Inilah Pengalaman Kami Para PRT: Mengikuti Forum Pekerja Perempuan Sedunia

Pada awal Juli 2022 ini, saya bersama sejumlah wakil Sekolah Pekerja Rumah Tangga/ SPRT berkesempatan mengikuti Forum Pekerja Perempuan Sedunia. Di sana kami memaparkan kerja-kerja yang telah kami lakukan di Indonesia, termasuk perjuangan kami demi disahkannya UU Perlindungan PRT.

Inilah pengalaman kami para Pekerja Rumah Tangga (PRT) dalam Forum Pekerja Perempuan Dunia.

Pada tanggal 4 hingga 8 Juli 2022 lalu, saya dan beberapa pekerja rumah tangga (PRT) diminta JALA PRT  menghadiri kegiatan Workshop Forum Perempuan Pekerja atau Women Workers Forum (WWF) yang diselenggarakan oleh Global Alliance Aggainst Traffic in Women (GAATW) di Bangkok, Thailand.

Selain saya yang mewakili Serikat PRT Tunas Mulia Yogyakarta, juga ada Wina NK dari Serikat PRT Sapulidi Jakarta, Noer Khasanah dari Serikat PRT Merdeka Semarang, dan mas Arie Udjianto dari Sekretariat Nasional JALA PRT.

Workshop ini diikuti oleh mitra GAATW dari Indonesia, Kamboja dan Thailand. Peserta dari Indonesia berasal dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT), Yayasan Annisa Swasti (YASANTI) dan Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI).  Peserta dari Kamboja berasal dari United Sisterhood Alliance (USA). Kemudian peserta dari Thailand ada Esaan Community Foundation, HomeNet dan GAATW-IS. Selain peserta di atas, workshop juga diisi dengan terapi dengan menggunakan gerakan tari oleh Kolkata Sanved dari India dan hiburan musik oleh Messenger Band dari Kamboja.  

Kegiatan ini dilakukan di Montien Riverside Hotel, Thailand. Hotel dengan bangunan lama yang terletak di pingir sungai Chao Phraya tersebut memiliki taman yang besar dan kamar dengan pemandangan sungai yang alirannya tenang.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia awal tahun 2020, GAATW sudah pernah melakukan pertemuan di Indonesia, namun sejak pandemic maka pertemuan dilakukan secara online. Akhirnya pada Juli tahun 2022  ini bisa kembali dilakukan secara tatap muka lagi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Tujuan dari workshop kali ini adalah untuk mengenal pekerjaan satu sama lain, terutama pekerjaan yang berkaitan dengan pekerja perempuan dan pengalaman advokasi kolektif untuk perubahan.  Dalam Forum Pekerja Perempuan (WWF) ini mendiskusikan dan mempraktikkan berbagai komponen program seperti bagaimana melakukan pengorganisasian, pekerjaan pendokumentasian, berbagi keterampilan satu sama lain, mempraktikkan perawatan kolektif misalnya melalui Terapi Gerakan Tari, dan membahas rencana organisasi untuk WWF.

Hari pertama workshop dimulai dengan membuat kesepakatan peserta tentang aturan kegiatan selama berlangsung, seperti tepat waktu, jaga jarak fisik, sharing ide pengalaman, berbicara pelan karena ada penerjemah bahasa, jika ada peserta yang tidak berkenan untuk difoto atau divideokan oleh panitia,  bisa memberikan tanda stiker merah dan menjaga botol minumnya masing-masing karena terbuat dari kaca (beling).

Setelah kesepakatan, agenda selanjutnya adalah perkenalan satu persatu perwakilan organisasi. Semua organisasi diberi waktu sekitar 25 menit untuk mempersiapkan pameran tentang kerja-kerja yang selama ini telah dilakukan. Seluruh peserta sangat antusias untuk menampilkan karya-karyanya.

