Pengalaman PRT: Aku Jadi Pembicara Diskusi Sambil Memasak

Kamis 2 Juni 2022 saya diundang untuk bicara soal Jaminan Sosial untuk pekerja rumah tangga (PRT) di Instagram Live yang diselenggarakan Koalisi Sipil untuk Undang-Undang Perlindungan PRT. Saya pun melakukannya dengan senang hati, meski harus sambil menyiapkan hidangan bagi tamu pemberi kerja.

Menjadi pembicara diskusi di Instagram live itu sangat luar biasa bagiku. Apalagi aku jadi pembicara sambil memasak di rumah majikan. Ini adalah pengalaman berharga buat aku.

Perkenalkan, saya Mulyani seorang pekerja rumah tangga yang sudah dua tahun ini saya bekerja pada keluarga yang tinggal di sebuah apartemen di Jakarta. Saya akui, meski cukup sibuk dan banyak pekerjaan, selama bekerja dengan beliau saya diperlakukan dengan baik.

Beliau lumayan sibuk dan sering kedatangan tamu untuk makan malam. Kalau sudah begini saya ikut sibuk karena harus bekerja sampai malam untuk menyiapkan makanan untuk tamu beliau. Namun untuk itu, saya sering mendapatkan uang lemburan karena bekerja di luar jam kerja.

Namun demikian, selama itu pemberi kerja belum saya beritahu jika saya ikut aktif dalam organisasi pekerja rumah tangga tepatnya di Serikat PRT (SPRT) Sapulidi Jakarta. Saya belum berani terus terang kepada majikan tentang aktivitas saya, karena saya khawatir dia tidak mengijinkan saya berorganisasi.

Lantas satu hari, tepatnya pada Rabu 1 Juni 2022, Jaringan Nasional untuk Advokasi PRT (Jala PRT) menghubungi saya lewat WhatsApp. Mereka menanyakan, apakah saya bisa menjadi pembicara dalam acara live di Instagram pada 2 Juni keesokan harinya. Saat itu saya bingung harus jawab apa. Apakah mengiyakan atau menolak.

Tapi kalau saya menolak, saya berpikir dimana kontribusi saya dalam perjuangan untuk menyampaikan kebutuhan PRT. Tapi kalau mengiyakan saya khawatir tidak bisa optimal, karena sebelumnya saya sudah diberitahu bahwa pada Kamis 2 Juni malam bakal ada tamu yang datang sehingga saya akan sibuk menyiapkan hidangan untuk tamu.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya putuskan untuk mengiyakan undangan untuk menjadi pembicara dalam live Instagram itu. Hari itu saya berpikir terus bagaimana caranya saya bisa live mewakili Jala PRT dan Perempuan Mahardika sambil memasak untuk tamu. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam dada, apakah bos bakal mengijinkan saya atau sebaliknya marah dan tidak mengizinkan saya berbicara di acara tersebut.

Kamis sore, saat mendekati waktu IG live saya semkain grogi, dan demam panggung pun makin menjadi. Saya berusaha untuk fokus untuk menyiapkan makanan yang akan dihidangkan untuk tamu, setelah sebagian besar makanan sudah siap dan suasananya saya nilai sudah pas, maka saya memberanikan diri untuk bicara dan minta ijin ke bos. Saya beritahukan bahwa malam ini, sembari memasak saya akan bicara di IG live melalui ponsel saya. Saya jelaskan juga, dalam IG Live ini saya akan menjelaskan tentang jaminan sosial ketenagakerjaan untuk PRT di mana saya termasuk beruntung memilikinya karena beliau bersedia membayarkan iurannya.

Saya sempat deg-degan menunggu jawaban dari bos, dan ternyata beliau mengizinkan dengan catatan saya tidak boleh mengesampingkan pekerjaan saya. Ohh, betapa lega dan senang hati saya karena bisa ikut berkontribusi dalam kampanye pemenuhan hak-hak PRT. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih untuk bos .

Saat jarum jam mendekati angka 7 atau sekitar pukul 19:00 WIB, saya pun membuka Instagram untuk gabung dan sambil memasak di dapur. Tamu bos juga sudah datang hingga akhirnya saya tidak bisa mengobrol banyak di IG Live yang diselenggarakan Koalisi Sipil untuk UU Perlindungan PRT malam itu, karena harus mondar-mandir menyiapkan makanan.

Biasanya saya menyiapkan makan sendirian, tapi entah kenapa waktu itu si bos ikut mondar mandir di daur sehingga muncul juga di depan kamera.  membuat hati jadi tambah grogi dan lucu lihat tingkah si bos,beliau bukan orang yang kaku dalam kamera beda dengan saya ,tidak suka tampil di depan kamera.

Saya hanya bercerita  sedikit, bahwa PRT membutuhkan pelindungan jaminan sosial baik jaminan kesehatan, jaminan ketenagakerjaan maupun jaminan hari tua. Ini penting untuk melindungi pekerja dari rumah menuju tempat kerja, di tempat bekerja  dan dari tempat kerja pulang ke rumah  lagi. Untuk itu, JALA PRT bekerja  sama dengan BP JAMSOSTEK  sudah memberikan surat  edaran yang kami gunakan untuk negosiasi kami sebagai PRT dengan pemberi kerja agar mereka menyertakan kami dalam BPJS alias jamsostek.

Dari sekolah PRT yang rutin saya ikuti, program ini sudah berlangsung sejak 2019, dan sudah ada 1427 peserta. Terkait pembayaran premi, sebagian besar ditanggung pemberi kerja. Kami ikut Jamsostek  dengan tiga manfaat, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM) dan Jaminan Hari Tua (JHT).

Manfaat dari jaminan social ini sudah nyata ada. Salah satunya, ketika teman saya tertabrak orang yang tidak dikenal dan mengalami luka parah di bagian kepala sehingga harus dioperasi, seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh BP JAMSOSTEK.

Dalam kesempatan itu saya juga sampaikan, bahwa para PRT membutuhkan jaminan sosial kesehatan dari kelompok penerima bantuan iuran (PBI). PRT harus dimasukkan dalam program PBI karena PRT termasuk golongan tidak mampu. Jika PRT tidak bekerja, maka tidak ada uang untuk membayar. Sedangkan iuran jaminan kesehatan itu harus dibayar untuk satu keluarga dan tidak bisa satu orang saja, sedangkan upah/ gaji  PRT kecil sehingga akan memberatkan jika iuran bulanan ini dibebankan kepada PRT.

Selain itu, banyak PRT yang belum tersentuh oleh bantuan dari pemerintah, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Ini juga yang saya alami, yang tidak mendapat bantuan apapun dari pemerintah tempat saya tinggal di Tanggerang, meski saya dan banyak PRT lain juga membutuhkan bantuan sosial dari pemerintah seperti BLT ataupun bantuan sembako.

Semua ini saya paparkan sembari saya menyiapkan hidangan untuk tamu majikan, dan beberapa kali saya dipanggil bos untuk membantunya. Alhasil saya harus berulang kali ‘menghilang’ dari forum. Untungnya, selain saya hadir juga ibu Arum Ratnawati  dari Komunitas Pemberi Kerja dalam acara itu. Sehingga beliau bisa mengisi kekosongan forum untuk menjelaskan secara rinci tentang Jamsostek untuk para pekerja rumah tangga.

Saya sangat berterima kasuh dengan ibu Arum dan komunitasnya yang sangat mendukung adanya UU Perlindungan PRT dan tentunya adanya jaminan social untuk PRT.

KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisanTulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama Konde yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT).

Mulyani

Bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT)
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!