Hidup Sepoi-sepoi di Trek Lari: ‘Drakor Run On’

Kekuatan Drakor “Run On” terletak pada dialog-dialog yang kuat dan natural. Para karakternya sudah cukup unik. Tentu pemikiran mereka: kata-kata mereka, juga cukup menarik.

Kayanya baru kali ini, saya geregetan dengan karakter drakor, kesel banget dengan semua bentuk kepengecutannya, tapi tetap ditonton (disambi kerjaan lain) sampai akhir, demi menunggu penyelesaian terbaik versi penulis.

Adalah Shin Se-kyung, aktris pemeran utama drakor Run On ini, yang sempat bikin saya maju mundur mau nonton. Aktris ini menurutku plain aja, gitu.

Dan mungkin karena plain gitu -dia ga punya range ekspresi yang variatif-, Se-kyung malah jadi cocok banget memerankan karakter Oh Mi-joo.

Tapi, ada aktor Im Si-wan ambil bagian. Duh, saya suka sekali sama akting Si-wan di drama-drama sebelumnya, seperti Misaeng dan Strangers from Hell.

Plus, ada Soo Young SNSD yang paling lumayan aktingnya dibandingkan anggota SNSD lainnya (Yoona, Yuri, ataupun Seohyun).

Dua episode awal, saya tonton dengan harapan.

Kekuatan drakor ini ada pada karakter yang agak beda. Dan harusnya pada dialog yang menarik plus bikin mikir. Harusnya ya.

Karakter Drakor Run On

Pada banyak drakor, tokoh utama lelaki sering digambarkan sebagai tsundere yang kayanya dingin, tapi berhati lembut. Nah, karakter Seon-gyeom (diperankan Im Siwan) jauh dari image itu.

Seon-gyeom adalah anak lelaki keluarga kaya, pasangan anggota dewan dan aktris terkenal. Ia punya kakak perempuan yang merupakan pegolf profesional berprestasi. Seon-gyeom sendiri merupakan atlet lari nasional. Keluarga ini terpandang lah, semuanya beken.

Namun Seon-gyeoum punya kepribadian yang polos dan lurus. Dia melihat kehidupan dia apa adanya. Dia juga anak penurut, sebisa mungkin menyenangkan hati orang lain. Dia tulus dan baik, sehingga ia tak bisa menerima ketidakadilan. Ia seperti punya banyak orang, tapi tak bisa egois memiliki dirinya sendiri.

Seon-gyeom ini semacam lelaki polos yang ingin kamu urusin gitu lah, hahaha. Beda kan ama karakter-karakter tsundere yang biasa ada di drakor.

Im Si-wan berhasil membawakan karakter ini, dengan ekspresi yang pas. Mimiknya juga cocok buat dialog-dialog dia yang polos tapi mengejutkan itu.

Nah, hidup Seon-gyeom yang ‘lurus-lurus’ aja mulai berwarna ketika mengenal Mi-joo.

Seon-gyeom dan Mi-Joo (Sumber: Dramabeans – JTB)

Mi-joo (diperankan Shin Se-kyung) adalah perempuan yatim piatu yang sudah biasa mandiri sejak kecil. Ia bekerja sebagai penerjemah freelance, terbiasa mengerjakan penerjemahan film.

Ia bekerja keras untuk bertahan hidup, sekaligus mengusir rasa kesepian. Film-film yang ia kerjakan terjemahannya, adalah jati dirinya. Ia selalu menonton film projectnya hingga akhir, dan melihat namanya tertera pada bagian akhir film. Itu satu-satunya kebanggaan Mi-joo.

Tapi dia tuh merasa dirinya kecil. Di awal episode, dia merasa kerjaan menerjemahkan itu bukan kerjaan yang bisa dibanggakan.

Besar sebagai anak yatim, Mi-joo memiliki mekanisme pertahanan diri sendiri. Sejak kecil, ia sudah merasa terbuang. Jadi dia enggak mau terluka lagi. Ia tahu dirinya tak punya siapa-siapa kecuali dirinya sendiri. Jadi, kadang-kadang dia bertindak ‘kurang sopan’ karena meledak-ledak.

Namun, untuk menghindari luka, ia biasa kabur. Dia malas berkonflik.

Mi-joo bolak balik pacaran dengan banyak lelaki brengsek, dan selalu putus. Selalu ia yang ngajakin putus demi gak terluka duluan.

Sampai akhirnya ia ketemu Seon-gyeom yang emang baik banget, yang terus memompa kepercayaan dirinya, sampai Mi-joo terlalu takut “its just too good to be true.”

Ketika ia pacaran sama Seom-gyeom, dia sempat milih ‘lari’, karena diperlakukan buruk oleh ayah Seom-gyeom.

