program ASI eksklusif.

Pertama, meningkatkan kesadaran masyarakat

Pemerintah dapat bekerja sama dengan berbagai komunitas pendukung ASI untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa menyusui itu bukan hanya tugas dari ibu.

Di Indonesia sudah ada komunitas ayah pendukung ASI di mana didirikan oleh para ayah. Komunitas tersebut dikenal dengan Ayah ASI Indonesia.

Dengan menggunakan berbagai kanal media sosial (Twitter dan Instagram), komunitas tersebut konsisten meningkatkan pengetahuan ASI masyarakat. Mereka memberikan informasi dari sumber tepercaya sehingga dapat menghalau mitos-mitos keliru terkait menyusui yang banyak beredar. Selain itu, mereka juga menjawab berbagai pertanyaan pengikut mereka di media sosial sekaligus selalu mendorong para ayah untuk terlibat aktif dalam aktivitas pengasuhan anak, termasuk menyusui.

Upaya yang dilakukan oleh komunitas ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya masyarakat di daerah perkotaan cukup efektif.

Sementara itu, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran ayah dalam proses menyusui bagi mereka yang berada di daerah terpencil, pemerintah perlu menguatkan peran pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas).

Puskesmas di daerah umumnya memberikan pelatihan terkait masa kehamilan, kelahiran bayi, sampai proses menyusui.

Pelatihan tersebut dipandu oleh seorang konselor menyusui yang sebelumnya telah berpengalaman dalam permasalahan kehamilan dan menyusui.

Kedua, memastikan masyarakat mengetahui tentang pemberian “cuti ayah”

Indonesia belum sepenuhnya paham dengan cuti ayah yakni cuti yang diperoleh oleh ayah yang baru memiliki bayi.

Regulasi Ketenagakerjaan di Indonesia hanya memberikan izin cuti selama 2 hari untuk ayah yang baru memiliki buah hati, dan izin ini biasanya diberikan agar ayah bisa menemani istrinya ketika masa persalinan.

Di Spanyol, ayah diizinkan untuk memiliki izin cuti sampai dengan 16 minggu, sedangkan di Vietnam para ayah yang baru memiliki anak berhak mendapatkan izin cuti sampai dengan 14 hari.

Di beberapa negara maju, ayah bahkan diperbolehkan mendapatkan izin cuti lebih dari 18 minggu.

Banyak manfaat yang didapatkan ayah jika mereka mendapatkan cuti ayah ini.

Para ayah bisa membangun hubungan erat dengan bayi mereka yang baru lahir. Mereka juga bisa memberikan dukungan kepada ibu dan juga mengetahui perkembangan bayi mereka. Yang tentu saja akan mensukseskan ASI eksklusif.

Memiliki waktu untuk cuti sementara dari pekerjaan dan lebih banyak meluangkan waktu di rumah juga membuat ayah bisa membantu pekerjaan rumah tangga (domestik) misalnya dengan memasak makanan sarat gizi bagi istri yang baru melahirkan, memandikan bayi, serta mengganti popok bayi.

Akan tetapi, sampai saat ini Undang-Undang (UU) Ketenagakerjaan Indonesia belum mengatur tentang cuti ayah, walaupun dalam UU Kesehatan tahun 2009 sudah dengan jelas menyatakan bahwa setiap anak berhak mendapatkan ASI eksklusif setidaknya dalam 6 bulan pertama sejak kelahirannya.

Regulasi ini seharusnya bisa mendorong pemerintah, masyarakat dan keluarga, terutama ayah untuk dapat memberikan dukungan kepada ibu melalui perhatian dan fasilitas yang memadai. Hal ini menjadi sangat krusial bagi Indonesia untuk segera membuat regulasi tentang cuti ayah

Perempuan butuh dukungan

Peran ayah dalam mendukung ibu menyusui sangat krusial, baik dukungan fisik maupun psikis.

Dukungan fisik bisa dilakukan dengan cara membantu pekerjaan domestik atau menemani ibu ketika mereka harus terjaga pada malam hari. Dukungan psikis dapat berupa memastikan kondisi ibu tenang dalam menghadapi tantangan-tantangan yang muncul sehingga pemberian ASI eksklusif bisa tercapai.

Semua pihak perlu mendukung proses menyusui ibu dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran ayah dalam mendukung ibu selama proses menyusui. Memahami betapa pentingnya proses menyusui untuk menciptakan generasi penerus bangsa, dapat dilakukan dengan cara mendukung pembuat kebijakan untuk memberikan cuti ayah, jadi para ayah bisa memberikan dukungan sepenuhnya kepada ibu ketika masa menyusui.

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Angga Sisca Rahadian dan Lengga Pradipta

Researcher, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!