Single dan Happy: Kami Bukan Perempuan Kesepian

Mau hidup sendiri atau hidup bersama orang lain? itu bukan urusan kita, karena perempuan punya pilihan hidup sendiri. Memberikan stempel jika perempuan lajang adalah perempuan kesepian adalah stereotipe kuno!

Gagasan untuk memilih hidup sendiri banyak dipilih oleh orang-orang di sekitar saya. Keputusan untuk hidup sendiri juga mereka ambil secara sadar, tanpa paksaan ataupun terdesak keadaan yang mengharuskan tinggal sendiri. Mereka ada yang bercerai, merantau, migrasi, pindah kerja. 

Hidup sendiri enak, karena mereka memilih ini sebagai jalan untuk menikmati hidup.  

Nyatanya, mereka yang di sekitar saya ini bisa menjalani hidup dengan baik-baik saja dan yang penting bahagia. Karena makna tinggal sendiri ini tidak sebatas dikasih stempel sebagai orang yang menutup diri dan  melakukan apa-apa sendiri. Yang memilih tinggal sendiri, juga berteman sama banyak orang, berinteraksi aktif secara sosial di tempat kerja atau lingkungan m ereka 

Intinya, mereka menikmati kesendirian tanpa harus merasa terbebani dari stempel kesepian. Mereka juga tidak mencemaskan pendapat orang-orang soalnya dirinya yang memutuskan tinggal sendiri dan menikmati kesendirian. Sebab, tak ada yang salah dari memutuskan tinggal sendiri. 

Kita perlu menghargai pilihan orang yang memutuskan untuk tinggal sendiri. Sebab, dia lah yang paling tahu akan kebutuhan dan kondisinya, karena ada banyak pertimbangan mengapa orang memilih tinggal sendiri yang perlu kita pahami. Apa saja? 


1.Ruang Privasi dan Standar Hidup Berbeda

Saling menjaga ruang privasi adalah hal penting yang harus dilakukan tiap orang. Nah, kita perlu memperhatikan batasan-batasan yang orang lain patok juga. Sebab, bagi sebagian orang, ruang privasi itu adalah hal yang paling berharga dari harta apapun. Maka kita perlu menghargainya. 

Ada orang yang memang memiliki standar hidupnya sendiri yang sulit dikompromikan dengan orang lain. Misalnya dalam hal kebersihan dan kerapian. Ada juga yang memiliki perencanaan waktu kegiatan pribadi yang ketat. Sehingga, kehadiran orang lain bisa mengganggu fokusnya atau tidak sesuai dengan cara hidupnya yang berbeda. 


2.Ada yang Lebih Berkembang ketika Melakukan Sendiri

Tiap orang punya bakat dan minatnya masing-masing. Termasuk, caranya sendiri untuk bisa mengembangkan dirinya. Kaitannya dengan ini, kerja tim memang penting tapi ada pula tipikal orang yang merasa dapat menemukan hasil terbaiknya justru ketika memiliki waktu sendirian. Intervensi dari orang lain justru bisa mengacaukan ide dan pemikirannya. 

Maka dari itu, tak sedikit orang yang akhirnya nyaman untuk bekerja dan melakukan banyak hal sendiri. Selain waktu kerja yang efektif juga menghindari drama-drama yang menguras energi dan pikiran. 

3.Banyaknya Bias Normatif dan Moralitas

Kita tentu tak memungkiri, masih ada banyak bias-bias normatif dan moralitas yang ada di tengah masyarakat kita ini. Termasuk stigma-stigma yang dilekatkan pada orang yang memilih hidup sendiri atau single tanpa pasangan. Tinggal sendiri banyak sekali diartikan sebagai orang yang kesepian. Padahal, tidak juga seperti itu. 

Kenyataannya, ada juga kok orang yang tinggal berbagi bersama dengan orang lain dan berada di lingkungan yang ramai, justru merasakan kesepian karena ia tidak menemukan seorangpun yang sepemikiran dengannya. Tapi sebaliknya, ada orang yang meski sendiri dia bisa menikmati (enjoy) dan berkembang dengan caranya sendiri. 

Maka kita sebagai orang yang hidup di masyarakat, janganlah semena-mena menyimpulkan orang yang tinggal sendirian pasti adalah orang yang kesepian. Tentu saja pemikiran itu merugikan sebab bisa menjadi toksik. Dikarenakan banyak orang yang kemudian dituntut untuk menjadi ‘tidak sendirian’ agar tidak disebut kesepian. 

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? 

Alih-alih mengurusi kehidupan perempuan yang memutuskan untuk tinggal sendiri serta melabelinya sebagai orang yang kesepian, kita perlu lebih empati dan peduli dengan terlebih dulu menghargai pilihannya. Tanpa stereotip yang toksik. 

Selanjutnya, fokuslah pada persoalan terpenting tanpa menjadi bias dan diskriminasi terhadap gender tertentu. Masalah yang perlu saling bantu yaitu kesepian yang bisa menyerang siapa saja dan bagaimanapun kondisinya. Bantulah sebisa kita. 

Mengutip Journal of Korean Clinical Health Science, A Study on Concept Analysis of Loneliness (Yun-kung Jung, Jeong-hwa Lee: December 2018), kesepian bahkan telah meluas bisa menjadi pandemi masyarakat modern. Kesepian ini merupakan perilaku yang berpusat pada diri sendiri yang dianggap sebagai negatif dan memalukan. Dalam keadaan berbeda dapat juga menyebabkan depresi dan kaitan dengan harga diri. 

Stop Stereotip Pilihan Perempuan

Kita perlu menghentikan stigma-stigma negatif untuk orang yang memilih tinggal sendirian yang selalu diidentikkan dengan kesepian bagi perempuan. Seperti butuh laki-laki sebagai pelindung, dianggap perempuan liar, anti sosial dan punya sifat buruk sehingga tidak cocok dengan siapapun, dan bisa saja diincar menjadi sasaran kejahatan. 

Ini tak berbeda jauh dengan konstruksi patriarki selama ini bahwa perempuan selalu saja dianggap lemah. Tak bisa hidup sendiri. Tak berdaya melakukan apapun tanpa laki-laki. Sampai perempuan bahkan dianggap tak bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri. 

Padahal, bagi kamu perempuan yang memutuskan dengan sadar untuk tinggal sendiri, gak ada yang salah!

Hal terpenting pastikan kamu telah menyiapkan rencana dan mitigasi risiko yang bisa terjadi saat pilihan tinggal sendiri itu kamu putuskan. Misalnya soal perencanaan finansial matang yang bisa membantumu dari berbagai kemungkinan yang datang seperti sakit, asuransi, tabungan hari tua, dan hal-hal yang membutuhkan finansial lainnya. 

Hidup sendiri juga mengajarkan diri terbiasa mandiri dan sebisa mungkin tidak merepotkan orang lain. Maka dari itu, skill hidup mandiri sangatlah dibutuhkan seperti masak, beres-beres, merancang keamanan, dan merawat kesehatan. 

Setiap orang berhak memperjuangkan kualitas hidupnya masing-masing termasuk ketika melaluinya dengan memutuskan tinggal sendiri. Jadi, yuk kita pahami pilihan hidup tiap orang. 

Ika Ariyani

Staf redaksi Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!