Solidaritas Untuk Mahsa Amini Mengalir Dari Negara-Negara di Dunia

Unjuk rasa telah berlangsung hingga hari ini di seantero Iran dan negara-negara di dunia menyusul kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun. Pasca ditahan oleh polisi moral karena tidak mengenakan jilbab dengan benar, Mahsa Amini kemudian meninggal dunia.

Warga Iran turun ke jalan-jalan untuk malam ke-sembilan berturut-turut pada Minggu, 25 September 2022 memprotes kematian Mahsa Amini. Perempuan 22 tahun itu meninggal dalam tahanan polisi moral Iran di Teheran pada awal bulan September 2022 ini.

Aksi-aksi solidaritas terhadap perempuan Iran juga digelar di berbagai kota di seluruh dunia, seperti Athena, Berlin, Brussels, Istanbul, Madrid, New York dan Paris.

Demonstrasi pertama kali pecah pada 17 September dalam pemakaman Mahsa Amini. Perempuan Kurdi itu tewas sehari sebelumnya dalam penahanan polisi yang menegakkan aturan berbusana perempuan yang ketat. Mahsa Amini ditangkap pada 13 September 2022 karena dituduh melanggar peraturan terkait jilbab itu.

Keluarga Mahsa Amini menuding ia dianiaya di dalam van polisi moral setelah ditangkap, dan mengalami cedera parah di bagian kepala. Polisi menolak tuduhan itu dan mengatakan bahwa Amini tewas setelah dilarikan ke rumah sakit karena mengalami serangan jantung. TV pemerintah Iran mengatakan 41 orang telah tewas dalam berbagai aksi protes tersebut.

“Ini adalah tahun pertumpahan darah,” teriak para pengunjuk rasa di Teheran, sementara pasukan militer menyapu jalan-jalan kota. Iran memasuki minggu kedua kerusuhan sipil massal setelah kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun.

Amini menghilang dalam tahanan polisi awal bulan ini karena dituduh melanggar undang-undang “moralitas.” Tiga hari kemudian, ia meninggal dunia. Pemerintah Iran mengatakan pihaknya telah memerintahkan penyelidikan atas kasus tersebut. Dukungan dari seluruh dunia mengalir menyusul kematian Amini di tengah seruan baru terhadap Republik Iran.

Anggota keluarga Amini menuduh dia dipukuli dalam mobil polisi setelah penangkapannya, dan menderita beberapa pukulan di kepala. Polisi menolak tuduhan itu, dan mengatakan Amini meninggal karena serangan jantung.

PBB Serukan Hak Kebebasan Bereskpresi di Iran

Wakil Sekjen PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, pada Jumat (23/9), mengatakan Guterres telah melangsungkan pertemuan dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di New York pekan ini dan membahas masalah hak asasi manusia, terkait tindakan keras aparat keamanan Iran terhadap para demonstran.

Dalam konferensi pers, Dujarric mengatakan Guterres telah bertemu dengan Raisi di sela-sela sidang Majelis Umum PBB. “Sekjen mengangkat sejumlah masalah, termasuk soal hak asasi manusia,” ujarnya.

Dujarric mengatakan Guterres sangat prihatin “tentang laporan demonstrasi damai yang ditanggapi dengan kekuatan berlebihan yang mengakibatkan puluhan kematian dan luka-luka.” Ia (Guterres.red) meminta agar pasukan keamanan lebih menahan diri dari penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau tidak proporsional, dan menghimbau semua pihak untuk menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut.

Dujarric menggarisbawahi seruan PBB pada pihak berwenang di Iran untuk menghormati hak dan kebebasan berekspresi, berkumpul dan berserikat secara damai, serta hak-hak kaum perempuan, “dan untuk mengambil langkah lebih jauh untuk menghilangkan bentuk-bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan anak perempuan, serta menerapkan langkah-langkah efektif untuk melindungi mereka dari pelanggaran HAM lain sesuai standar internasional.”

Dujarric juga mengulangi seruan penjabat Komisaris Tinggi HAM untuk “penyelidikan yang tidak memihak dan efektif atas kematian Mahsa Amini.” Kematian Amini, yang berusia 22 tahun, dalam tahanan polisi setelah ditangkap polisi moral karena mengenakan jilbab secara tidak benar, telah memicu demonstrasi selama berhari-hari. Aparat keamanan menanggapi demonstrasi itu dengan keras.

UN Women juga mengeluarkan pernyataan tentang kematian Amini, menyebutnya sebagai tragedi dan “isu khusus.” UN Women, yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak perempuan, menggemakan seruan Komisaris Tinggi HAM “untuk penyelidikan yang cepat, tidak memihak dan efektif oleh otoritas independent yang kompeten” atas kematian Amini.

Sumber foto: Harper’s Bazaar

Voice of America

Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!