Pahlawan Martha Christina Tiahahu Jadi Nama Perpustakaan dan Tempat Literasi: Kamu Bisa Kesini

Tinggal di Jakarta dengan polusi tinggi dan ruang publik yang minim? Kamu bisa manfaatkan taman literasi untuk tempat baca dan kongkow.

Minimnya ruang baca di Jakarta sering membuat kamu bingung mau kemana mengakses literasi dan bacaan.

Kalau kamu mau santai-santai sambil baca buku, kamu bisa datang ke Taman Martha Christina Tiahahu, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, karena ada taman literasi disana.

Martha Christina Tiahahu, adalah salah satu perempuan pahlawan nasional Indonesia. Martha meninggal dunia saat berumur 18 tahun di atas kapal dalam tawanan Belanda. Jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan di Laut Banda. Martha adalah salah satu pahlawan perempuan muda Indonesia. Ia sudah ikut ayahnya berperang mengusir Belanda sejak umurnya masih anak-anak

Taman literasi Martha Christina Tiahahu berada tepat di samping tangga keluar Stasiun MRT dan pintu masuk terminal Blok M. Dekat dengan berbagai akses transportasi publik dan area hiburan, taman literasi ini bisa jadi paru-paru untuk bernafas di tengah jalan Jakarta yang berpolusi tinggi.

Taman literasi yang memiliki luas kurang lebih 9.000 m2 ini terlihat memaksimalkan sudut-sudut lahan, pohon yang rindang memang merangsang minat baca, menghadirkan suasana nyaman di tengah deru suara kendaraan bermotor agaknya menjadi rona berbeda yang layak dijelajahi. Taman ini juga dipakai untuk melepas penat sekaligus tempat nyaman bagi pencari inspirasi. 

Bangunan abu-abu bergaya industrial yang dirancang oleh Tim internal PT Integrasi Transit Jakarta ini membuat kesan nyaman dan hangat bagi pengunjungnya.

Fasilitas taman literasi Martha Christina Tiahahu sangat ramah anak, dari hasil pengamatan Konde.co berkeliling taman, ada fasilitas healing garden cocok bagi yang ingin menenangkan diri dikelilingi pohon rindang nan hijau, ada amphitheater, ruang diskusi, ruang galeri hingga perpustakaan. Wahana permainan anak juga stand UMKM. 

Taman membaca dongeng untuk anak-anak juga menarik dan cukup merangsang kreativitas dan imajinasi anak. Di Lantai 2 ada spot foto menarik dan kekinian khas muda-mudi Jakarta dengan pemandangan Gedung pencakar langit dan ragam transportasi umum Jakarta  diantara pepohonan rindang.

Suasana menjelang senja, magis! taman literasi Martha Christina Tiahahu menjadi berhias, lampu-lampu taman yang estetik menambah gairah untuk terus berjelajah dan menekan kamera ponsel. Gemericik air kolam healing menambah suasana menjadi lebih nyaman, saat tiba perut keroncongan berbagai macam jajanan dan tempat makan berjejer tak jauh dari taman literasi ini.

Cara lain paling asyik menikmati taman ini adalah saat membuat janji temu dengan kawan, taman ini bisa menjadi meeting point yang menarik, disamping tak membosankan, kamu dan temanmu tak perlu takut jika ingin naik transportasi umum karena tinggal beberapa Langkah kamu sudah sampai di terminal busway Transjakarta, Stasiun MRT hingga angkutan umum lainnya.

Nur (19), Salah satu pengunjung Taman Martha Christina Tiahahu mengaku terpikat dengan taman ini karena ramainya pemberitaan di Media Sosial, penasaran, Nur meluncur dari Ciputat ke Blok M untuk melihat pesona taman ini secara langsung.

”Bagus untuk cari spot foto, kalau siang asap kendaraan masih pekat, tapi kalau sore, pemandangannya jadi lebih menarik,” akunya.

Hanya saja, Nur mengaku, koleksi perpustakaan Taman literasi ini belum terlalu banyak.” Semoga nanti sejalan waktu, koleksi bukunya makin banyak, wajar masih baru, kalau sudah lama akan lebih aktif dan menarik,” ujarnya.

