*Kustiah- www.Konde.co
Dari pengalaman merawat anaknya, Arkana, Shafiq Pontoh bersama 7 laki-laki lainnya, antara lain Pandu Gunawan, Dipa Andika Nurprasetyo, A.Rahmat Hidayat, Aditia Sudarto, Syarief Hidayatullah, Ernest Prakasa, Sogi Indra Dhuaja kemudian menjadi inisiator gerakan Ayah Air Susu Ibu atau Ayah ASI.
7 orang laki-laki lainnya juga punya pengalaman yang sama dengan Shafiq, yaitu peduli pada kebutuhan anaknya.
Sejak itulah mereka memulai pertemuan secara kopi darat. Kadang komunikasi dilakukan melalui sosial media.
Gerakan pertama yang mereka lakukan adalah menggali informasi seputar ASI dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Termasuk mengecek kebenaran informasi yang mereka anggap meragukan. Dan memilah mana mitos yang sengaja dibentuk, dan mana yang fakta.
Dari pertemuan-pertemuan itu Shafiq Pontoh semakin yakin bahwa peran ayah dalam pemberian ASI sangat penting:
1.Pertama, dalam pemberian ASI sebenarnya ada sebuah ikatan batin yang terbentuk antara ayah-ibu-anak, tidak hanya ibu-anak.
Bagi Shafiq, melihat anak yang sedang asyik menyusu di pelukan ibunya adalah memberikan kebahagiaan tak terkira.
“Rasanya luar biasa damai,” ujarnya.
Karena, di situlah family bonding itu terbentuk.
2. Kedua, salah satu yang bisa membuat ASI melimpah adalah kondisi psikologis ibu yang bahagia.
Peran ayah sangat penting bagi pasangan untuk senantiasa membahagiakan si ibu menyusui. Caranya bisa dengan berbagai hal, misalnya berbelanja, atau menampakkan perhatian lewat hal-hal kecil. Atau membahagiakan lewat hal-hal sederhana, seperti memeluk dan sering menanyakan keperluannya.
Shafiq dan kawan-kawannya menggunakan keahlian mereka masing-masing untuk kampanye. Kampanye pertama mereka lakukan melalui sebuah buku. Dan kedua melalui media sosial.
Buku pertama mereka buat “Catatan Ayah ASI”, sedangkan di media sosial mereka aktif di akun Twitter @AyahASI.
Tak disangka dukungan masyarakat ternyata sangat besar. Buku tersebut sudah beberapa kali cetak ulang, dan @AyahASI mendapat kurang lebih 1.000 followers sepekan setelah akun itu dibuat.
Kini di berbagai daerah sudah terdapat agen yang ikut mengampanyekan gerakan Ayah ASI.
Shafiq mengakui bahwa kampanye ASI yang ia lakukan bersama rekan-rekannya di awal-awal tak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi dalam image masyarakat sudah kadung terbentuk bahwa urusan ASI adalah urusan ibu.
Jadi, berbagai ‘ledekan’ sudah sering Shafiq terima. Namun ia tak patah semangat karenanya.
Di antara serentetan persoalan seputar sufor juga sempat membuat Shafiq geli. Ia menganggap peristiwa traumatik ketika mengetahui anaknya dicekoki sufor oleh suster sebagai sebagai bentuk karma. Shafiq ingat bahwa ia pernah menjadi ‘think thank’-nya perusahaan sufor ketika masih bekerja di bidang periklanan.
Dari tangannya iklan sufor yang ia garap mendapat berbagai penghargaan dan penjualnnya cukup signifikan. Dan ternyata sufor yang ia garap itulah yang diberikan suster ke anaknya. Setelah peristiwa itu Shafiq memutuskan untuk tak meng-handle lagi pengerjaan iklan sufor.
“Peristiwa itu seperti mengingatkan dan menyadarkan saya,” katanya.
Kedepan, Shafiq berharap kampanye yang terus ia lakukan bersama kawan-kawannya bisa menjadi sebuah gerakan kesadaran. Sehingga ia tak perlu lagi bicara soal pentingnya ASI karena semua ayah telah memiliki kesadaran yang sama soal ASI.
(Foto:ayahasi.org dan the Susanto’s fam/ blogger)
*Kustiah, mantan jurnalis www.Detik.com. Kini pengelola www.Konde.co dan pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta.