‘Jatuh Cinta Seperti di Film-Film’ Mungkin Cinta Tidak Harus Memiliki

Di tengah maraknya film bergenre komedi dan horor di Indonesia, "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film" justru muncul dengan genre romance. Film ini hadir secara unik soal arti kebahagiaan, alih-alih cinta yang harus memiliki.

Pada Hari Kamis pekan lalu, aku berniat refreshing dengan menonton di bioskop. Bagiku, menonton bisa menjadi healing tersendiri. 

Sesampainya di salah satu bioskop yang ada di Jakarta, aku melihat beberapa film yang sedang tayang. Namun, ada satu film yang cukup menarik perhatianku, yaitu Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film

‘Film Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film’ yang tayang perdana pada 30 November 2023 ini, garapan rumah produksi Imajinari bersama dengan Jagartha dan Trinity Entertainment. Para bintang dalam film ini seperti Ringgo Agus R, Nirina Zubir, Alex Abbad, Sheila Dara Aisha, Dion Wiyoko, dan Julie Estelle.

Ernest dalam unggahan di akun Instagram pribadinya membagikan jumlah penonton film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film. Di hari ketiga penayangannya, film itu memperoleh 111.504 penonton.

Karena melihat feelingku film tersebut bagus, akhirnya aku memutuskan membeli tiket untuk menonton film tersebut. Awal mula film ini, aku bingung karena film ini tidak berwarna. Film ini hitam putih. 

“Kenapa ya dibikin hitam putih seperti film jadul?” pikirku. 

Ternyata setelah mengikuti alur ceritanya, aku baru mengerti mengapa film ini dibuat monokrom berwarna hitam putih. 

Baca Juga: ‘Salon Rumah Puan’ Bercerita Tentang Hitam Putih Kehidupan Para Transpuan

Film ini menceritakan Bagus, seorang scriptwriter film, yang bertemu dengan teman SMA nya bernama Hana. Bagus yang telah menaruh hati sejak lama dengan Hana tentunya merasa sangat senang dengan pertemuan mereka. 

Hana pun bercerita bahwa suaminya, Denny telah meninggal 4 bulan yang lalu. Merasa memiliki peluang, Bagus pun tertarik untuk mendekati Hana. Ia mengatakan kepada Hana bahwa suatu hari nanti Hana pasti akan bangkit serta membuka hatinya kembali untuk orang lain, dan berakhir happy ending

Hana tidak setuju dengan pendapat Bagus. Baginya, hidup bukan seperti di film-film yang berakhir dengan happy ending. Ia juga menegaskan bahwa ia tidak berniat untuk menjalin hubungan kembali. Baginya tidak ada salahnya menjadi seorang janda.

Selanjutnya, Bagus yang sedang stuck mengerjakan projectnya merasa pertemuannya dengan Hana dapat memberikannya inspirasi. Ia pun berniat mendekati Hana dan menulis script untuk filmnya mengenai kisah Hana yang sedang berduka. Kemudian Hana bertemu dengan Bagus dan akhirnya kisah tersebut berakhir dengan happy ending

Jadi dapat dikatakan, Bagus akan menulis apa yang akan dilaluinya bersama Hana dan diakhir script-nya, ia mengharapkan Hana akan membuka hatinya untuknya dan hal tersebut menjadi kenyataan. 

Warna Monokrom Menggambarkan Kehilangan

Setelah itu, aku baru paham mengapa filmnya hitam putih. Karena hitam-putih sangat menggambarkan tema cerita utama, yakni kehilangan. Film ini juga manis dan realistis, tanpa dilebih-lebihkan. Kupikir mungkin karena film ini adalah film romance dewasa yang berusia 40 tahun, sehingga jauh dari kata lebay.

Melalui film ini, kita juga dapat belajar mengenai proses pembuatan film. Pada salah satu adegan, saat mereka sedang makan di salah satu restoran Padang, Bagus menjelaskan kepada Hana mengenai pembuatan film. 

Ia menerangkan bahwa dalam proses pembuatan terdapat 8 sequence. Namun, setelah menerangkan, Hana bertanya kepada Bagus karena penasaran. “ Gus, kalau Lu lagi nulis script untuk Film, Lu bakal buat gua kayak gimana?” 

