Sahabat Jadi Cinta? Kenali 6 Jenis Cinta Yang Perlu Kamu Tahu

Sosiolog mengelompokkan 6 jenis cinta. Salah satunya storge yaitu jenis cinta yang tumbuh dari persahabatan. Yuk, kenali jenis-jenis cinta lainnya.

Cinta adalah kekuatan yang kompleks dan kuat yang dimainkan dalam sejumlah cara yang emosional, kognitif, dan sosial.

Ketika kita mencintai seseorang, kita merasakan gairah emosional di hadapannya. Kita juga akan memiliki serangkaian pemikiran (atau kognisi) tentang orang tersebut, dan pengalaman kita sebelumnya dapat membentuk gagasan kita tentang apa yang kita harapkan dalam hubungan kita. Sebagai contoh, jika kamu percaya pada cinta pada pandangan pertama maka kamu akan lebih mungkin mengalaminya.

Namun, kita menggunakan kata cinta dalam berbagai konteks. Kamu mungkin mengatakan bahwa kamu mencintai pasanganmu, atau keluargamu, atau sahabatmu, pekerjaanmu, atau bahkan mobilmu. Jelas, kamu menggunakan istilah ini dengan berbagai cara yang menyoroti berbagai dimensi cinta.

Orang Yunani kuno telah menggambarkan beberapa jenis cinta. Mengikuti bangsa Yunani, sosiolog dan aktivis John Alan Lee mengemukakan bahwa ada enam jenis cinta.

Perlu diingat bahwa meskipun jenis cinta ini dapat dianggap sebagai “tipe”, kita tidak selalu bisa dikategorikan pada satu tipe saja. Kita bisa memiliki jenis cinta yang dominan, tetapi kita juga akan memiliki beberapa elemen dari jenis cinta yang lainnya.

Demikian pula, jenis cinta yang kita pegang dapat berubah seiring berjalannya waktu berdasarkan pengalaman dan interaksi kita dengan pasangan. Berikut ini 6 jenis cinta menurut sosiolog.

1. Eros

Jenis cinta ini biasanya romantis dan seperti dongeng. Keindahan fisik adalah hal yang penting dalam jenis cinta ini. Ketertarikan terjadi dengan sangat kuat dan langsung (“dari atas sampai ke bawah”), dan pencinta Eros merasakan dorongan yang mendesak untuk memperdalam hubungan secara emosional dan fisik.

Karena orang-orang ini menyukai perasaan jatuh cinta, mereka cenderung menjadi monogami serial, bertahan dalam suatu hubungan selama masih terasa segar dan menarik, lalu berpindah sehingga mereka dapat mengalami perasaan yang sama lagi dengan seseorang yang baru.

2. Storge

Tipe cinta storge cenderung stabil dan berkomitmen dalam hubungan mereka. Mereka menghargai persahabatan, kedekatan psikologis, dan kepercayaan. Bagi individu-individu ini, hubungan cinta terkadang dapat tumbuh dari persahabatan sehingga cinta menyelinap di antara mereka. Jenis cinta ini bertahan lama, dan orang-orang menjalin cinta untuk jangka panjang.

3. Ludus

Orang dengan gaya cinta ludus memandang cinta sebagai permainan yang mereka mainkan untuk menang. Seringkali ini bisa menjadi sebuah permainan yang melibatkan banyak pemain! Individu ludus merasa nyaman dengan penipuan dan manipulasi dalam hubungan mereka. Mereka cenderung tidak memiliki komitmen yang tinggi dan sering kali berjarak secara emosional.

Karena individu ludus lebih fokus pada jangka pendek, mereka cenderung lebih mementingkan karakteristik fisik pasangannya daripada jenis cinta lainnya. Mereka juga lebih mungkin untuk terlibat dalam hubungan seksual.

4. Pragma

Pragmatisme berlaku untuk jenis cinta pragma. Logika digunakan untuk menentukan kecocokan dan prospek masa depan. Bukan berarti bahwa orang-orang ini menggunakan pendekatan tanpa emosi, namun mereka lebih mementingkan apakah calon pasangannya akan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kebutuhan-kebutuhan ini bisa berupa kebutuhan sosial atau finansial. Orang dengan jenis cinta pragma mungkin bertanya-tanya apakah calon pasangan mereka akan diterima oleh keluarga dan teman, atau apakah mereka pandai mengatur uang. Mereka mungkin juga mengevaluasi aset emosional; misalnya, apakah calon pasangannya memiliki kemampuan untuk bersikap tenang pada saat stres?

5. Mania

Ini mengacu pada jenis cinta yang obsesif. Orang-orang ini cenderung bergantung secara emosional dan membutuhkan kepastian yang cukup konstan dalam suatu hubungan. Seseorang dengan jenis cinta ini cenderung mengalami puncak kegembiraan dan palung kesedihan, tergantung pada sejauh mana pasangan mereka dapat mengakomodasi kebutuhan mereka.

Karena sifat posesif yang terkait dengan jenis cinta ini, kecemburuan dapat menjadi masalah bagi mereka yang jenis cintanya mania.

6. Agape

Individu Agape memiliki karakter yang suka memberi dan peduli, dan fokus pada kebutuhan pasangannya. Jenis cinta agape sebagian besar merupakan cinta tanpa pamrih dan tanpa syarat. Pasangan agape akan mencintai kamu apa adanya. Namun mereka juga akan sangat menghargai tindakan kepedulian dan kebaikan yang mereka terima kembali dari pasangannya.

Mungkin karena orang-orang ini sangat menerima, mereka cenderung memiliki kepuasan hubungan yang sangat tinggi.

Kebenaran tentang cinta

Jenis cinta yang kita rasakan terhadap pasangan kita cenderung berubah seiring berjalannya waktu. Pada awal hubungan, kita merasa tidak sabar untuk bertemu dengan pasangan kita dan kita sangat bersemangat setiap kali bertemu dengannya.

Perasaan memabukkan inilah yang kita kaitkan dengan perasaan jatuh cinta, dan merupakan karakteristik yang sangat khas dari cinta romantis. Namun dalam hampir semua hubungan, emosi yang intens ini tidak berkelanjutan, dan akan memudar selama berbulan-bulan hingga beberapa tahun.

Perasaan penuh gairah tersebut kemudian akan digantikan oleh hubungan yang lebih dalam ketika pasangan tumbuh untuk benar-benar mengenal satu sama lain. Tahap ini adalah companionate love dan dapat bertahan seumur hidup (atau lebih).

Baca Juga: Jatuh Cinta Berjuta Rasanya? Begini Kata Sains

Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa evolusi dari cinta romantis ke companionate love adalah sebuah transisi yang normal – dan memang sehat. Karena perasaan cinta yang menggebu-gebu mereda, terkadang orang akan berpikir bahwa mereka kehilangan cintanya. Padahal sebenarnya keintiman dan kedekatan companionate love bisa menjadi sangat kuat, jika saja diberi kesempatan.

Hal ini sangat disayangkan, karena orang-orang ini mungkin tidak akan pernah merasakan kepuasan hidup yang terkait dengan cinta yang tulus.

Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Rachel Grieve

Senior Lecturer in Psychology, University of Tasmania
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!