Perempuan Bekerja, Upaya Memutus Ketergantungan dan Menumbuhkan Kemandirian

Estu Fanani – www.konde.co

Berapa waktu yang lalu suami sahabat saya meninggal dunia dan dia
meninggalkan seorang isteri serta dua orang anak. Ketika belum mempunyai anak,
sahabat saya ikut bekerja membantu suaminya di perusahaan mereka. Namun setelah
mereka mempunyai anak kedua, suaminya melarang dia bekerja. Saat ini dia harus
kembali bekerja dan memimpin perusahaan suaminya. Sudah bertahun-tahun dia
tidak mengetahui kondisi perusahaan tersebut. Ketika hari pertama masuk, dia
sudah harus menghadapi orang-orang yang menagih hutang. Dan betapa kagetnya dia
ketika kemudian mengetahui bahwa perusahaan suaminya tersebut menghadapi banyak
masalah keuangan.

Berbeda dengan yang dialami Rista. Ketika suaminya mengalami stroke, dia
mulai ikut suaminya bekerja di kantor mereka. Dengan bimbingan suaminya, dia
mempelajari semua pekerjaan yang ditangani suaminya. Dan ketika suaminya
meninggal setahun kemudian, dia telah menguasai perusahaan mereka yang bergerak
di bidang ekspedisi. Tetapi semua tidak berjalan seperti yang dibayangkan. Pekerjaan
yang didominasi oleh para laki-laki seperti sopir dan buruh angkut memandang
dia sebelah mata. Para sopir menguji nyali Rista dengan mogok kerja menuntut
kenaikan gaji. Rista mengaku kalau sebenarnya dia takut, tapi demi nasib
anak-anaknya dan perusahaan yang ditinggalkan, dia memberanikan diri dengan
didampingi personalia, memanggil satu persatu para sopir yang berjumlah ratusan
orang. Akhirnya semua sopir menaruh hormat dan respek pada Rista.

Begitu juga dengan Lina, suaminya masuk penjara karena dijebak kolega
bisnisnya. Perusahaannya disita dan salah satu rumah mereka juga harus dijual.
Lina bersama anak laki-lakinya harus menyelamatkan satu perusahaan yang
tersisa. Dia yang selama ini tidak pernah aktif di perusahaan akhirnya harus
terjun dan menangani semua urusan suaminya dan juga menyelamatkan perusahaan
yang tersisa. Lina yang selama ini bekerja di balik layar harus berhadapan
dengan kerasnya perbisnisan. Belum lagi dia harus menjenguk suaminya di
penjara, juga menghadapi pandangan miring masyarakat dan keluarga besarnya
tentang suaminya. Tetapi, dia sudah bertekat bulat dan memberanikan diri untuk
menghadapi semuanya. Dia juga harus memotivasi tiga anaknya agar tidak jatuh
mentalnya karena ayah mereka di penjara dan sebagian besar perusahaannya telah
habis.

Lain halnya dengan Atik, suaminya meninggal karena kecelakaan lalu lintas
ketika mereka sedang piknik bersama, sedangkan dia sendiri mengalami koma
hampir dua bulan. Hartanya habis untuk biaya pengobatan dia. Ketika tersadar
dari koma, dia harus menghadapi kenyataan suaminya telah tiada dan hartanya
habis, sementara anaknya dua orang masih sekolah. Sebelum kecelakaan, kehidupan
Atik cukup baik,  suaminya seorang supervisor di sebuah perusahaan dengan
gaji yang cukup tinggi. Suaminya melarang dia bekerja karena gaji suamibya bisa
mencukupi kehidupan mereka. Ketika keadaan berubah, Atik yang terbiasa tidak
bekerja terpaksa harus mulai mencari kerja kesana-kemari. Karena usianya yang
sudah tidak muda lagi dan tidak memiliki pengalaman bekerja, membuat dia sulit
mendapatkan pekerjaan. Akhirnya dia menjadi buruh cuci di kampungnya dan
anaknya begitu lulus SMP langsung bekerja menjadi penjaga toko.

Banyak sekali anggapan bahwa sebaiknya perempuan tidak bekerja dan merawat
anak saja di rumah. Alasan perempuan tidak bekerja, ada yang katanya dilarang
suami dan menganggap suami dapat mencukupi kebutuhan mereka. Ada pula yang
mengatakan agar dapat mengawasi anak-anak di rumah dan mengerjakan pekerjaan
rumah tangga. Adapula yang mengatakan agar dapat memberikan perhatian dan
mengawasi pendidikan anak-anaknya.

Menurut penelitian yang dilakukan Kathleen L. McGinn, the Cahners-Rabb
Professor of Business Administration at Harvard Business School di 24 negara
berkembang. Anak perempuan yang ibunya bekerja memiliki kecenderungan lebih
mudah mendapatkan pekerjaan, lebih mudah mendapatkan promosi dan lebih sukses.
Sedangkan anak laki-laki yang ibunya bekerja ternyata lebih bersedia untuk
menghabiskan waktu bersama keluarga dan juga mengerjakan tugas-tugas rumah
dibandingkan anak laki-laki dari ibu-ibu yang tinggal di rumah.

Perempuan yang bekerja biasanya mempersiapkan anaknya untuk mandiri dan
bisa mengurus diri mereka sendiri. Mereka mengajarkan anaknya untuk ikut
membantu melakukan pekerjaan rumah tangga. Dan ketika mereka di rumah cenderung
lebih memanfaatkan waktunya untuk memiliki kuantitas kebersamaan dengan
anak-anak. 

Perempuan bekerja atau tidak itu adalah hak dan pilihan perempuan itu
sendiri yang harus dilakukan dengan kesadaran yang sesungguhnya. Bila dia ingin
tidak bekerja itu juga hak dia, bukan karena dilarang suami atau karena budaya
patriarki yang mendomestikan perempuan. Dan bila perempuan harus bekerja itu
juga atas dasar keinginan dia sendiri bukan sebagai paksaan. Tanggung jawab
ekonomi keluarga atau pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab bersama antara
suami dan istri. Dan semua itu perlu direncanakan bersama sehingga menjadi
kebaikan sekeluarga. 

Source : http://hbswk.hbs.edu/item/kids-benefit-from-having-a-working-mom

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!