Sebagai Mantan Atlet, Saya Kecewa Olahraga Berprestasi Tidak Masuk dalam Debat Capres

Dalam debat Capres dan Cawapres yang dilakukan pada Selasa, 12 Desember 2023 dan debat kedua: Jumat, 22 Desember 2023, tidak ada satupun yang membahas tentang bagaimana memperjuangkan olahraga di Indonesia agar berprestasi.

Sebagai mantan atlet, jujur ini agak mengecewakan. Seperti kita tahu perkembangan olahraga di Indonesia seperti jalan di tempat.

Pada Asian Games 2023 di Hangzhou China, Indonesia berada pada urutan ke 13 dan kalah dari Thailand yang berada di urutan ke 8. Hanya pada Asian Games 2018, Indonesia bisa memperoleh 31 emas. 

Sepanjang Sejarah Asian Games sejak tahun 1951 hingga sekarang, perolehan medali emas tidak pernah mencapai 10 medali emas. Hanya pada tahun 1962 dan 2018 ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games, baru bisa memperoleh medali emas lebih dari 10.

Jokowi menjadi Presiden sejak tahun 2014 tetapi baru tahun 2021 menandatangani Perpres Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional atau DBON

Kalau diteliti, peraturan tentang olahraga sudah ada pada tahun 2005, ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga.

Tapi dari perjalanan hingga hari ini, ini menunjukan jika olahraga prestasi belum menjadi perhatian atau belum dianggap sebagai isu yang penting. 

Baca Juga: 5 Penyebab Sepakbola Perempuan Masih Terpinggirkan

Padahal Indonesia memiliki sumber daya manusia yang luar biasa. Bila pemerintah serius melakukan pembinaan calon atlet, tentu kita akan memiliki banyak atlet berprestasi.

Indonesia bisa dikatakan cukup tertinggal di bidang olahraga dibanding negara Asia lainnya seperti China, Korea Selatan, Jepang, bahkan dari negara tetangga Thailand.

Pembinaan Olahraga di China dilakukan mulai umur 4 tahun dan memiliki pusat pelatihan hampir di setiap daerah. Tidak hanya memiliki pembinaan olahraga sejak dini, di China, Jepang dan Korsel mereka melakukan penelitian sport science. Publikasi karya ilmiah Indonesia tentang sport science dibandingkan dengan negara berkembang lain, jauh tertinggal.

Mengapa Olahraga di Indonesia tidak bisa berprestasi? berikut 4 faktornya:

Menjadi atlet tidak menarik dan tidak memiliki masa depan

Saat ini olahraga yang menarik dan diminati para generasi muda seperti bulutangkis, sepakbola dan volley. Namun olahraga lainnya jarang sekali diminati. Beberapa penyebabnya antara lain karena jalur karir yang tidak jelas bagi para atlet. Bahkan karir setelah pensiun menjadi atlet. Banyak mantan atlet yang terlantar hidupnya. Ini membuat generasi muda malas menjadi atlet dan regenerasi menjadi tersengal-sengal.

Olahraga tidak terintegrasi dengan sistem pendidikan

Sebagian masyarakat Indonesia belum melihat olahraga sebagai karir yang membanggakan dan menjanjikan. Pendidikan dan olahraga seringkali tidak memiliki sinergi. Banyak lembaga pendidikan yang memberikan ‘hukuman’ pada siswa yang lebih memilih olahraga dibanding belajar untuk nilai pelajaran yang bagus. Selain itu memang tidak ada program pelatihan dari pemerintah yang memberikan ruang bagi setiap siswa untuk memilih jalur olahraga untuk berprestasi lebih baik.

Pendanaan untuk pembinaan olahraga sangat minim

Bila dibandingkan dengan negara lain, anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia jauh lebih kecil. Dengan minimnya pendanaan, maka akan sulit meningkatkan pembinaan dan memiliki atlet yang berkualitas. Saya mendengar bila atlet ingin melakukan try-out ke luar negeri mereka harus mengeluarkan uang sendiri dan membiayai semua keperluannya. 

Sarana dan prasarana olahraga yang kurang memadai

Kurangnya perhatian pemerintah untuk menyediakan fasilitas pendukung olahraga yang baik membuat atlet susah untuk berlatih. Mereka yang telah memutuskan untuk menjadi atlet pun akan sulit berkembang. Kalaupun ada sarana yang baik, itu hanya terpusat di Jawa. Para atlet dari daerah harus meninggalkan daerahnya sejak usia dini bila ingin menjadi professional. Ini tentu membuat sebagian akhirnya memutuskan untuk tidak berkarir di dunia olahraga meski punya potensi besar.

Peran dan prioritas pemerintah dalam olahraga

Sudah seharusnya pemerintah menjadi organisasi induk untuk mengelola olahraga di Indonesia. Bagaimanapun juga porsi perhatian bagi olahraga masih kurang bila dibanding dengan bidang lain. Program pembinaan dan pengelolaan masih perlu disempurnakan. Faktor ini selalu berada pada akhir setiap siklus pengembangan bidang apapun.

Seperti yang disampaikan Atlet Renang sekaligus sebagai peraih medali emas dalam ajang Sea Games 2023 I Gede Siman Sudartawa dalam sebuah media. Dia berharap dalam persiapan untuk latihan dan juga jenjang karir sebagai atlet tidak diremehkan. Ia merasa peran sebagai seorang atlet terlalu diburu-buru dengan target yang mendadak harus terpenuhi.

Sudah saatnya Indonesia mulai serius memperhatikan perkembangan olahraga prestasi. Sudah saatnya olahraga menjadi isu yang layak diperhatikan dan dimasukan menjadi agenda dalam pemilu 2024. 

Siapapun presidennya, olahraga Indonesia harus digarap dengan serius melalui kebijakan dan dijalankan hingga ke daerah-daerah. Kami rindu dengan prestasi atlet-atlet kita yang bisa menjuarai olimpiade. 

(Gambar: IG Pemain Volley Indonesia Mega)

Poedjiati Tan

Psikolog, aktivis perempuan dan manager sosial media www.Konde.co. Pernah menjadi representative ILGA ASIA dan ILGA World Board. Penulis buku “Mengenal Perbedaan Orientasi Seksual Remaja Putri.”
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!