‘Dear David’ Buktikan Jika Remaja Perempuan Bisa Mendobrak Tabu Seksualitas

Yang khas dari film Dear David adalah, film ini menyentuh persoalan seksualitas, kesehatan mental, hingga privasi di tengah perkembangan internet saat ini.

Seorang ratu mengintip manusia bertopeng singa yang sedang mandi di sungai. Manusia singa ini kemudian menyadari bahwa ia sedang diintip. Ia pun mengejar sang ratu hingga perempuan itu terpojok.

Saat keduanya berhadapan, sang singa berubah menjadi laki-laki yang tampan. Ia dan sang ratu mendekati satu sama lain hingga tak ada jarak di antara keduanya. Selama beberapa detik, keduanya saling membelai hingga berciuman.

Namun ternyata, semua itu hanya imajinasi dari Laras (Shenina Cinnamon), seorang remaja perempuan kelas XI SMA yang senang menulis fiksi. Ia merupakan ketua OSIS yang tidak hanya berlangganan mendapatkan prestasi akademis, tapi juga non akademis seperti menulis cerita pendek. Hal itu tampak dari  berbagai piala dan piagam yang terpanjang di rumahnya.

Laras yang kerap menulis cerita erotis dengan tokoh utama dirinya dan remaja laki-laki yang ia senangi, David (Emir Mahira), menjadi tokoh utama film Dear David (2023) karya Lucky Kuswandi yang diputar di Netflix mulai 9 Februari 2023. 

David adalah remaja laki-laki yang memiliki prestasi di bidang futsal. Selain memiliki keahlian di bidang olahraga, David juga ditampilkan sebagai remaja laki-laki yang taat beribadah.

Keduanya saling mengenal, tapi laras hanya bisa memendam perasaannya. Tidak hanya karena kekhawatiran cintanya tak berbalas, tapi ia juga bersekolah di institusi pendidikan Katolik yang mendorong murid-muridnya untuk dekat dengan Tuhan. Laras pun hanya bisa mengungkapkan hasratnya dalam cerita-cerita erotis yang, pada satu hari, tersebar di media sosial.

Dear David sebetulnya memiliki alur cerita khas film remaja pada umumnya. Tokoh utama perempuan yang ‘kutu buku’ pada akhirnya bisa berpacaran dengan laki-laki yang lebih populer di sekolah yang ia sukai. Namun, tak seperti film remaja lain, yang khas dari Dear David adalah, film ini menyentuh persoalan seksualitas, kesehatan mental, hingga privasi di tengah perkembangan internet saat ini. 

Gairah dan Eksplorasi Seksual Remaja Perempuan

Di bawah masyarakat yang patriarkis, perempuan seringkali distereotipkan, ini pesan penting dari film “Dear David.” Mereka dipandang sebagai objek dari hasrat seksual, alih-alih subjek yang juga memiliki hasrat seksual. Perempuan juga kerap dianggap sebagai objek pasif yang menerima segala bentuk perlakuan laki-laki yang lebih aktif, termasuk dalam aktivitas seksual.

Dalam film Dear David, tokoh utama perempuan, Laras, justru ditunjukkan sedang mengeksplorasi seksualitasnya. Selain dari cerita erotis yang ia tulis, Laras juga melakukan eksplorasi dengan meraba bagian sensitif tubuhnya mulai dari perut. Napas Laras juga tampak memburu, yang seolah menunjukkan bagaimana Laras mencoba masturbasi.

Hanya saja, Laras harus menyembunyikan hasrat tersebut, mulai dari awal hingga pertengahan film. Pasalnya, seksualitas dipandang tidak hanya tabu, tetapi juga memalukan dan negatif oleh sekolah Laras. Hal ini tampak dari bagaimana kepala sekolah, Bu Indah (Jenny Zhang), mengatakan akan memberi hukuman pada penulis cerita erotis yang telah tersebar dimana-mana.

