Kebaya Pengantin

Film Kebaya Pengantin merupakan film tentang pergulatan cinta transgender di Indonesia. Film ini diputar di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta pada 16 film festival. Film karya Nia Dinata ini berkisah tentang sesorang transgender (lelaki yang menjadi perempuan) bernama Sandy (Atiqah Hasiholan) yang berpacaran dengan Farid (Lukman Sardi).

Sandy dan Farid bekerja di sebuah perusahaan penjahit baju pengantin. Keduanya memiliki hubungan percintaan. Akan tetapi, cinta mereka tidak berakhir pada pernikahan. Farid akan menikah dengan seorang perempuan di kampung halamannya.

Meski sedih dan kecewa, Sandy dengan rela menjahitkan baju pengantin buat mempelai perempuan. Bahkan Sandy juga yang mendandani pengantin sampai ke pelaminan.

Persoalan hidup transgender tidak hanya seputar percintaan, mereka seringkali mendapat cibiran dari masyarakat karena keberadaan mereka secara ekspresi dianggap berbeda. Pada salah satu adegan film ini terlihat adanya cibiran dari pelanggan yang datang ke perusahaan penjahit tersebut.

Kata yang terucap adalah, “Apakah dia benar perempuan benaran? kok mulus banget?.”

Ini merupakan salah satu contoh bentuk kekerasan yang sering dialami oleh kelompok transgender.

Persoalan percintaan yang dialami oleh Sandy ataupun transgender pada umumnya merupakan kontribusi keluarga dan masyarakat yang belum memperbolehkan pernikahan antara transgender dengan lelaki pilihannya.

Transgender merupakan 100% persen manusia, mereka mempunyai hak untuk menikmati kebahagian selayaknya manusia pada umumnya.

Melalui film ini dapat kita saksikan bahwa transgender perempuan dianggap bukan perempuan seutuhnya, sehingga bila ia bukan didefinisikan perempuan oleh masyarakat kita maka ia tak memiliki hak yang sama sebagaimana manusia lain, termasuk hak untuk memilih siapa pasangan hidupnya.

Film ini diputar dalam #EnamBelasFFest yang bertujuan untuk mengkampanyekan agar kekerasan berbasis identitas gender terhadap setiap manusia semestinya untuk dihentikan!

(Foto: Tempo.co)

*Ditulis oleh: Volunteer Penulis #enambelasffest

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik. Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!