*Almira Ananta- www.Konde.co
Pertanyaan tentang kapan pulang adalah pertanyaan yang sering ditanyakan pada kawan-kawan perempuan saya. Padahal untuk pulang, banyak sekali yang harus dipikirkan. Sampai-sampai ini membuat pusing dan membuat kawan-kawan saya nyaris melupakan saja jalan untuk pulang. Saya teringat cerita teman-teman ini. Ketika pulang, mereka selalu ditanya pertanyaan yang membuat mereka enggan untuk pulang. Inilah beberapa pertanyaannya:
1. Sudah punya apa di Jakarta? Apakah sudah mempunyai rumah? Mobil? Ini khas sekali.
2. Temanku yang lain ditanya: sudah menikah belum? Ini juga pertanyaan khas bagi siapa saja yang lajang. Ada juga pertanyaan embel-embel lain seperti: sudah punya anak? Sudah punya anak berapa?
3. Temanku yang lain juga ditanya: kapan lulus? Jika sudah lulus, apakah sudah mempunyai pekerjaan? Pekerjaannya sebagai apa? Sudah sukses belum? Jika sudah ‘sukses’ pun, selalu ada pernyataan lain: kayaknya tetangga itu lebih sukses dari kamu.
4. Sudah punya karya apa? Seberapa besar uangnya dari karya-karyamu itu? Ini khas pertanyaan bagi teman saya yang bekerja sebagai penulis.
Pertanyaan ini terus terang selalu mengganggu. Bagaimana nyaman untuk pulang jika harus memenuhi persyaratan yang banyak sekali itu? Kesempurnaan hidup, untuk memenuhi keinginan semua orang. Siapa yang bisa melakukannya? Banyak teman seolah dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Jika kami tak memilih ini, seolah kami tak normal seperti lainnya, begitu kata teman saya.
Mereka sering memikirkan ini, ratusan kali membicarakan ini dan ribuan kali mendiskusikannya, jutaan kalipun ini selalu merupakan mimpi buruk bagi mereka. Mereka sangat ingin pulang, namun jangan ditanya apa yang sudah kami punya, apa yang sudah kami hasilkan, apa yang sudah kami peroleh dari pekerjaan kami.
Kawan-kawan saya ini hanya ingin pulang. Itu saja. Biarlah pertanyaan-pertanyaan itu disimpan, karena setidaknya orang mau berpikir bahwa hidup, pilihan kami adalah hal yang terbaik yang bisa kami jalani saat ini, itu yang selalu mereka ucapkan. Toh, tak ada pikiran lain selain memberikan hal terbaik dalam hidup.
Bukankah begitu adanya hidup ini? Jadi, mari beri ruang-ruang untuk mendiskusikan mimpi-mimpi kami, jalan yang kami rintis, waktu dan tempat yang sudah kami pilih.
*Almira Ananta, Traveller dan Blogger.