*Alea Pratiwi- www.Konde.co
Mengapa orang selalu mengusik para perempuan yang memilih untuk single? Pertanyaan yang sama selalu ditujukan pada perempuan single di saat malam minggu, di saat valentine tiba atau hari raya-hari raya seperti hari raya lebaran seperti sekarang.
Single seolah selalu menjadi target utama bahan pembicaraan. Di saat malam minggu, selalu ditanya: mana pasanganmu? Di Hari valentine? Selalu ditanya, mengapa merayakan valentine hanya dengan teman-temanmu? Di saat lebaran? Pasti orang yang bertanya tentang ini akan jauh lebih banyak lagi. Dari tahun ke tahun pertanyaannya selalu sama: mengapa sendirian pulang kampung? Mengapa sendirian pulang ke rumah? Tidak membawa pasangan?
Sejumlah feminis menyatakan bahwa menjadi single seolah merusak tatanan moral, padahal menjadi single bisa saja menjadi pilihan banyak perempuan.
Ada banyak perempuan yang mau menjadi single karena tidak mau menikah yang akan berujung pada kekerasan. Ada banyak perempuan yang memilih menjadi single karena tidak
mau menikah saja, karena menikah bukanlah pilihan yang tepat di masanya saat ini. Dan ada yang belum menikah karena belum menemukan orang yang tepat.
Setiap orang mempunyai banyak alasan mengapa menjadi single, tak bisa disejajarkan dengan norma-norma yang ada saat ini, karena norma seharusnya terus berubah, tidak tetap. Begitu juga alasan setiap orang tak semua bisa disatukan dengan norma.
Tak ada yang salah dengan menjadi single. Begitu juga, tak ada yang salah ketika memilih untuk menikah atau mempunyai pasangan. Yang salah adalah orang yang terus mengusik, terus menjadikan bahan pembicaraan dan menganggap bahwa yang single selalu buruk, memprihatinkan dan tidak bahagia. Dan menganggap, orang yang menikah adalah orang yang memilih untuk bahagia.
Bagi banyak perempuan, tentu tak semua begitu. Jika semua perkawinan bahagia, lalu mengapa ada yang berujung pada kekerasan? Adanya Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga juga menunjukkan tentang banyaknya perkawinan yang tidak berujung pada kebahagiaan. Adanya banyak kasus kekerasan di pengadilan yang dilakukan suami terhadap istri menunjukkan bahwa tak semua perkawinan itu indah. Jadi, kalimat bahwa menikah selalu bahagia adalah kadang hanya sekedar menjadi pameo bagi sebagian orang.
Jika demikian, tak ada yang salah jika ada perempuan memilh untuk menjadi single.
Jadi tak perlu ada pertanyaan seperti: mengapa tidak membawa pasangan? Mengapa pulang sendirian? mengapa tak juga menikah?
Jika saya menjawab, bahwa menjadi single adalah pilihan saya, apakah mereka mau berhenti untuk menanyakan hal ini?
Saya mau menjadi single, itu saja. Tanpa embel-embel kalimat berikutnya. Karena, ini adalah pilihan sadar yang membuat saya bahagia saat ini.
(Foto/ Ilustrasi)
*Alea Pratiwi, memilih menjadi single, senang menulis dan beraktivitas sosial. Tinggal di Jakarta.