‘Mereka Menginterogasi dan Membotaki Kepalaku’ Hukum Tak Adil bagi Warga Miskin Kota

Lakon Koyal 2713 adalah hasil dari proses pengadaptasian naskah drama Mega-Mega karya Arifin C. Noer. Tokoh Koyal dibawakan apik dalam bentuk monolog oleh actor Permana Manaloe dalam Pentas Aktivasi Aktor lab Teater Ciputat

Hari-hari Koyal kian nelangsa, sejak palu hakim memvonisnya bersalah atas tuduhan kasus perjudian online. 

Meski telah dijatuhi hukuman, Koyal sebenarnya masih tak mengerti kesalahan apa yang telah dilakukannya . Dirinya hanya main game online, tapi jaksa menuduhnya menjadi bagian kejahatan judi online.

Hidup Koyal sebagai kelompok miskin kota memang kerap kali terpinggirkan. Nasib membawanya harus bekerja tanpa henti, meski yang Ia peroleh tak seberapa. Laki-laki itu hidup di jalanan dan tidur dimanapun punggungnya ingin merebah. 

Kala itu Koyal kebetulan sedang tidur rebahan di teras masjid, saat para aparat menyeretnya dan membawanya tanpa ampun ke sebuah mobil. Dia hanya bisa pasrah. Masih dengan segala kebingungannya, Koyal dibawa ke sebuah ruangan. Di sana Koyal sudah melihat orang-orang yang kepalanya telah dibotaki. Saat itulah, Koyal baru paham bahwa tempat itu adalah sel tahanan polisi. 

Koyal yang tak pernah sekolah itu pun, diinterogasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak Ia pahami. Wajah polisi berganti dari hari ke hari. Menanyakan pertanyaan yang sama terus menerus. Koyal terus dipukuli dan dipaksa mengakui perbuatan yang bahkan tidak pernah dia lakukan. 

Kebenaran sudah dia katakan, tapi polisi-polisi itu menganggapnya berbohong. Koyal terus dipukuli. 

“Aku kesakitan, aku tak tahan lagi, kepala dan mulutku berdarah, ampun Pak Polisi… Ampun!” Pekik Koyal. 

Setelah berbulan-bulan menghadapi persidangan, Koyal dituntut 6 tahun penjara oleh Jaksa. Pengacara publik yang mendampinginya mencoba meringankan hukuman Koyal dan membuatkan teks pembelaan yang sangat diplomatis. Sayangnya, Koyal yang tak pernah mengenyam pendidikan itu, tidak bisa membacanya karena buta huruf. 

Koyal yang lugu itu pun, memilih bercerita. Dia menceritakan semua yang dia ketahui dan lakukan. Koyal sehari-hari adalah pengamen di lampu merah dan warung pinggir jalan. Kadang dia jadi tukang parkir, kadang mengumpulkan botol plastik atau kuli panggul pasar. Dia bekerja sebagai buruh serabutan untuk melanjutkan hidup.

Ia hidup sebatang kara dan menggelandang. Tak punya tempat singgah tetap. Seringnya Ia tidur beratapkan langit dan beralaskan tanah. 

Objektivitasi terhadap Kelompok Miskin Kota 

Mirisnya, kelompok miskin kota seperti Koyal ini kerapkali justru menjadi objek. Wajah mereka baru saja terangkat ketika musim kampanye para politisi yang “menjual” kepedulian atas kemiskinan. Para politisi menjadikan Koyal dan teman-temannya objek kampanye dan objek foto untuk pencitraan. Koyal disantuni dan diberi kaos partai. 

Mereka bicara ‘berbusa-busa’ tentang janji-janji pembangunan dan kesejahteraan, yang nyatanya tak pernah Koyal dan teman-temannya nikmati. Orang-orang seperti Koyal tak juga sejahtera.  

Satu-satu kemewahan bagi orang seperti Koyal ialah khayalan. Dia hanya sanggup berangan-angan besar untuk jadi orang kaya. Dia berfantasi akan nikmatnya menjadi orang kaya yang bisa jalan-jalan ke luar negeri, bisa naik mobil sport super kencang. Punggung orang kaya yang rileks karena tak dibebani derita hidup dan gaya perlente orang kaya. 

Dan salah satu cara instan yang diketahui adalah bermain internet, layaknya manusia metropolitan lainnya yang menggunakan ponsel “pintar” android untuk bekerja atau bersosialisasi. Koyal ingin menjajalnya. 

Setelah mengumpulkan uang receh yang dia punya. Koyal pun bisa membeli ponsel bekas. Koyal juga mulai membuka akun game online. Dia mengangankan nasibnya bisa berubah. Hingga suatu hari yang sial itu datang, Koyal diciduk oleh aparat sampai berakhir ke ‘meja hijau’. 