Bersama Seom-gyeom, pada akhirnya, Mi-joo berusaha untuk berani memperjuangkan cinta mereka, berusaha hidup baik-baik saja dengan latar belakang berbeda.

Seo Dan-ah, diperankan Soo Young, adalah CEO muda yang biasa taktis, gesit, tapi juga ngomong sembarangan yang kadang-kadang menyakitkan lawan bicaranya. Dan-ah adalah CEO agency yang menaungi atlet Seon-gyeom, ketika masih aktif sebagai atlet lari. Kemana-kemana ia selalu pakai sepatu olahraga, buat jaga-jaga siapa tau ada kesempatan main bola.

Dan-ah memang pernah bergabung dengan tim sepakbola saat sekolah, tapi gak direstui.

Dan -ah jatuh cinta pada mahasiswa seni Lee Young-hwa (diperankan Kang Tae-oh).

Young-hwa ini manis, dan perhatian sama Dan-ah. Mereka juga punya perbedaan jauh nih. Beda kelas, tapi sama-sama jatuh cinta. Gimana mereka mengatasinya?

Menurutku, hubungan Dan-ah dan Young-hwa terasa lebih manis dan menghibur.

Pesan Utama

Kekuatan Run On terletak pada dialog-dialog yang kuat dan natural. Para karakternya sudah cukup unik. Tentu pemikiran mereka: kata-kata mereka, juga cukup menarik.

Tapi, karena saya nonton versi terjemahan, kadang-kadang dialog-dialog ini yang jadi persoalan.

Pada beberapa bagian, ada dialog yang terasa di luar konteks, dan ga terlalu jelas maksudnya apa. Rasanya jadi banyak dialog yang enggak efektif. Entah dari sananya begitu, atau ini karena penerjemahnya. Padahal saya nonton di Netflix loh.

Hidup Itu Seperti Marathon

Kamu harus jaga kecepatan biar bisa terus sampai garis akhir. Kalau lelah, berhenti. Tapi jangan nyerah. Menjalani hidup ialah tentang bagaimana kita harus memiliki diri kita seutuhnya, menguasai diri kita seolah lari di lintasan tanpa perlu pusing dengan pencapaian orang lain.

Mencintai, Bukan Memiliki

Hanya karena mencintai seseorang, bukan berarti kita mengorbankan kehidupan kita. Hanya karena mencintai sesorang, bukan berarti juga kita berhak atas kehidupannya, dan menjadikannya seolah properti.

Memorable Scene

Ada adegan manis pada eps 14, ketika Mi-joo akhirnya berhasil menyelesaikan marathon-nya sangat terakhir, hingga panitia sudah membereskan semua.

Hanya ada Seom-gyeom di sana. Berdiri menantinya.

“Aku berlari sampai akhir.” kata Mi-joo, super kelelahan sekaligus gembira.

“Aku juga senang,” kata Seom-gyeom.

“Ini udah selesai? Wah. Panitia kejam. Harusnya mereka menungguku.”

“Aku nunggu. Aku nunggu sampai bisa melihatmu.”

Manis.

Pada episode awal, mereka membahas nama Mi-joo sebagai penerjemah yang diletakkan paling akhir, setelah credit film usai. Mereka harus benar-benar menunggu sampai film berakhir untuk benar-benar melihatnya.

Drakor Run Un, Overall

Secara keseluruhan, drakor ini menarik, tapi bisa saya tonton dengan sejumlah skip. Tidak ada konflik yang berarti, plain aja, dan sejujurnya, agak membosankan.

Saya sebetulnya enggak anti dengan drakor minim konflik. Saya sering menghindari drakor makjang yang kelewat heboh.

Saya malah suka banget dengan drakor slice of life yang emang biasanya ga punya klimaks gimana gitu. Seperti Hospital Playlist, Reply 1988, atau Be Melodramatic.

Bahkan untuk drakor yang lebih ‘suram’ seperti My Ahjussi atau Matrimoial Chaos, bisa bikin saya enggak lepas pandangan.

Namun tidak demikian dengan drakor Run On.

Padahal proses dua pribadi beda karakter menjalin hubungan dalam drakor Run On ini menarik buat disimak. Dialognya juga natural.

Ada yang menarik seperti ada isu homoseksual juga, namun ga jadi bagian penting dari konflik yang emang segitu-gitu aja.

Well, drakor ini lumayan. Tidak buruk, tapi juga tidak istimewa. Pesan utama dari drakor ini cukup baik tersampaikan, namun enggak terlalu saya tunggu-tunggu.

Bahkan kehadiran Kim Seon-ho sebagai cameo di episode final tak cukup membuat saya antusias menyelesaikan dengan segera.

Ya, mungkin masalah selera 

(Sumber: Dramabeans-JTBC)

dwisep

Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!