Feminisme Sulit Diperjuangkan di Korea, Namun Idola K-Pop Tetap Kampanye Lewat Karya Mereka

Walaupun feminisme sulit diperjuangkan di Korea, namun sejumlah artis K-Pop tetap melakukan aksi kampanye feminisme lewat karya mereka. Mereka mengekspresikan dukungan mereka untuk kesetaraan gender dan inklusivitas dengan cara mereka sendiri.

Hingga kini, feminisme masih jadi isu yang berat untuk diperjuangkan di Korea. Sejumlah referensi menyebut, ketika diasosiasikan sebagai seorang feminis, karier seorang artis bisa mandeg, bahkan kadang berisiko pada keselamatan jiwa. Ketika seorang artis secara terbuka mendebat soal seksisme, maka tuduhan sebagai ‘anti-laki-laki’ akan dengan mudah ditujukan padanya.

Penyebabnya ternyata karena masih banyak orang Korea yang mengartikan kata ‘feminisme’ sebagai anti laki-laki. 

Meski demikian, kondisi ini tidak menghentikan sejumlah artis K-pop untuk mengekspresikan dukungan mereka untuk kesetaraan gender dan inklusivitas dengan caranya sendiri, baik secara terbuka maupun tersirat saja.

Dengan caranya masing-masing segelintir persona ini ingin mewarnai karier mereka di dunia hiburan dengan menyuarakan ketidakadilan yang ditemui. Uniknya banyak dari para idol Korea ini menjadi ‘feminis’ setelah membaca buku “Kim Ji Young, Born 1982” yang mengeksplorasi sistem patriarki yang sangat kuat di masyarakat Korea Selatan

Lantas, siapa saja idola Korea baik Kpop maupun Kdrama yang secara terbuka menunjukkan dukungan mereka untuk feminisme dan bagaimana cara mereka menyatakan dukungan tersebut. Berikut Konde rangkumkan dari berbagai sumber.

1.Gong Yoo

Nama Gong Yoo, sudah tak asing lagi bagi penggemar drama Korea. Di mata penggemarnya, Gong Yoo dinilai berhasil menciptakan ruangnya dan membangun nilainya sendiri dalam menyuarakan inklusivitas atau kesetaraan.

Lewat perannya, Gong Yoo ingin mempromosikan pesan kesetaraan, baik kesetaraan gender, kesetaraan hukum, termasuk untuk anak-anak difabel. Lewat film-filmnya, Gong Yoo mampu menggulirkan perubahan persepsi dan bahkan melahirkan perubahan sosial di tanah-airnya.  

Gong Yoo sejak dulu dikenal sangat selektif dalam memilih naskah film maupun drama yang akan diperaninya. Ia hanya mau menerima tema film yang baik, kemudian lewat film itu menyampaikan nilai-nilai yang diyakininya. Pesan keseluruhan menjadi faktor penting ketika memilih peran.

Jalan yang dipilihnya membuat film Kim Ji-Yong, Born 1982 yang diperankannya menghadapi ancaman boikot karena dinilai mengkritisi budaya patriarkis sekaligus mengkampanyekan feminisme di Korea Selatan.

2.Mamamoo

Grup music Mamamoo, dengan caranya mampu mendobrak ‘standard atau norma-norma’ KPop yang justru menciptakan stigma tertentu kepada para pelakonnya khususnya para perempuan.

Beberapa kali awak Mamamoo berhasil membuktikan bahwa menjadi diri sendiri itu nggak salah. Mereka nggak mau sekedar ikut arus dan cuek saja untuk menunjukkan bulu-bulu tubuh yang menjadi hal tabu di panggung Kpop, atau ketika wajahnya dibilang nggak memenuhi standar idola Korea. Bahkan Hwasa Mamamoo pernah dikatakan nggak bakal sukses jadi penyanyi karena kulitnya terlalu gelap untuk menjadi seorang idol Korea.

3.Irene dan Joy (Red Velvet)

Irene terkenal dengan aksi ‘nekatnya’ masuk ke kolam air panas dengan penggemar laki-lakinya. Hal ini dilakukannya setelah dia membaca buku ‘feminis’ bertajuk “Kim Ji Young, Born 1982” yang  mengeksplorasi sifat patriarki masyarakat Korea Selatan.

Buku ini memicu reaksi negatif dari para laki-laki Korea Selatan ketika diterbitkan. Namun demikian, meski Irene sangat dikritik karena aksi dan pengakuannya terinspirasi dari buku itu, fakta bahwa dia terbuka tentang hal itu membuat buku itu menjadi buku terlaris di Korea!