Setelah itu satu per satu peserta mempresentasikan pamerannya. Dalam kesempatan ini saya mewakili JALA PRT menceritakan tentang kerja-kerja yang telah dilakukan selama ini yang bisa dijabarkan menjadi tiga program kegiatan.

Pertama memperkuat PRT Perempuan melalui pengorganisasian dengan memberikan pendidikan sekolah PRT baik secara offline dan online di 7 SPRT. Sekolah online dilakukan dengan menggunakan  platform zoom meeting. Tujuan dari pengorganisasian ini untuk memperbanyak anggota dan  meningkatkan kapasitas PRT yang diorganisir untuk melakukan advokasi hak-hak dan keadilan sosial khususnya kerja layak, perlindungan sosial dan penghapusan kekerasan dan pelecehan di dunia kerja. Terkait bagaimana mengajak PRT untuk bergabung dengan organisasi serikat PRT, JALA PRT memiliki cara jitu untuk menambah anggota secara cepat dengan menggunakan metode RAP.

Kedua yaitu melakukan advokasi-kampanye yang didukung dengan berbagai pendokumentasian. Advokasi yang dilakukan misalnya mengajukan draft RUU Perlindungan PRT ke DPR, khususnya Badan Legislasi, yang tentu disertai dengan lobi, negosiasi, bahkan demonstrasi.

Untuk kampanye dan pendokumentasian, yang sudah dilakukan adalah seperti PRT menulis kisahnya dengan diterbitkannya buku PRT yang merupakan tulisan dari PRT sendiri. Tulisan kawan-kawan PRT juga bisa diakses secara online di website tungkumenyala.com atau di konde.co. Kegiatan kampanye yang lain adalah  pembuatan video dan poster yang dibuat dan diposting oleh PRT  media social seperti Facebook, Instagram dan twitter yang dilakukan secara rutin.

Setiap lembaga/organisasi melakukan presentasi dari pameran yang ditampilkan. Giliran terakhir melakukan presentasi adalah dari Sekretariat GAATW. Setelah semua kelompok/lembaga melakukan presentasi pamerannya, kemudian Bandana, kordinator GAATW, merangkum hasil seluruh presentasi.

Sesi berikutnya adalah perawatan kolektif melalui terapi dengan Gerakan Tari (DMT) yang dipimpin oleh Kolkata Sanved. Gerakan menari ini yang digerakkan hanya  tubuh tanpa berbicara, menarinya juga bisa dilakukan sendiri,  berpasangan atau secara kolektif. Kita bebas melakukan gerakan. Gerakan menari ini bertujuan untuk merefleksikan apa yang dirasakan di dalam tubuh kita. Jika dilakukan secara kolektif gerakan ini sangat bermanfaat dapat memberikan ruang untuk orang lain meskipun kita bebas bergerak, dapat saling menghubungkan satu sama lain meskipun kita berbeda bahasa, namun hanya dengan gerakan tubuh kita bisa memahami satu sama lain.

Di sesi malam, ada kegiatan workshop musik yang difasilitasi oleh Messenger Band dari Kamboja. Messenger Band merupakan merupakan pekerja seni dan budaya melalui musik untuk perubahan yang dibentuk oleh United Sisterhood Alliance.  Messenger Band mengorganisir buruh, pekerja seks, PRT, petani dan pekerja informal dari berbagai sektor. Messenger Band ini sudah mempunyai beberapa album rekaman. Lirik-lirik lagu yang diciptakan Messenger Band berisi perlawanan atau suara-suara mereka yang tertindas, miskin, dan tergusur. Lirik yang dibawakan tidak hanya mewakili mereka yang tertindas di Kamboja, tapi sangat relevan dan mewakili siapa pun mereka yang tertindas di mana saja tempatnya.

Banyak hal dan pengalaman baru yang bisa yang petik dari pertemuan ini. Dan, saya berharap bisa sering hadir di acara-acara seperti ini.

KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisanTulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama www.Konde.co yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT).

Jumiyem

Bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) dan aktif di SPRT Tunas Mulia
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!