*Kustiah- www.Konde.co
Ini cerita tentang seorang ibu dan anak perempuan semata wayangnya. Seorang ibu yang rela bermandi peluh, menahan kantuk yang teramat sangat saat bekerja demi anaknya. Juga tentang ketakutan- ketakutannya.
Pertemuan dengannya pertama kali terjadi pada 2013 lalu:
Saat itu anaknya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Dan, setelah lama tak bersua, ia menghubungiku kembali melalui pesan whatsapp. Bercerita tentang keinginannya untuk membuka usaha.
Sekalipun anak perempuan yang ia nikahkan belum lama ini sudah hidup bersama suaminya, perempuan yang memilih tak menikah kembali ini, tetap dihantui perasaan takut.
“Anakku hidupnya pas-pasan. Gaji suaminya hanya cukup untuk makan. Aku kuatir mbak, jika tak buka usaha sendiri, bagaimana masa depannya nanti?” demikan bunyi pesannya.
Dan begitu besarnya cinta ibu. Ia tak pernah berhenti sedetik pun untuk tak memikirkan anaknya. Hingga saat ini tetap saja ia menjadi ibu yang baik bagi anaknya.
Pada pertengahan 2013 lalu, saat ia menemuiku dan kami bersama-sama dalam sebuah perjalanan bersama anak perempuannya.
Cerita yang Mengalir Deras
Kubiarkan sang ibu berbicara dengan anaknya. Dengan serius, ibu berbisik pelan. Sang anak menunduk seraya alisnya jatuh merapat.
Aku hanya sesekali mencuri pandang. Kulihat betapa sang ibu benar-benar sungguh-sungguh. Kereta terus melaju membawa kami menuju Tangerang. Siang itu terik, dan hawa panas terasa menyengat meski kereta yang kami naiki berpendingin udara. Aku duduk berhadapan dengan anak dan ibu. Sengaja kupilih duduk memisah, supaya mereka bisa saling bicara dan tak terganggu karena kehadiranku.
Ibu tanpa suami. Nyatanya perempuan satu ini mematahkan kasak kusuk di pojok sana tentang perempuan yang sering dikata-katai suka tergantung kepada laki-laki. Ia orang tua tunggal, melahirkan, menghidupi, dan menyekolahkan anaknya seorang diri.
Suntari nama ibu ini. Suntari saat ini berumur 41 tahun. Anaknya bernama Dara (bukan nama sebenarnya) ia lahirkan dari suaminya yang pertama, yang dua hari setelah bercerai, suaminya ini langsung menikah lagi.
10 tahun kemudian saat Dara berusia 10 tahun, Sun menikah lagi. Namun, karena sering ditelantarkan, Sun memutuskan bercerai. Untuk yang kedua kalinya ia dikecewakan laki-laki.
Suntari bukan perempuan berbadan tegap dan bermuka garang. Wajahnya lembut, matanya sayu, tubuhnya sedikit bungkuk dan setiap kata-katanya yang dikeluarkan, dalam hati orang yang diajak bicara akan muncul rasa iba dan sayang.
Kata-katanya “Nggak usah repot-repot mbak,” justru selalu membuatku menjadi benar-benar ‘repot’ (bersambung)
*Kustiah, Mantan jurnalis Detik.com. Kini pengelola www.Konde.co dan pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta.