Edisi Khusus Feminisme: Ekofeminisme Perjuangkan Lingkungan Ramah Perempuan

Gerakan Ekofeminisme mengajarkan bagaimana kita tak boleh hanya mengambil atau mengeksploitasi lingkungan, namun juga harus menanam dan memelihara lingkungan. Karena mengambil tanpa menanam sama artinya dengan menuai tapi tak mau memelihara.

Konde.co menyajikan Edisi Khusus Feminisme yang bisa kamu baca setiap Senin, selama bulan November 2022 sampai Januari 2023. Edisi khusus ini berisi teori sekaligus perjuangan feminisme. Edisi ini merupakan bagian dari Peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan 2022.

Aksi demonstrasi menyuarakan isu lingkungan bisa dibilang sering kita temui beberapa tahun terakhir baik di tingkat global maupun di level nasional. Apa hal menarik dari aksi demonstrasi tersebut menurut pengamatanmu? Salah satu hal yang perlu dicermati adalah keterlibatan anak-anak muda dan perempuan dalam gerakan Ekofeminisme ini.

Cukup beralasan memang jika mereka ada di barisan terdepan dalam gerakan lingkungan. Perempuan dan anak perempuan—khususnya perempuan dan anak perempuan yang miskin, perempuan dan anak perempuan dari komunitas masyarakat adat, perempuan dan anak perempuan dengan disabilitas—adalah yang paling terdampak dari penghancuran lingkungan dan ruang hidup yang tengah berlangsung.

Isu lingkungan dan gender juga menjadi fokus feminisme, khususnya ekofeminisme atau ekologi feminisme. Aliran pemikiran ini menjadi makin relevan mengingat hari-hari ini kita menghadapi perubahan iklim dan krisis iklim global.

Argumen dasar yang melandasi aliran pemikiran ini adalah penindasan khusus terhadap perempuan dan alam berasal dari mengasosiasikan perempuan dengan alam dan lingkungannya. Perempuan dan alam sering digambarkan sebagai sesuatu yang irasional dan kacau, sedangkan laki-laki sering dicirikan sebagai rasional dan terkendali.

Ekofeminisme menegaskan bahwa pemahaman ini telah menghasilkan struktur hierarkis yang memberi laki-laki kekuasaan dan memungkinkan eksploitasi perempuan dan alam. Bagi para ekofeminis, asosiasi perempuan dengan alam inilah yang menjadi alasan mengapa keduanya dieksploitasi.

Lebih jauh ekofeminisme membantu kita memahami kerusakan lingkungan, ketimpangan gender dan ketidakadilan sosial secara lebih luas sebagai persoalan yang terkait dengan dominasi maskulin dalam masyarakat.

Ekofeminisme juga memberi perhatian pada fakta bahwa perempuan dipengaruhi oleh isu-isu lingkungan secara tidak proporsional. Situasi ini tidak terlepas dari realitas bahwa perempuan di seluruh dunia biasanya memiliki lebih sedikit kekayaan dan lebih bergantung pada lingkungan alam.

Selain itu peran gender yang dilekatkan pada perempuan membuatnya memiliki tanggung jawab atas aktivitas seperti mencari sumber daya (air, makanan, dll) yang lebih jauh ketika musim kemarau lebih panjang, misalnya.

Meskipun perempuan sering menjadi pusat diskusi ekofeminis, tetapi bukan berarti ekofeminisme menjadi ideologi politik yang eksklusif untuk perempuan. Isu lingkungan pada dasarnya berpengaruh pada setiap orang tanpa memandang jenis kelamin atau identitas seksual kita.

Namun ekofeminisme menyoroti bahwa karena adanya struktur patriarki yang menindas, efek dari masalah lingkungan lebih cenderung memiliki dampak yang merugikan pada perempuan dan gender lainnya. Seperti cabang feminisme lainnya, ekofeminis mengupayakan kesetaraan antara semua gender dalam masyarakat.

Ekofeminisme meyakini bahwa dominasi patriarki yang mengandaikan atribut maskulin lebih berharga menjadi penyebab terjadinya degradasi alam (tanah dan hewan), sekaligus marginalisasi kelompok, termasuk tetapi tidak terbatas pada perempuan, anak-anak, dan masyarakat adat. 

