Kisah pekerja rumah tangga (PRT) jadi lancar berbahasa Inggris usai bekerja di keluarga ekspatriat

Setelah Bekerja di Ekspatriat, Saya Jadi Lancar Ngomong Inggris

Walau dulu sekolah di pedesaan, itu tidak mengurangi niat saya untuk belajar Bahasa Inggris. Setelah dewasa, saya bekerja jadi PRT di keluarga ekspatriat. Bahasa Inggris saya jadi lancar dan bisa dipakai.

Sejak saya duduk di bangku SMP saya suka sekali belajar Bahasa Inggris. Walaupun sekolah di pedesaan, tapi tidak menyurutkan niat saya untuk belajar Bahasa Inggris. Setelah dewasa, saya bekerja jadi PRT di keluarga ekspatriat. Bahasa Inggris saya jadi lancar dan bisa dipakai.

Suatu hari, guru Bahasa Inggris di kelas kami meninggalkan kelas dan langsung pulang, dengan muka kesal karena banyak murid yang tidak mau mengumpulkan tugas pekerjaan rumah (PR) yang sudah diberikan beliau. Memang tidak semua murid menyukai Bahasa Inggris, hanya beberapa orang saja termasuk saya yang antusias kalau ada pelajaran Bahasa Inggris.

Baca Juga: Di Sekolah PRT Aku Bisa Cerita Pelecehan Seksual yang Aku Alami

Ketika saya bekerja di Arab Saudi menjadi pekerja migran Indonesia, yaitu sebagai pekerja rumah tangga (PRT), saya belum bisa seratus persen menggunakan Bahasa Arab. Kemudian saya berbicara sama pemberi kerja itu dicampur Bahasa Inggris dan Arab dan Bahasa Inggris, padahal saya pun masih banyak kekurangan atau belum menguasai semuanya.

Setelah pulang dari Arab Saudi, saya bekerja di daerah Sunter, Jakarta Utara sebagai pekerja rumah tangga. Kebetulan anak bos saya masih pada sekolah, ada yang SMA, SMP dan yang paling kecil masih SD.

Lalu pada suatu hari, saya beres-beres buku di lemari tempat penyimpanan buku. Saya menemukan buku yang berjudul ‘Grammar‘.  Penasaran dan mencoba membuka buku itu dan membacanya, ternyata buku itu adalah buku tata Bahasa Inggris. Saya sangat senang sekali.

Baca Juga: ‘Inem Pelayan Seksi’: Film tentang Objektifikasi PRT

Buku tersebut saya simpan dengan niat hati mau membacanya. Tetapi saya berpikir kalau buku itu saya baca terlalu lama, pasti si bos bakal nyariin, dan akhirnya buku itu saya salin di buku tulis dengan tulisan tangan. Saya menulis atau menyalin buku itu apabila saya telah selesai mengerjakan pekerjaan. Lumayan lama untuk menyalin buku itu karena tebal juga dan waktunya hanya kalau senggang saja.

Secara tidak disadari, pengetahuan saya makin bertambah dengan menulis sambil membaca buku itu. Setelah saya selesai menyalin buku itu, saya mengembalikannya ke tempat di mana buku itu ditemukan. 

Terbersit di pikiran saya, ingin sekali bekerja di orang ekspat atau ekspatriat menggunakan Bahasa Inggris. Supaya dapat upah atau gaji yang lumayan dan bisa praktek langsung berbicara bahasa asing.

Kemudian setelah itu, saya pindah kerja ke daerah Pondok Indah di Jakarta Selatan. Nah, di situ saya mulai kenal sama teman yang bekerja di orang ekspatriat dan akhirnya saya di-cariin pekerjaan di orang ekspatriat.

Baca Juga: Edisi Care Work: Potret PRT di Kaltim, ‘Ning’ dan ‘Ita’ Tak Punya Pilihan

Walaupun saya sudah membaca banyak grammar atau tata Bahasa Inggris, tetap saja gak serta-merta bisa langsung bicara dan ternyata kosakata saya masih kurang banyak. Saya tentunya masih perlu banyak belajar lagi.

Setelah saya ikut organisasi pekerja rumah tangga, saya mendapatkan pelajaran Bahasa Inggris lagi dengan cara les Bahasa Inggris yang diadakan di sekolah pekerja rumah tangga. Sekarang sih, sudah lumayan lancar.

Sampai saat ini saya masih suka belajar, dan ternyata banyak yang tidak saya ketahui tentang Bahasa Inggris. Saya belum merasa puas dengan hasil belajar selama ini dan saya akan terus dan terus belajar.

KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui tulisan dan literasi digital. Tulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) mendapat dukungan dari JALA PRT.

Mulyani

Bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT)
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!