Tak hanya Laras, teman baik Laras, Dilla (Caitlin North Lewis) juga menjadi korban dari pandangan masyarakat di sekolah yang negatif terhadap aktivitas seks. Dilla mengalami bullying setelah dituduh melakukan hubungan seksual dengan teman sekelasnya, Arya (Michael James). Dilla juga disebut ‘pecun’ hanya karena mengunggah foto-fotonya dengan pakaian terbuka di media sosial.

Dear David juga mencoba menampilkan bagaimana remaja laki-laki juga bisa menjadi korban pelecehan. 

Setelah cerita Laras tersebar, David menjadi korban pelecehan oleh tiga teman laki-lakinya yang sempat ingin menelanjanginya. Ia juga menjadi korban Bu Indah yang sempat menatapnya secara kurang etis.

Hal menarik lainnya, tak seperti kebanyakan film remaja, Dear David mencoba keluar dari heteronormativitas. Heteronormativitas merupakan keyakinan bahwa heteroseksualitas adalah orientasi seksual yang ‘normal dan ‘sepatutnya’ dimiliki oleh manusia. Salah satu tokoh perempuan dalam film ini merupakan seorang homoseksual. Ia ditampilkan tengah berupaya menerima dirinya sendiri.

Kesehatan Mental Remaja Laki-laki

Di masyarakat yang patriarkis, laki-laki seringkali juga dianggap harus kuat, baik secara fisik maupun mental. Sejak kecil, anak laki-laki tidak diizinkan menunjukkan perasaan mereka, misalnya dengan menangis. Pasalnya ‘menunjukkan perasaan’ dinilai sebagai kelemahan. Mitos ini pun coba dipatahkan oleh Dear David.

Dalam film remaja pada umumnya, David akan digambarkan sebagai remaja laki-laki yang sempurna. Ia populer karena berprestasi di bidang futsal, yang menunjukkan kekuatan fisiknya. Kekuatan fisik ini biasanya membuatnya disukai oleh teman-teman perempuannya.

Namun, dalam film ini, David ditampilkan sebagai remaja laki-laki yang memiliki permasalahan mental. Ia pun menceritakan hal ini pada teman perempuannya. Hal ini sekaligus mematahkan mitos bahwa laki-laki tidak boleh menunjukkan perasaan, apalagi pada perempuan.

Dear David menunjukkan realitas remaja masa kini yang melakukan berbagai aktivitas di internet. Tak hanya mengkonsumsi, para remaja masa kini juga turut dalam proses produksi konten dan informasi di internet. Film ini berupaya membangun lagi kesadaran kita terkait risiko dari aktivitas berinternet remaja, salah satunya kebocoran data pribadi.

Beberapa scene di dalam film juga dekat dengan realitas remaja di Indonesia. Hal ini salah satunya tampak dari bagaimana para guru mengatur aktivitas murid-murid menggunakan ponsel. Pembatasan penggunaan ponsel sebetulnya tidak masalah, jika bertujuan agar murid-murid fokus ketika belajar.

Namun, dalam Dear David, sejak cerita erotis Laras tersebar, sekolah bertindak lebih jauh dengan tidak hanya mengatur penggunaan ponsel murid, tetapi juga penggunaan media sosial. Mereka meminta agar setiap murid membuka kunci akun media sosial mereka. Padahal, setiap murid memiliki hak untuk mengunci media sosial mereka, guna membatasi siapa yang berkunjung ke profil mereka.

Dear David karya Lucky Kuswandi ini semakin menunjukkan kualitas Lucky sebagai sineas film, soal keberpihakannya pada remaja perempuan, sebagaimana tampak dari tindakan yang diambil Laras pada akhir cerita. 

Spoiler sedikit, pada akhirnya Laras bisa melawan kebijakan sekolah yang semena-mena. Ia juga menerima gairah dan eksplorasi seksualnya sebagai bagian dari dirinya yang sedang bertumbuh dewasa.

(Sumber Gambar: IG Lucky Kuswandi/Sutradara Dear David)

Sanya Dinda

Sehari-hari bekerja sebagai pekerja media di salah satu media di Jakarta
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!