Dear girls, kamu lagi tertarik sama orang tapi kalian gak ingin terikat dalam hubungan yang serius? Kata lainnya, hubungan kalian adalah Hubungan Tanpa Status (HTS).
Jika ini adalah pengalaman pertamamu, kamu perlu memahami hal-hal yang terjadi jika hubunganmu bersifat ‘abu-abu’ seperti ini. Dibilang pacaran enggak, tapi dibilang teman aja rasanya lebih dari itu.
Bicara soal hubungan tanpa status, aku sendiri pernah menjalani hubungan ini. Terhitung sudah 5 tahun sejak di bangku SMA. Berawal dari cinta lokasi karena satu kelas, kemudian makin akrab sampai ada di zona HTS ini.
Dengan latar belakang pendidikan di sekolah keagamaan yang tak ingin berstatus pacaran, kami memutuskan jenis hubungan ini. Dibandingkan hubungan pacaran yang memerlukan komitmen dan komunikasi yang intens, HTS ini lebih kami rasa pas karena memberi keleluasaan bagi kami.
Selama bertahun-tahun menjalani HTS ini, ada banyak hal yang aku pelajari. Aku tidak menyesali menjalani hubungan itu, karena memang itu kesepakatan kami secara sadar. Meski begitu, bukanya HTS yang kami jalani berjalan “mulus-mulus” saja. Dari pengalaman itu, aku akan berbagi hal-hal berikut ini:
Hal yang Perlu Kamu Pahami
Saat kamu memutuskan untuk masuk dalam HTS ini, paling gak aku ingin kamu sadar bahwa sedari awal, hubungan kalian tidak terikat.
Jadi jangan berharap banyak. Misalnya, menuntut ini itu, bawa perasaan (baper) atau punya ekspektasi sepihak. Percayalah, kekecewaan dan sakit hati seringnya mulainya dari sini~
Maka dari itu, penting buat kalian untuk membicarakan kesepakatan secara jelas di awal. Jika hubungan kalian adalah HTS: apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan dalam hubungan itu. Lalu, apakah ada kemungkinan buat statusnya naik level atau nikmati yang sekarang aja.
Kenapa ini penting? Karena ini buat “mengukur” ekspektasimu biar gak begitu kecewa. Jadi, kamu juga tahu bagaimana menempatkan diri.
Ambil contoh, hal yang sering dikeluhkan dalam HTS adalah doi pergi (ghosting) dan datang sesukanya, praktik silent treatment, sampai overthinking karena kita dibuat bertanya-tanya soal sikapnya.
Selain kesepakatan di awal, kunci dari semua itu adalah komunikasi yang lugas dan tanpa menyinggung secara verbal dan non-verbal (asertif).
Hubungan Membangun, Bukan Toksik
Rasanya kalau hubungan cuma buat menguras perasaan, pikiran, waktu, tenaga atau hal-hal lain yang merugikanmu, itu gak layak kamu pertahankan.
Pahami juga, relasi HTS yang kamu jalani itu paling gak bisa membangun buatmu. Misalnya, kalian dekat untuk saling menyemangati, motivasi maju, belajar bareng dan kasih masukan membangun, atau lainnya.
HTS yang kalian jalani, bisa jadi “teman tumbuh”. Sambil kamu fokus pada mimpi dan tujuan yang mau kamu capai.
Baca juga: Dear Bucin, Kenali Sinyal Red Flag yang Bikin Hubunganmu Nggak Sehat
Intinya, ketahui dirimu dan apa yang kamu butuhkan dan dapat kamu berikan dalam HTS-mu. Jalani itu dengan sadar dan tanpa keterpaksaan.
Perlu dipahami juga, meskipun tanpa ikatan pasti, HTS semestinya juga tidak menormalisasi kekerasan dalam bentuk apapun. Baik verbal maupun non-verbal.
Jika sudah ada redflag dalam HTS yang bikin mental dan fisikmu terluka, pikirkan untuk segera cari solusi. Jika sudah tak bisa dimaklumi, ada baiknya berpamitan pergi.
Kamu terlalu berharga untuk hubungan yang gak sehat.