Perempuan dan Tantangan Urban Perkotaan

Luviana- www.konde.co

Jakarta, Konde.co- Cut Sri Rozanna, Programme Director Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit(GIZ), salah satu LSM internasional Jerman mengalami keresahan sekaligus geram ketika sedang berada dalam beberapa forum, ia mendapati, selalu saja ada laki-laki yang menyapanya dengan:

“Ruangan jadi berbeda ya karena ada perempuan.”

Atau perkataan lain seperti,” Ruangan jadi wangi jika ada perempuan.”

Begitu kebanyakan laki-laki menyapa Cut Sri Rozzana atau Aya. Namun justru pernyataan ini yang membuat ia selalu geram, karena itu sejatinya bukan pernyataan ramah, namun justru malah memojokkan perempuan. Perempuan selalu dimitoskan sebagai: orang yang wangi, yang memberikan warna berbeda, yang selalu membuat cerah ruangan.

“Padahal saya akan lebih senang jika perempuan dilihat dari pemikirannya, dari ide brilian yang ia hasilnya dan dari solusi yang ia tawarkan. Namun yang terjadi sebaliknya, justru perempuan dihargai karena penampilan fisiknya.”

Maka jika ada pernyataan seperti ini, Aya tak segan untuk menjawabnya langsung agar semua laki-laki menghargai perempuan dan memandang dari perspektif yang berbeda

”Hargai pemikiran perempuan pak, jangan dari wanginya. Atau, hargai ide-ide kami dong mas, jangan dari baju yang kami pakai,” ujar Aya.

Aya mengakui bahwa penghargaan terhadap perempuan seharusnya mulai dirubah, hal ini dibutuhkan untuk mengubah struktur yang selama ini sudah terbentuk dimana perempuan selalu dilihat secara fisiknya saja.

Jika perempuan dihargai hanya secara fisik, maka dengan sendirinya ini akan mendiskriminasi perempuan lain yang dianggap secara fisik kurang menarik menurut pandangan laki-laki.

Hal tersebut merupakan salah satu persoalan yang dialami para perempuan yang hidup di perkotaan, bertemu dengan banyak orang yang berbeda dan pada banyak kesempatan. 

Tantangan ini mengemuka dalam talkshow “Urban Activism and More Opportunities for Women’s Empowerment” yang diadakan UN Women di Jakarta pada 14 Maret 2018.

Dalam talkhsow ini dibahas apa saja tantangan perempuan urban yang hidup di kota besar seperti Jakarta. Tantangan tersebut ada di tempat bekerja, di ruang terbuka hingga sampai dalam kehidupan sehari-hari.

Dayu Dara, senior vice president dan head Go Life Gojek menyatakan bahwa dalam perusahaan transportasi, juga terdapat banyak tantangan yang dihadapi perempuan, yaitu perusahaan transportasi umumnya dipadati oleh pekerja laki-laki, sangat sedikit perempuan yang bekerja di sektor ini. Namun baginya, ini adalah tantangan yang harus dijawabnya ketika ia terjun dalam bisnis transportasi.

Hal lain yang dihadapi yaitu ketika adanya mitos bahwa bisnis transportasi adalah melulu milik laki-laki, dari tantangan akan mitos inilah ia kemudian tergerak untuk mewarnai perusahaan di tempat ia bekerja untuk menghadirkan perempuan.

“Salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu memperbanyak perempuan untuk menjadi bagian dari perusahaan transportasi dan memberikan perspektif perempuan di tempat kerja,” kata Dayu Dara.

Alanda Kariza, penulis buku Sophismata and Beats Apart menceritakan keinginannya dalam menulis beberapa buku yaitu ingin menuliskan persoalan yang dialami perempuan. Selama ini menurutnya banyak persoalan yang dialami perempuan, menulis kemudian dilakukan untuk memberikan sharing cerita perempuan.

Alanda Kariza mulai menulis sejak ia sekolah SD hingga ia menjadi kontributor majalah remaja. Ia kemudian menulis sejumlah buku tentang apa yang menjadi amatannya selama ini. Ketika menginjak SMP ia kemudian mendirikan The Cure For Tomorrow (TCFT), organisasi yang fokus pada pengolahan sampah. Tahun 2009 Alanda mewakili Indonesia di Global Guildford British Council Changemakers,  One Young World, High Level Panels on Youth: “Global Youth, Leading Change” (2011), 100th Session of the International Labour Conference 2011 (Jenewa). Kehidupannya sebagai anak muda urban perkotaan memicunya untuk melakukan sesuatu.

Saat ini menurutnya melalui beberapa kesempatan, banyak anak muda yang sudah berbicara soal isu perempuan, beberapa perempuan muda juga sudah mengikuti aksi perempuan. Alanda mengatakan bahwa penting untuk menjadikan anak muda perempuan sebagai bagian dari perjuangan perempuan.

Lily Puspasari, Programme Specialist UN Women Indonesia menyebutkan bahwa ini merupakan tantangan perempuan urban di perkotaan. Selama ini di desa, banyak sekali persoalan yang menimpa perempuan seperti akses untuk pendidikan dan kesehatan, pernikahan usia anak. Namun di perkotaan bukan tanpa persoalan, perempuan mempunyai persoalan di rumahnya, di jalanan hingga ke tempat kerja.

Forum ini juga untuk mengetahui problem apa yang dialami perempuan urban saat ini, misalnya dengan adanya internet, dengan wajah perkotaan yang berubah, Fotum seperti ini dilakukan untuk mengetahui apa yang sudah dilakukan perempuan dan respon apa yang sudah diberikan dari lingkungan terdekat mereka.

(Foto/Ilustrasi)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik. Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!