Kegiatan seni, dikatakan Nur juga mesti di aktifkan dan dimaksimalkan di taman ini.

”Saya lihat ada spot galeri pameran, semoga kedepan banyak karya pelukis dan perupa kita yang ditampilkan di Galeri tersebut agar semua ruas di taman ini bisa dimanfaatkan secara maksimal,” harapnya.

Dari data UNESCO, diketahui minat baca masyarakat di Indonesia sangat memprihatinkan, sebesar 0,001%. Yang artinya, dari 1.000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca, diketahui juga bahwa rendahnya minat baca akan mempengaruhi daya saing, padahal 62%  rasio penduduk Indonesia adalah angkatan kerja produktif. 

Kehadiran taman literasi di Blok M ini sebagai dukungan aksi nyata pada Jakarta yang terpilih sebagai Kota Sastra Dunia (City of Literature) oleh UNESCO pada tanggal 8 November 2021, Taman Literasi Martha Christina Tiahahu diharapkan dapat meningkatkan pengembangan budaya literasi di masyarakat DKI Jakarta. 

“Kami sepaham dengan tema UNESCO di tahun 2022 ini, yaitu Transformasi Ruang Belajar Literasi,” jelas Penanggung Jawab Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Venia kepada Konde.co, Selasa (4/10).

Venia mengungkapkan taman literasi eksis untuk mengajak warga menghargai pentingnya ruang belajar literasi bukan hanya sekadar taman bermain.”Kami mengajak memikirkan kembali pentingnya ruang belajar literasi untuk membangun ketahanan, dan untuk memastikan pendidikan yang berkualitas, merata, dan inklusif bagi semua,” ujarnya.

Disamping itu, Venia menjelaskan, lokasi Taman Literasi berada di pertemuan simpul-simpul transportasi, yang berarti banyak kegiatan dan masyarakat yang berlalu Lalang. “Harapannya memang Taman Literasi hadir untuk meningkatkan minat seluruh khalayak akan literasi,” beber dia.

Taman literasi Martha Christina Tiahahu , dikatakan Venia, sudah terukir nama pahlawan perempuan sejak 1971 dibuat oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin, akan tetapi di renovasi dan dijadikan Taman Literasi oleh Gubernur Anies Baswedan dan di resmikan kembali 18 September 2022 lalu.” Pada tahun 1971 diterbitkan SK Gubernur yang membahas terkait penamaan jalan, Gedung, dan taman di Jakarta dengan nama pahlawan,” jelas dia.

“Martha dipilih karena perwakilan sosok perempuan yang lembut dengan semangat dan keberanian yang luar biasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” lanjutnya.

Venia mengungkap, Taman literasi Martha Christina Tiahahu mengalami revitalisasi selama satu tahun sebelum akhirnya diresmikan kembali pada Minggu (18/9) lalu. Venia berharap taman literasi ini bisa mendukung aktivitas transit warga Jakarta. “ Pembangunan Taman Literasi Martha Christina Tiahahu diharapkan dapat mendukung peningkatan kegiatan bertransit di Kawasan Berorientasi Transit Blok M dan Sisingamangaraja,” jelasnya.

“Kami juga berharap Taman Literasi Martha Christina Tiahahu bisa menjadi ruang ketiga yang inklusif untuk masyarakat sekitar,” tambahnya.

Venia mengaku, Taman literasi ini tak lepas dari sasaran anak muda di sekitar Blok M, setelah sebelumnya pusat tongkrongan Orang muda Jakarta Selatan terpusat di Bulungan, meski begitu, Veni mengaku pihaknya sudah melakukan Analisa pasar sebelum membuat konsep taman literasi saat ini.” Pada masa design and development, kami melakukan analisa pasar. Mencari lokasi yang dekat dengan simpul transportasi, banyak kegiatan, dan masyarakat berlalu Lalang,” paparnya.

Melihat lokasi Taman Martha pada saat itu, dikatakan Venia, pihaknya mengambil kesimpulan bahwa ini adalah lokasi yang strategis. Namun, taman tersebut belum dioptimalasikan untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat sekitar. 

“Maka dari itu, kami melakukan rebranding menjadi Taman Literasi, membuat banyak program baru agar taman ini hidup kembali. Sehingga, Taman Literasi dapat menjadi Focal point kawasan, khususnya dalam membantu anak muda dan masyarakat berjejaring dan bertukar pikiran. Pada akhirnya, dapat membangun budaya literasi secara organik.”

Martha Christina Tiahahu, Perempuan Pahlawan

Nama perpustakaan dan tempat literasi ini mengambil nama Martha Christina Tiahahu yang adalah pahlawan belia, sejak kecil ia sudah ikut berperang dengan ayahnya untuk melawan penjajahan Belanda. 2 Januari ini umurnya 222 tahun atau tepatnya ia lahir pada 4 Januari 1800

Pada tanggal 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu secara resmi dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Ini dikarenakan perjuangannya yang tak gentar dalam membela daerahnya melawan penjajah Belanda di abad itu.

Martha Christina Tiahahu terlahir di era penjajahan, yaitu pada 4 Januari 1800 di Nusa Laut, Maluku. Ia berasal dari desa Abubu di Pulau Nusalaut, sudah kehilangan ibunya sejak masih kecil,  ia tinggal bersama ayahnya yang merupakan seorang pemimpin perlawanan rakyat Maluku, Kapitan Paulus Tiahahu.

Martha sejak kecil terkenal berkemauan keras dan pemberani. Kemanapun sang ayah pergi, ia selalu mengikutinya. Bahkan ia ikut serta sang ayah saat menghadiri rapat perencanaan perang, akhirnya Martha sudah terbiasa dengan segala pertempuran dan strategi perang.

Martha adalah tokoh perjuangan yang unik, ia bertempur di usianya yang masih remaja serta memberi semangat kepada para perempuan lainnya agar ikut membantu di medan pertempuran. Hal tersebut membuat pihak Belanda  kewalahan menghadapi pasukan perempuan yang ikut berjuang.

Bersama dengan sang ayah Paulus Tiahahu, pasukan Maluku berhasil menggempur tentara kolonial yang menguasai Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah. Mereka bahkan berhasil merebut Benteng Duurstede.

Peperangan di Saparua terus berkobar dengan sengit, namun karena semakin berkurangnya persenjataan pasukan rakyat, mereka terdesak dan mundur ke pegunungan Ulath-Ouw.

Pasukan Belanda yang berusaha mengejar kawanan pejuang berhasil dipukul mundur. Bahkan pimpinan mereka, Richemont tertembak mati. Begitu juga dengan Meyer yang menggantikan Richemont.

Belanda menyerang terus, tak lama para pejuang kehabisan peluru sehingga mereka bertahan dengan lemparan batu. Pertempuran sengit di Desa Ulath-Ouw inilah yang menjadi akhir perjuangan pasukan rakyat, mereka ditangkap, termasuk Martha Christina dan sang ayah Kapitan Tiahahu.

Para pejuang yang tertangkap diadili dan bahkan dihukum mati, termasuk Kapitan Tiahahu. Sementara itu Martha Christina dibebaskan karena usianya yang masih muda, yaitu 17 tahun.

Meninggalnya sang ayah membuat Martha merasa sangat sedih. Tapi ia tidak ingin berlarut dalam kesedihan. Ia kembali mengangkat senjatanya dan kembali melakukan pemberontakan terhadap Belanda sehingga ia kembali ditangkap bersama dengan 39 pemberontak lainnya oleh Belanda.

Martha bersama para pejuang lainnya ditangkap dan akhirnya diangkut dengan kapal Evertzen untuk diasingkan ke Pulau Jawa. Di atas kapal, ia mogok makan dan sama sekali tidak mau menerima pemberian Belanda.

Kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya jatuh sakit. Pada tanggal 2 Januari 1818, hanya 2 hari sebelum usianya genap 18 tahun, Martha menghembuskan napas terakhir.

Devi P. Wiharjo

Beberapa tahun jadi jurnalis, sempat menyerah jadi manusia kantoran, dan kembali menjadi jurnalis karena sadar menulis adalah separuh napas. Belajar isu perempuan karena selama ini jadi perempuan yang asing pada dunia perempuan, eksistensialis yang hobi melihat gerimis di sore hari.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!