Jalan-Jalan Ramadan: Aku Menemui Para Perempuan Pedagang Takjil

Kali ini aku akan ajak kamu untuk menemui para perempuan pedagang takjil. Mungkin ini adalah hal biasa buat kamu, tapi kali ini aku khusus menemui para perempuan pedagang takjil dan mau tahu apa yang membuat mereka senang berjualan di masa Ramadan. Yuk, kita cari tahu!

Di Indonesia, takjil merupakan hidangan kecil yang biasanya dijadikan sebagai makanan pembuka saat berbuka puasa. Takjil bisa berupa makanan atau minuman manis seperti kolak, es buah, es teler, kurma, dan masih banyak lagi. 

Selama bulan Ramadhan, banyak pedagang yang menjual takjil di pinggir jalan untuk memenuhi kebutuhan umat Muslim yang ingin berbuka puasa.

Namun, di antara banyak pedagang takjil di pinggir jalan, ada juga pedagang nasi yang mengubah jualannya menjadi pedagang takjil selama bulan Ramadhan. Mereka melakukan hal ini selama bulan Ramadhan dan untuk menyediakan makanan yang tepat bagi umat Muslim yang ingin berbuka puasa.

Bu Febi, Pedagang Es Untuk Takjil di Surabaya (Doc. Ika/Konde.co)

Salah satu contohnya adalah Bu Febi, seorang pedagang nasi yang biasanya berjualan di kantin Rumah Sakit di Surabaya. Selama bulan Ramadhan, Bu Febi menutup jualannya sebagai pedagang nasi, dan beralih menjadi pedagang takjil.

Bu Febi terpaksa berjualan takjil karena ia menutup jualannya di kantin RS. Ia yang menjual berbagai jenis es, berjuang walau terpaksa berhenti berjualan nasi di kantin RS.

Meskipun ia tidak memiliki pengalaman dalam berjualan takjil, Bu Febi tidak menyerah. Ia mencari resep es di YouTube dan mencoba membuat kreasi es sendiri. Mulai dari es buah, es manado, es jelly, es lumut, dan banyak lagi.

“Saya mengumpulkan uang untuk modal berjualan takjil, Mbak. Mau bagaimana lagi, kalau saya tidak jualan ya tidak ada uang” ceritanya saat diwawancarai Konde.co (26/3)

Setiap hari, Bu Febi mempersiapkan es-nya di rumah dan membawanya ke pinggir jalan seputaran daerah Bendul Merisi di Surabaya untuk dijual di sore hari. Ia menawarkan berbagai jenis es dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang baik. Ia juga memastikan bahwa es-nya tetap segar dan enak meskipun disimpan dalam kondisi suhu ruangan.

“Suami membantu saya menyiapkan jualan, namun saya sendiri yang berjualan” tambahnya. 

Bu Febi juga berinteraksi dengan pelanggan dengan ramah. Ia dengan tenang melayani pembeli meski dagangannya diserbu menjelang waktu berbuka.

Suami Kehilangan Pekerjaan Karena Pandemi, Istri Mengambil Peran

Pedagang takjil lainnya, Ibu Yuni, yang menjual beraneka jenis kue-kue saat diwawancarai Konde.co mengaku bisa menabung saat Ramadan.  Jualan di bulan Ramadan dilakukan untuk mengumpulkan modal lebaran. 

Suaminya sudah tidak bekerja lagi sejak pandemi sampai saat ini. Sehari-harinya bu Yuni berjualan nasi di depan rumahnya. Namun karena bulan Ramadhan, ia menutup jualannya dan berganti berjualan takjil.

Bu Yuni, Pedagang Gorengan Untuk Takjil di Surabaya (Doc. Ika/Konde.co)

Sudah cukup lama sejak suaminya kehilangan pekerjaannya karena pandemi. Mereka berdua harus mencari cara untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Meskipun penghasilannya tidak sebanyak sebelumnya, setidaknya ia masih bisa memberikan makanan untuk keluarganya. 

“Yah ngga seberapa untungnya Mbak jualan gorengan Rp. 1500 per biji. Tapi ini yang bisa saya bikin.” jelasnya.

Ia juga mau tidak mau harus beradaptasi dengan perubahan penghasilan dalam mengelola keuangan keluarganya, memprioritaskan pengeluaran yang penting dan menghemat pengeluaran yang tidak perlu. 

“Dulu waktu suami masih kerja, saya tidak mikir harus sisihkan modal untuk jualan, dari hasil jualan yang bisa terpakai hanya puluhan ribu per hari.” ujarnya.

Ia merasa kehilangan waktu karena harus belanja bahan jualan, memasak dan berjualan. Setiap hari, ia harus meninggalkan rumah di pagi hari dan kembali di malam hari setelah berjualan.

Kontribusi Istri Kerap Diabaikan

Para perempuan penjual takjil yang aku temui rata-rata adalah perempuan. Ini menunjukkan bahwa perempuan juga berkreasi untuk menopang ekonomi keluarga. Misalnya mereka berjualan takjil atau berjualan makanan secara daring. 

Selama lebaran ini, pedagang perempuan makin banyak bermunculan, mereka juga berjualan di sejumlah jalan di Surabaya yang saya temui. 

Usaha perempuan dalam skala kecil, mikro dan menengah (UMKM) memiliki peran besar untuk menopang perekonomian Indonesia. UMKM menyumbang 60 persen dari total ekonomi nasional dan 97 persen dari sisi penciptaan dan penyerapan tenaga kerja. 

Saat ini, 57 persen dari 63,9 juta pelaku usaha mikro dan 34 persen dari 44,7 pelaku usaha menengah adalah perempuan dan 56 persen dari 193 ribu usaha kecil  dimiliki oleh perempuan. 

Ika Ariyani

Staf redaksi Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!