Para pekerja dengan disabilitas sindrom down di ONNI House, Surabaya. (Sumber foto: dok. ONNI House)

ONNI House: Kafe Inklusif Pekerjakan Orang dengan Sindrom Down

Kafe ONNI House Surabaya, telah mencuri perhatian media sosial dengan pendekatannya yang unik dalam menciptakan gelombang positif dalam mendukung ruang kerja inklusif dengan mempekerjakan individu dengan disabilitas, termasuk orang dengan sindrom down. Bagaimana kisah mereka?

Kafe ONNI House yang berlokasi di Jalan Opak Nomor 56, Darmo, Kota Surabaya, menjadi viral di media sosial karena mempekerjakan orang-orang atau penyandang  disabilitas, termasuk orang dengan sindrom down.

Kisah ONNI House ini mendapat banyak dukungan dari masyarakat. Banyak orang yang mengapresiasi langkah ONNI untuk memberikan kesempatan kerja bagi orang-orang dengan disabilitas.

Awal Mula Inspirasi

Awalnya, konsep ini muncul saat ONNI House merayakan ulang tahun ke-4 mereka. Mengambil inspirasi dari sebuah tempat di Jepang yang mempekerjakan orang tua dengan demensia, tim ONNI House ingin menciptakan sesuatu yang serupa di Indonesia.

Beruntungnya mereka berkenalan dengan Destiny Learning Center, yaitu sebuah tempat belajar yang mendukung anak-anak dengan sindrom down. Kolaborasi ini menjadi awal dari perjalanan Onni House menuju tempat kerja inklusi.

Konde.co mewawancarai manajer marketing ONNI House, Cecilia (29/9/2023). Ia menjelaskan bahwa saat ini orang dengan disabilitas yang bekerja di ONNI House berstatus magang dengan jam kerja selama 3 jam dalam 2 minggu sekali. Tidak hanya orang dengan sindrom down, namun juga penyandang autis dan slow learner. Total 7 orang yang mengikuti program magang ini.

Ngga  ada seleksi sih kalau dari kita, kita dapat masukan dari Destiny Learning Center, mereka yang pilih. 3 minggu sebelum mereka kerja kita ajak latihan,” terangnya. 

Pendekatan ini memastikan bahwa mereka siap untuk menjalankan tugas mereka dengan percaya diri.

Cecilia menjelaskan, mereka bekerja dalam dua sesi, yaitu sesi kitchen dan server kemudian sesi merangkai bunga. Sebagai pelayan, mereka tidak hanya menyambut pelanggan tetapi juga mengambil pesanan. Sesi kedua melibatkan mereka dalam merangkai bunga yang dipesan oleh pelanggan. Ini memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek pekerjaan kafe.

“Ada 2 sesi, kitchen sama server. Server ini mulai dari greetings sampai pick order ke customer. Sesi kedua mereka merangkai bunga. Bunganya dipesan oleh customer. Lalu dirangkai oleh anak-anak ini,” ujar Cecil.

Baca Juga: Lindungi Hak Kelompok Rentan, Butuh Kebijakan Stop Diskriminasi!
Dukungan Pelanggan dan Dampak Bagi Kru Magang

Pelanggan ONNI House merespons dengan luar biasa terhadap inisiatif ini. Mereka merasa senang dan menghargai mendapat pelayanan dari orang-orang dengan disabilitas sebagai pengalaman yang unik. Beberapa pelanggan bahkan membawa hadiah untuk  mereka.

Sedangkan dampak yang dirasakan oleh anak-anak magang dari Destiny Learning Center ini, mereka merasa lebih percaya diri dan bersemangat dalam pekerjaan.

“Anak-anak sendiri happy banget. Mereka merasa lebih pede karena respon orang-orang juga baik. Ada insecurity awalnya, ada yang takut gimana kalau suaranya ngga kedengeran dan lain-lain. Tapi setelah beberapa sesi mereka jadi lebih pede dan antusiasme tinggi. Akhirnya kita adain lagi kita set sampai bulan Desember,” terang Cecil.

Beberapa karyawan ONNI House turut mendampingi, tetapi sebagian besar kru magang dapat bekerja secara mandiri. Ini menciptakan lingkungan kerja yang inklusif.

Tantangan yang dihadapi oleh kru magang di Onni House relatif kecil, seperti kelelahan atau piring yang pecah. Namun, semangat kerja mereka tinggi dan respon dari pelanggan sangat positif.

“Halangannya sih nggak ada yang berarti. Ada satu dua hal yang ada mungkin karena capek, ada 1 piring pecah tapi its okay karena kita semua juga nggak masalah. Respon dari customer sendiri juga ngga papa.

Menjadi Visi Masa Depan

Onni House berencana untuk terus berkolaborasi dengan Destiny Learning Center hingga Desember.

“Kita akan lanjutkan untuk collab dengan Destiny sampai Desember ini. Cuma ngga setiap hari. Nanti 13 Oktober cuma 3 jam aja di hari Jumat jam 11.00-14.00. Dua minggu sekali”

Cecilia menyampaikan agar restoran dan industri lain untuk mempertimbangkan mempekerjakan orang-orang dengan disabilitas, karena mereka telah membuktikan memiliki semangat kerja tinggi dan kemampuan komunikasi yang baik.

Its okay buat mereka kerja, mereka punya semangat kerja yang tinggi, komunikasi juga bagus. Jadi sangat bisa buat resto-resto atau industri lain,” kata Cecil.

Baca Juga: ‘Hidden Torture’ Ungkap Penyiksaan Tersembunyi di Panti Disabilitas
Rekrutmen Inklusif di Indonesia

Mengapa harus merekrut secara inklusif? Rekrutmen inklusif dilakukan agar menjaring pekerja-pekerja minoritas, salah satu pekerja dengan penyandang disabilitas.

Rekrutmen inklusif adalah proses merekrut kandidat dari berbagai latar belakang dan kondisi, termasuk orang-orang disabilitas. Proses ini bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang beragam dan inklusif, di mana semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja dan berkembang.

Dasar hukum rekrutmen inklusif di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Undang-undang ini mengatur tentang hak-hak disabilitas, termasuk hak untuk bekerja.

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur bahwa setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. Dalam Penjelasan Pasal 5 UU Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agaman, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para disabilitas.

Mengutip katadata.co.id, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pekerja dengan disabilitas di Indonesia mencapai 720.748 orang pada 2022. Jumlah ini mencapai sekira 0,53% dari total penduduk yang bekerja RI yang sebanyak 131,05 juta pada tahun lalu.

Sementara Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta jiwa pada tahun 2020.

ONNI House telah menjadi contoh sukses tentang bagaimana bisnis dapat berperan dalam menciptakan peluang kerja dan menginspirasi inklusi di masyarakat. 

Dengan semangat yang tinggi dan dukungan dari pelanggan, kafe ini membuka jalan bagi masa depan yang lebih inklusif bagi orang-orang dengan disabilitas di Indonesia.

(Sumber foto: Dokumentasi pribadi ONNI House)

Ika Ariyani

Staf redaksi Konde.co

Let's share!

video

MORE THAN WORK

Mari Menulis

Konde mengundang Anda untuk berbagi wawasan dan opini seputar isu-isu perempuan dan kelompok minoritas

latest news

popular