Kapitalisme lebih jauh mendorong sekaligus memperburuk penindasan ini karena ia menempatkan nilai pada produktivitas dengan cara apa pun. Lebih jauh kapitalisme tidak menghargai atribut yang dianggap feminin, termasuk alam itu sendiri.

Di hadapan situasi penindasan dan eksploitasi semacam ini, ekofeminisme mendorong perombakan seluruh sistem dominasi maskulin dan menggantinya dengan etika kepedulian, sebagaimana gagasan Carolyn Merchant. Etika kepedulian merupakan pendekatan moralitas yang didasarkan pada karakteristik feminin dari perawatan dan pengasuhan. Pendekatan ini berfokus pada kebajikan manusia dan bertindak dengan cara yang mengutamakan kepedulian terhadap orang lain.  

Bagi ekofeminisme, segala bentuk penindasan tidak dapat dibenarkan. Untuk itu ia harus mempertimbangkan semua orang dalam analisis dan gerakannya. Dengan kata lain, Dengan demikian interseksionalitas menjadi sangat penting. 

Salah satu tokoh penting ekofeminisme adalah Vandana Shiva. Ia dikenal lantang mengkritik model pertanian monokultur berbasis korporasi yang menyingkirkan pengetahuan masyarakat adat (atau biasa disebut juga dengan kearifan lokal), komunitas lokal dan perempuan. Selain Vandana Shiva, ada juga Maria Mies dan banyak aktivis lingkungan di India lainnya.

Gerakan Ekofeminisme Dari Berbagai Belahan Dunia

Salah satu contoh gerakan ekofeminis yang cukup terkenal adalah gerakan Chipko Andolan di India. Chipko adalah gerakan konservasi hutan di India yang dipimpin oleh sejumlah aktivis lingkungan India, diantaranya Chandi Prasat Bhatt dan Sunderlal Bahuguna dan perempuan adat dari distrik Chamoli serta dari Uttar Pradesh.

Dalam gerakan tersebut perempuan pedesaan menjadi tulang punggung gerakan, terutama karena kaum perempuan ini adalah kelompok yang paling terkena dampak akibat deforestasi yang terjadi di wilayah tersebut. Dengan bangkitnya pembangunan ekonomi nasional di India, penggundulan hutan yang cepat mengancam mata pencaharian mereka, seperti kurangnya kayu bakar dan air minum karena kaum perempuan adalah pengumpul utama bahan bakar dan bertanggung jawab untuk mengambil air minum. 

Merujuk Kamana Rai (2022) jejak gerakan Chipko Andolan berasal dari abad ke-18. Dimulai oleh komunitas Bishnoi Rajasthan dan dipimpin oleh seorang perempuan bernama Amrita Devi, sekelompok penduduk desa mengorbankan hidup mereka melindungi pohon agar tidak ditebang. Di bawah perintah awal dari Raja Jodhpur, Raja mencabut perintahnya karena insiden tersebut dan melarang penebangan pohon di semua komunitas desa Bishnoi.

Chipko, berarti “memeluk” dalam bahasa Hindi dan mengacu pada teknik memeluk pohon yang ditunjukkan oleh penduduk desa di daerah tersebut yang “memeluk pohon” untuk menyelamatkan penebangan pohon. 

Gerakan Chipko membantu meningkatkan kesadaran sosial dan ekologis bagi penduduk desa dan di luar komunitas mereka. Ide gerakan Chipko menyebar antar desa dan menjadi titik balik bagi banyak gerakan lingkungan. 

Gerakan Chipko ini menjadi inspirasi para perempuan di dunia untuk menanamkan perjuangan bagaimana mempertahankan lingkungan dan gerakan ibu bumi. 

Ekofeminisme membuat kita memahami bagaimana kita tak boleh hanya menuai atau mengambil dari alam dan lingkungan, namun juga harus menanam. Karena menuai tanpa menanam sama artinya dengan mengambil tapi tak mau memelihara.

Anita Dhewy

Redaktur Khusus Konde.co dan lulusan Pascasarjana Kajian Gender Universitas Indonesia (UI). Sebelumnya pernah menjadi pemimpin redaksi Jurnal Perempuan, menjadi jurnalis radio di Kantor Berita Radio (KBR) dan Pas FM, dan menjadi peneliti lepas untuk isu-isu perempuan
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!