Lalu dengan jujur, Bagus menjawab bahwa ia akan membuat karakter Hana yang sedang berduka. Kemudian, Hana mengalami fase move-on dan kembali jatuh cinta pada seseorang. Alhasil, Hana yang kesal akhirnya meninggalkan Bagus.

Belum selesai sampai di situ, konflik antara Bagus dan Hana masih berlanjut. Saat akhirnya, Hana mengetahui bahwa kisah hidupnya dijadikan script oleh Bagus tanpa seizin Hana. 

Baca Juga: Serial ‘Gadis Kretek’ Cerita Tentang Cinta dan Misteri di Industri Tembakau

Ia juga mengira bahwa Bagus mendekatinya hanya karena ingin mengulik kehidupan Hana untuk dijadikan script. Ia juga sangat marah terhadap Bagus dan merasa Bagus adalah pribadi yang egois. Dikarenakan Bagus seperti memaksanya untuk move-on.

Naskah film yang dibuat Bagus memiliki berbagai kekurangan. Julie Estelle dan Dion Wiyoko sebagai bintang utama pada film yang disutradarai Bagus, mengungkapkan bahwa karakter Bagus di naskah itu sangat egois. Juga tidak peka terhadap perasaan Hana.     

Namun terdapat plot twist yang epic. Setelah melihat Hana yang begitu marah terhadap Bagus, kemudian Bagus yang mengejar Hana untuk meminta maaf. Hingga kaki Bagus yang terlindas roda mobil Hana hingga patah. Tapi, ternyata itu hanya karangan script milik Bagus.

Hana yang ada di naskah film dan Hana asli, ternyata memiliki pendapat yang berbeda. Hana asli justru tidak marah ketika membaca naskah tersebut, yang pada akhirnya tidak menimbulkan konflik besar antara Bagus dan Hana di dunia nyata.              

Sejak awal film ketika Bagus menunjukkan draft naskah kepada produser Yoram, Bagus sudah menekankan akan membuat film hitam putih. Meski awalnya sempat mendapat penolakan dari Yoram. Namun, kegigihan Bagus dengan cerita yang terinspirasi dari kehidupan pribadinya, membuat Yoram luluh juga.

Pada akhirnya, Bagus mengungkapkan alasan di balik keputusan tersebut. Menurutnya, hitam putih adalah gambaran perasaan Hana yang saat ini masih berduka setelah suaminya meninggal dunia. 

Di sini, Bagus kembali menekankan bahwa naskah film itu semuanya tentang Hana dan dipersembahkan untuk Hana pula.

Baca Juga: Andai ‘Orpa’ Didengar, Kisah Anak Perempuan Papua

Menurutku ini adalah plot twist yang sangat bagus. Setelah melihat Hana yang begitu marah terhadap Bagus. Kemudian Bagus yang mengejar Hana untuk meminta maaf. Hingga kaki Bagus yang terlindas roda mobil Hana hingga patah, yang ternyata itu hanya karangan script milik Bagus.

Meski tidak diperlihatkan secara jelas, namun usai insiden yang dialami Bagus tampaknya sedikit mencairkan hubungannya dengan Hana. 

Dari adegan tersebut terlihat bahwa Hana terlihat baik-baik saja dengan Bagus. Namun, kisah kelanjutan hubungan mereka berdua tidak dijelaskan secara gamblang.          

Selain belajar mengenai sequence dalam film, kita juga belajar secara singkat bagaimana proses shooting, pengambilan gambar, serta pengeditan video untuk dijadikan sebuah film. 

Kita juga belajar bahwa versi bahagia dalam sebuah kehidupan percintaan, bukan hanya akhirnya mereka bersatu. Namun mereka mengetahui isi hati masing-masing, tidak bersikap egois, dan memberikan waktu kepada salah satu dari mereka untuk membuka hati. 

Tidak ada salahnya juga memutuskan untuk sendiri dan tidak menikah, seperti dalam karakter tersebut, Hana yang memutuskan untuk tidak menikah lagi dan Bagus yang ternyata masih melajang di usianya yang hampir 40 tahun.

Dizafia Zafira Mayyasya

Mahasiswa S2 Kajian Gender Universitas Indonesia (UI)
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!