Pentingnya Kolaborasi Media-Media Perempuan di Indonesia

Konde.co dengan didukung Google News Initiative mendorong upaya kolaborasi sesama media perempuan di Indonesia. Upaya kolaborasi tersebut diawali dengan pemetaan kondisi media perempuan di Indonesia.

Pemetaan kondisi media perempuan di Indonesia ini dilakukan lewat diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan pengelola media perempuan alternatif dan media perempuan arus utama (mainstream) untuk melihat kondisi media dan perjuangannya untuk isu-isu perempuan

Pada Jumat (17/2/2023), Konde.co berhasil mengumpulkan sebanyak 16 media perempuan alternatif di Indonesia dalam sebuah FGD bertajuk Sarasehan Media Perempuan di Indonesia: “Mengurai Tantangan dan Kebutuhan untuk Kolaborasi Media Perempuan Indonesia”. Media-media perempuan yang bertemu secara daring tersebut di antaranya berasal dari Aceh, Bengkulu, Jakarta, Bandung, Bali, Sulut, hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagian besar media perempuan tersebut mengandalkan pendanaan bukan dari iklan.

Direktur Konde.co, Nani Afrida mengungkapkan media alternatif menghadapi tantangan seperti sulitnya mendapatkan pembaca dan bertahan di tengah krisis finansial. Dalam menghadapi tantangan yang demikian, Konde.co meyakini bahwa perjuangan besar tidak akan bisa dilakukan sendirian, tetapi harus bersama. “Maka dari itu, sarasehan ini ditujukan untuk menguatkan solidaritas untuk bahu membahu memperjuangkan keadilan sehingga media perempuan dapat terus maju,” ujar Nani saat membuka Sarasehan Media Perempuan Alternatif di Jakarta, Jumat (17/2).

Tantangan dalam menarik pembaca juga diakui Founder Bincangperempuan.com dari Bengkulu, Betty Herlina. Menurutnya, tidak semua orang mau membaca isu perempuan, terlebih budaya patriarkis yang masih kuat. Selain itu, media perempuan alternatif diakuinya kesulitan dari segi finansial terutama untuk memberikan upah layak bagi jurnalisnya. “Saya berharap ada kolaborasi media sehingga punya kesempatan menggiring isu bersama, tidak bergantung pada funding saja,” ujarnya.

Sulitnya mendapatkan pendanaan dialami DigitalmamaID, sebuah media perempuan dari Bandung. Founder DigitalmamaID, Catur Ratna Wulandari mengaku mengumpulkan dana secara pro-bono dari patungan hingga membayar kebutuhan medianya dengan hasil berjualan roti. “Kami kesulitan mendapatkan funding karena DigitalMamaID dianggap bukan kelompok perempuan rentan, padahal perempuan ya rentan harus buat banyak keputusan, juga menghadapi pandemi,” ujarnya.

Ide untuk mempertemukan media perempuan di Indonesia sebenarnya telah lama dicetuskan Konde.co.

Menurut Pimpinan Redaksi Konde.Co, Luviana, portal dan media perempuan berbasis online saat ini mulai bertumbuh dengan progresif dan dengan cara beragam dalam mempromosikan kepentingan, hak, dan kondisi perempuan secara terus menerus yang sekaligus memberikan pendidikan untuk khalayaknya. Temuan ini melegakan, mengingat tumbuhnya media alternatif perempuan ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tapi juga di beberapa daerah di Indonesia.

“Keberadaan media perempuan online tidak hanya ditemukan berkantor di Jakarta, melainkan juga di daerah. Hal yang menarik, banyak media mainstream yang juga mulai membuka kanal khusus isu perempuan di website mereka,” ujarnya.

Setelah menggelar Sarasehan Media Perempuan Alternatif, Konde.co dengan dukungan Google News Initiative akan menggelar Sarasehan Media Perempuan Arus Utama pada Jumat, 24 Februari 2022. Sarasehan tersebut dimaksudkan untuk mempertemukan media perempuan arus utama yang berorientasi profit, berbeda dari media alternatif. Media perempuan arus utama tersebut bisa merupakan media yang khusus membahas isu perempuan dan menarget pembaca perempuan, atau media yang hanya memiliki kanal khusus perempuan.

Hasil pemetaan dari dua kali Sarasehan Media Perempuan di Indonesia tersebut akan dituliskan dalam sebuah laporan. Harapannya dari temuan ini akan ditindaklanjuti dengan sejumlah kolaborasi bersama.

Tentang Konde.co

Konde.co adalah media yang mengusung perspektif perempuan dan minoritas yang hadir secara bilingual (bahasa Indonesia dan Inggris). Cakupan kerja Konde.co meliputi: penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis. Konde identik dengan properti yang melekat pada perempuan di Indonesia. Konde mempunyai model dan corak yang berbeda-beda sesuai dengan karakter dan kultur budaya masyarakat Indonesia, sebab itu, Konde tidak hanya melekatkan pada perempuan, tetapi juga representasi atas identitas keberagaman di Indonesia.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!