Konferensi Feminisme 2023: Pentingnya Perjuangkan Feminisme Inklusif dan Plural

LETSS TALK bersama Padepokan GAIA dan Konde.co akan menyelenggarakan perhelatan konferensi feminisme di tahun 2023 ini. Konferensi mengambil tema menguatkan feminisme Indonesia yang inklusif dan plural sesuai dengan situasi dan kondisi perjuangan perempuan Indonesia saat ini.

Dalam dua puluh tahun terakhir sejak reformasi 1998, feminisme Indonesia mengalami fase perkembangan penting dari sisi akademik. 

Situasi sosial-politik yang lebih demokratis kemudian ikut mendorong kajian dan riset yang makin intensif tentang berbagai tema feminisme, gender, dan seksualitas dalam konteks Indonesia. 

Riset tentang beragam tema feminisme tidak hanya dilakukan para akademisi baik lembaga pendidikan maupun penelitian, tapi dilakukan NGO atau LSM perempuan. Studi dan riset tentang berbagai topik terkait subyek tersebut juga semakin menarik minat para akademisi dan aktivis muda di Indonesia

Konferensi feminis yang mengambil judul 1st Annual Kartini Conference on Indonesian Feminisms ini akan diselenggarakan secara online pada 21-23 Juli 2023.

Konferensi ini diselenggarakan untuk menguatkan dan mengembangkan tradisi akademik dan scholarship yang bersumber pada pengetahuan hasil kajian dan riset berbagai tema feminisme dalam konteks Indonesia. Sekaligus mendorong aktivitas produksi pengetahuan feminisme dalam konteks Indonesia melalui berbagai kegiatan kajian dan riset berbagai tema feminisme yang lebih intensif di kalangan akademisi dan aktivis. 

Diah Irawaty, pendiri LETSS Talk menyatakan bahwa konferensi ini diharapkan menjadi salah satu upaya pengembangan pengetahuan-pengetahuan tentang beragam tema feminisme dalam konteks Indonesia. 

“Pada akhirnya, produksi pengetahuan ini tidak hanya menjadi sumbangan bagi konsolidasi gerakan feminisme, tapi menjadi bagian tidak terpisahkan dari gerakan feminisme tersebut. Kedua, kegiatan konferensi ini juga bertujuan sebagai bagian dari upaya konsolidasi gerakan feminisme di Indonesia. Konferensi ini diharapkan menjadi ruang pertemuan beragam elemen gerakan feminisme Indonesia untuk mendiskusikan berbagai persoalan yang berkembang dalam masyarakat, yang relevan dan penting bagi penguatan gerakan feminisme.”

Secara khusus, konferensi ini juga bertujuan membangun media untuk mengenalkan, sirkulasi dan sosialisasi pengetahuan-pengetahuan feminis terutama hasil kajian dan riset berbagai tema feminisme dalam konteks Indonesia, membangun ruang akademik untuk bertukar pengetahuan hasil riset dan kajian berbagai tema feminisme Indonesia dan menyiapkan materi untuk publikasi, baik dalam bentuk artikel jurnal, conference proceeding, maupun edited volume

Feminisme di Indonesia, baik sebagai praxis tentang otonomi perempuan dan kebebasan berekspresi secara seksual dan gender maupun sebagai gerakan pemikiran tentang emansipasi dan anti-opresi terhadap perempuan, mengalami perjalanan sejarah sangat panjang. Sebagai bagian dari tradisi otonomi perempuan Asia Tenggara dan Nusantara, Indonesia menyediakan data dan narasi sejarah tentang partisipasi perempuan di beberapa bidang kehidupan sosial-politik yang mengindikasikan kuasa, otonomi dan otoritas perempuan dan komunitas gender non-binary.

