Siapakah Tulang Punggung Keluarga? Laki-laki dan Perempuan Bisa Jadi Breadwinner

Sejumlah riset menunjukkan, banyak perempuan yang menjadi breadwinner atau pencari nafkah utama dalam keluarga. Artinya, telah terjadi perubahan struktur dari pola keluarga tradisional. Riset menunjukkan, bahwa pencari nafkah utama bukan cuma laki-laki, tapi perempuan juga bisa.

Suami atau ayah selama ini selalu disebut-sebut sebagai pemegang tahta tertinggi di dalam rumah. Sebutan sebagai pemegang tahta tertinggi ini karena selama ini laki-laki selalu disebut sebagai kepala keluarga. Padahal ada banyak sekali perempuan yang menjadi kepala keluarga di dunia ini. 

Banyak perempuan janda yang menjadi kepala keluarga, atau menjadi breadwinner atau pencari nafkah utama di keluarga ketika suami-suami tak punya pekerjaan.

Sejumlah penelitian menunjukkan, banyak perempuan yang menjadi breadwinner atau pencari nafkah utama dalam keluarga. Artinya ini menunjukkan terjadinya perubahan struktur dan pola keluarga tradisional.

Dalam struktur keluarga tradisional, ayah adalah pencari nafkah utama, namun pencari nafkah utama ternyata bisa digantikan oleh perempuan. Ini juga mengubah anggapan bahwa kita hanya bisa mengandalkan laki-laki dalam hal pendapatan, ternyata kondisi ini bisa berubah.

Lembaga Informasi Perburuhan Sedane (LIPS) juga mencatat banyaknya perempuan yang bekerja sebagai buruh garmen yang menjadi breadwinner dalam keluarga. Kondisi ini terjadi ketika suami tidak bekerja sebagai pekerja formal, misalnya suaminya bekerja sebagai tukang ojek atau mereka punya usaha warung kelontong yang pendapatannya tidak menentu. Bisa juga ini terjadi ketika laki-lakinya malas bekerja dan tidak bertanggungjawab. 

Namun ada juga perempuan buruh lajang yang bekerja untuk menghidupi ayah dan ibunya.

Yang jelas, pergeseran konotasi kepala keluarga ini bisa terjadi pada siapapun, tidak hanya laki-laki yang jadi kepala keluarga, namun perempuan juga bisa jadi kepala keluarga atau pencari nafkah utama

Walau secara umum kita masih melihat, tak sedikit suami yang meminta istrinya untuk menjadi ibu rumah tangga lantaran merasa pada dasarnya yang mencari nafkah keluarga adalah seorang suami. Namun bagaimana jika suami meninggal? Apakah cap sebagai pencari nafkah dan tulang punggung keluarga masih disematkan pada laki-laki atau suami?

Selama ini nafkah diyakini dan selalu dihitung dengan uang, padahal banyak perempuan bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga dan tidak dibayar upahnya. 

Anggapan bahwa setinggi apapun karir dan pendidikan seorang perempuan nantinya akan tetap berujung di dapur dan menjaga rumah, kini sudah kuno. Sudah tidak zaman lagi. Perempuan yang memilih untuk tetap bekerja diluar maupun menjadi ibu rumah tangga tanpa adanya tekanan, tak akan dianggap masalah. 

Memberikan kebebasan terhadap istri ataupun suami untuk berkarir di luar adalah keputusan yang harus dilakukan. Saat ini banyak sekali istri yang menjadi tulang punggung keluarga. Banyak faktor yang membuat istri juga turut mengambil andil dalam menjadi tulang punggung keluarga.

Dengan menjadi tulang punggung keluarga, seorang istri juga dapat flexing terhadap apa yang didapatkan saat bekerja. 

Selama ini banyak istri yang direndahkan karena dianggap tidak menghasilkan uang, dianggap tidak mandiri. Padahal penting bagi perempuan untuk mandiri secara finansial, juga untuk kehidupan sehari-hari. 

Setiap orang memiliki kapasitas hidup masing-masing. Dengan bekerja, perempuan dan laki-laki dapat mengembangkan diri secara lebih baik. Tak hanya mengetahui potensi tapi dengan bekerja juga dapat meningkatkan kapasitas dalam diri kita. 

Dan yang harus dipahami, kerja itu juga bukan kerja di luar rumah saja, tapi juga di rumah, di bilik-bilik tempat cucian dan dapur yang orang lain selama ini tidak melihatnya sebagai kerja.

Karena memilih menjadi ibu rumah tangga yang berkarir bukanlah pilihan yang mudah. Kalian perlu memiliki cara beradaptasi dan berjuang dalam mengatur waktu. Maka jangan berdiam diri ketika melihat ini, laki-laki harus melihat ini sebagai hal yang harus dilakukan, jangan diam saja, karena tugas rumah tangga bukanlah hanya tugas istri, tapi juga suami. Bukan cuma tugas anak perempuan, tapi juga anak laki-laki.

Dan yang harus kamu tahu, tulang punggung keluarga bukan hanya suami, tapi juga istri.

Marcella Anastasia

mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Bina Nusantara
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!