Sosok Koyal seolah mengingatkan kita bahwa keadilan hukum bagi ‘wong cilik” itu rasanya adalah hal yang sulit digapai. Monolog Koyal 2713 menggambarkan hukum kerap tak berpihak kepada kaum marjinal. Koyal harus menerima hukuman kurungan akibat tuduhan judi online, padahal dia hanya bermain game online. 

Koyal merupakan korban dari peraturan yang dibuat dengan keotoriteran tanpa sosialisasi yang luas, ini membuat banyak masyarakat miskin tidak memiliki kesempatan untuk memahami dan tidak memiliki daya serta kuasa untuk melawannya, sehingga melulu menjadi korban dari semua kebijakan yang tidak berpihak. 

Koyal yang merupakan tokoh sentral dalam lakon tersebut merupakan representasi dari masyarakat marjinal yang mencoba memasuki dunia virtual dan terjebak di dalamnya hingga kemudian menjadi terdakwa.

Permainan online tersebut menyeretkan pada dakwaan penyebarluasan judi online. Melalui tokoh Koyal, penonton diajak untuk memahami bahwa kesengsaraan, kemiskinan, dan penindasan adalah milik mereka yang tidak mengerti apa-apa. Hal tersebut tentunya menjadi refleksi mengenai hukum yang melulu tajam ke bawah. 

Menjadi manusia yang terpinggirkan seperti Koyal memang tak mudah, bukan karena mereka malas dan tak mau berusaha, bukan mereka tak mencari cara untuk mengubah nasib, bahkan pekerjaan mereka sangat berat melebihi manusia normal. Akan tetapi lebih mengherankan, kelompok miskin justru disebut “beban negara”. 

Menegakkan Hukum secara Adil dan Beradab

Monolog ini dimainkan dengan apik dan menjiwai oleh aktor teater Permana Manaloe. Lakon Koyal 2713 adalah hasil dari proses pengadaptasian naskah drama Mega-Mega karya Arifin C. Noer. Tokoh Koyal dibawakan apik dalam bentuk monolog oleh actor Permana Manaloe dalam Pentas Aktivasi Aktor lab Teater Ciputat, Jumat (2/9/2022) di Hall Sakura A dan B The Japan Foundation, Jakarta.

Pimpinan produksi Aktivasi Aktor Lab Teater Ciputat, Wulan Pusposari,  mengungkapkan Koyal 2713 merupakan hasil adaptasi dan interpretasi aktor selama ini dari naskah dramawan ternama.

“Melalui berbagai rentetan proses yang dijalankan oleh para aktor dan tim produksi dalam program ini, LTC Aktivasi berharap Aktor menjadi sebuah langkah untuk mendorong penciptaan karya teater yang diinisiasi seorang aktor,” jelasnya

Proses aktivasi aktor, diungkapkan Wulan, dimulai Februari 2022 diawali dengan proses riset dan pendalaman karakter.” Proses aktor dalam menginterpretasikan naskah tidak mudah, mereka menjalankan proses yang harus diapresiasi,” ungkapnya.

Koyal 2713, dikatakan Wulan, menggambarkan dimensi dan pengalaman batin kelompok miskin kota. Bagaimana ketidakpahaman pria buta huruf yang dipaksa hidup di tengah kerasnya kota, itu bukan hal yang mudah, maka tak jarang dari manusia seperti Koyal yang suka mengkhayal dan berfantasi menjadi orang kaya dan hidup foya-foya.

“Itu bagian dari hiburan bagi kaum miskin, saat mereka kembali pada kehidupan normal, mereka sebenarnya dipaksa menghadapi kerasnya kehidupan karena Pendidikan yang rendah dan penghakiman dari lingkungan sosial,” tukasnya.

Problematika kaum miskin kota, bukan hal baru dalam persoalan kemiskinan di negara-negara berkembang. Akan tetapi kaum miskin kota kerap menghadapi kesulitan mendapatkan keadilan (access to justice), kaum miskin yang bermasalah dengan hukum kerap menghadapi penderitaan yang melebihi orang kaya meskipun semua warga negara di mata hukum semua sama. 

Padahal merujuk pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap warga negara sama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kekecualian.

Devi P. Wiharjo

Beberapa tahun jadi jurnalis, sempat menyerah jadi manusia kantoran, dan kembali menjadi jurnalis karena sadar menulis adalah separuh napas. Belajar isu perempuan karena selama ini jadi perempuan yang asing pada dunia perempuan, eksistensialis yang hobi melihat gerimis di sore hari.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!