Dari raja-raja perempuan hingga saudagar menyebar dari Aceh hingga Sulawesi dan wilayah yang sekarang menjadi Bagian Timur Indonesia. Entitas dan komunitas gender yang beragam seperti bisu dan para eunuch juga hidup di beberapa wilayah Nusantara pra-Indonesia. Serat Centhini menggambarkan perilaku seksual yang “bebas” dengan masyarakat yang toleran atau welcome dengan perilaku-perilaku itu. Sejak dalam sejarah awalnya, feminisme Indonesia mengalami perjalanan dinamis yang kaya pengalaman individual dan sosio-kultural.

Sejarah feminisme Indonesia selalu beriringan dengan sejarah sosial-politik kebangsaan. Menariknya, feminisme Indonesia tidak hanya berposisi pasif dalam setiap fase sejarah sosial-politik kebangsaan. Feminisme Indonesia tidak hanya dibentuk oleh tapi juga membentuk nasionalisme dan keindonesiaan yang juga merefleksikan dinamika, kekayaan, dan kompleksitas pengalaman feminisme Indonesia.

Kekayaan pengalaman feminisme Indonesia menjadi salah satu sumber studi dan riset tentang feminisme, gender, seksualitas, bahkan queer oleh banyak ilmuwan sosial dari berbagai bidang disiplin. 

“Riset dan kajian tentang feminisme Indonesia telah menyumbang sekaligus menjadi bagian dari produksi dan pengembangan pengetahuan feminisme secara luas. Tidak sedikit etnografi feminis tentang feminisme Indonesia atau dilakukan di Indonesia berkontribusi pada pengembangan berbagai teori feminis dan teori sosial lainnya,” kata Diah Irawaty.

Ruang sharing pengetahuan hasil riset dan kajian tentang feminisme, gender, dan seksualitas mulai semakin berkembang. Publikasi dalam bentuk jurnal dan buku menjadi salah satu ruang penting berbagi dan pertukaran pengetahuan yang terbuka semakin luas. Media digital juga menyediakan ruang alternatif yang tak kalah penting bagi sirkulasi pengetahuan-pengetahuan beragam tema feminsime, gender, dan seksualitas dalam konteks Indonesia.

Konferensi akademik tidak hanya menjadi tempat alternatif ruang berbagi pengetahuan hasil riset dan kajian, namun juga akan menjadi salah satu upaya memusatkan (centering) posisi dan peran akademisi lintas disiplin dan aktivis feminis Indonesia tanpa harus men-decentering posisi dan peran Indonesianis-feminis– dalam produksi pengetahuan, termasuk pengembangan teori-teori feminisme. 

Konferensi ini akan dinamakan “Annual Kartini Conference on Indonesian Feminisms”, mengambil nama RA Kartini, tokoh sekaligus simbol feminisme Indonesia yang namanya abadi karena pemikiran-pemikiran reflektif dan kritisnya tentang berbagai persoalan sosial.

Agenda Konferensi

Konferensi  akan dilangsungkan secara rutin setiap tahun (annual). Empat kegiatan utama dalam konferensi 2023 adalah:roundtable Forum merupakan forum interaktif menghadirkan 3-4 pembicara kunci sesuai tema konferensi. Lalu feminist Remarks atau Keynote Speech oleh figur feminis yang mengkaji atau terlibat dalam dalam gerakan feminisme Indonesia. 

Feminist Remarks akan berisi pemikiran-pemikiran feminis sesuai tema utama yang diangkat dalam konferensi setiap tahunnya. Selanjutnya panel terbuka (open panel) berisi beberapa panel hasil individual paper atau panel submission. Tiap panel dalam Panel Terbuka berisi 3-4 panelis dan planned Panel adalah panel berisi tema-tema khusus yang sudah disiapkan komite penyelenggara yang menghadirkan beberapa panelis undangan (invited panelists).

Untuk konferensi pertama 2023, semua sesi akan dilangsungkan secara virtual melalui Zoom. Semua sesi dalam konferensi ini akan dilakukan dalam Bahasa Indonesia kecuali panel atau forum khusus yang memerlukan penggunaan bahasa Inggris.

Info selengkapnya tentang konferensi feminisme 2023  bisa diakses di: https://bit.ly/kartiniconference2023

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!