Rekan Irine di Red Velvet, Joy juga pernah dikecam karena menunjukkan kecenderungan feminisnya dengan mengenakan kemeja yang bertuliskan “Kita semua harus menjadi feminis.” Meski sebenarnya, hal itu bukan satu-satunya cara dia mengekspresikan pandangan feminisnya!

4.RM BTS

Seperti Irene (dan beberapa selebritas lainnya), RM juga membaca “Kim Ji Young, Born 1982”. Bahkan, dia merasa buku itu sangat menggugah pikiran sehingga buku itu menjadi andalan dalam daftar rekomendasi bukunya sejak saat itu. Yang cukup menarik, membaca buku ini menyebabkan RM, Irene, dan selebritis lainnya dicap sebagai ‘feminis terverifikasi’ di situs web anti-feminis. Meski belakangan postingan itu akhirnya dihapus, fakta ini menjadi bukti pengakuan bagi mereka.

5.San Sik Cheo dan Hongjoon (Ateez)

Dilansir Koreaboo.com, San mendapat pujian dari para penggemar Ateez yang berjuluk ATTINY, ketika dia menunjukkan dukungannya untuk pemanah Olimpiade An San, yang menerima reaksi keras dari para misoginis. Mereka menuduh San telah menggunakan istilah yang salah. San tidak hanya menyatakan dukungan untuknya tetapi juga menggunakan istilah An San tersebut di akunnya. Langkah ini ternyata cukup menarik perhatian publik pada masalah ini.

Sementara rekan San, Hong Jong selalu menjalankan misinya untuk menjadi seniman yang empatik dan inklusif, yang sangat dihargai oleh banyak ATTINY. Dari menjadi pendukung kuat komunitas LGBT hingga menentang norma gender biner. Lewat aksinya ini Hong Jong mampu membuat semua orang merasa aman.

6.Jessi

Dengan caranya, Jessi menjadi salah satu aktor penting yang mengubah permainan utama di industri ini. Dari bersikap terbuka soal operasi plastik yang dijalaninya untuk wajah dan tubuhnya. Jessi juga tak segan mengungkapkan dukungan penuh kasih sayangnya untuk semua teman idola perempuannya. Itu sebabnya Jessi layak disebut telah membuka jalan ‘kesetaraan gender’ bagi sesamanya di K-Pop!

7.Yuta NCT 127

Yuta dipuji karena secara kocak memanggil rekan-rekannya di acara variety show Abnormal Summit. Ini dilakukan Yuta, ketika rekan-rekannya itu mulai membuat daftar negara-negara dengan perempuan tercantik.

Tidak hanya itu, dia juga sering berbicara tentang isu-isu yang membuatnya galau seperti cara membesarkan anak-anak untuk selalu mematuhi peran gender yang secara tradisional meminggirkan perempuan.

8.(G)I-DLE

Album comeback terbaru (G)I-DLE, I Never Die, bisa dibilang sebagai album feminis. Bagaimanapun, ‘G’ telah dihapus dari nama grup di sampul album, yang dijelaskan oleh pemimpin Soyeon mewakili pilihan grup untuk menghilangkan peran gender yang dinilai membatasi mereka.

“Apa yang ingin kami sampaikan adalah bahwa kami tidak mengaitkan tindakan kami dengan jenis kelamin atau usia. Karena saya adalah saya adalah mengapa saya, dan mengapa saya bertindak seperti yang saya lakukan,” demikian penjelasan Soyeon soal penghapusan huruf G dari nama grup.

Selain itu, awak (G)I-DLE, Shuhua baru-baru ini juga dipuji setelah dia tanpa rasa takut mengungkapkan kemarahannya pada pelaku penyerangan di Tiongkok yang menjadi viral. Komentar Shuhua ini membuat warganet bertanya-tanya apakah tidak apa-apa baginya untuk mengatakan hal-hal seperti itu sebagai seorang idola. Namun, Shuhua bersikeras dia hanya mau bersikap jujur.

9.Kevin THE BOYZ

Kevin telah secara terbuka menyatakan dirinya menjadi sekutu LGBT selama bertahun-tahun. Tidak hanya itu, ia juga dikenal banyak membuat komentar dan lelucon ‘feminis’ yang terus-menerus dipuji oleh para penggemar.

(Ilustrasi/foto: Freepik)

Esti Utami

Selama 20 tahun bekerja sebagai jurnalis di sejumlah media nasional di Indonesia
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!