Vagina Museum di London Mendobrak Tabu: Kunjungan Saya Kesana

Ini adalah catatan kunjungan saya ke Vagina Museum di London: lebih dari 800 juta orang setiap harinya dalam masa menstruasi, akan tetapi proses natural dari tubuh ini masih menjadi subyek yang dibicarakan dengan rasa malu, tabu, dan penuh stigma. Itulah pentingnya mengapa Vagina Museum di London didirikan!

Citta Widagdo- Konde.co

Tepat sebelum pandemi Covid-19, seperti biasa saya menghabiskan akhir pekan di berbagai pelosok London. Sudah lebih dari 6 tahun saya tinggal di Inggris dan masih saja banyak hal baru yang belum sempat saya datangi. Berbekal informasi di koran, kali ini saya memiliki destinasi khusus, sebuah museum kecil yang terbuka gratis untuk umum: Vagina Museum. 

Saya menaiki kereta bawah tanah menuju daerah Camden Market di London Utara. Camden Market ini merupakan pasar dengan lebih dari 1000 penjual, baik dari produk arts & crafts, barang antik, musik, dan street food dari seluruh dunia. Bagi para penikmat musik, Camden Market merupakan Rock ‘n Roll capital untuk British icons seperti Amy Winehouse, Jimi Hendrix, dan Pink Floyd. 

Berbekal peta digital, saya langsung menuju Vagina Museum yang terletak ditengah-tengah keramaian lorong-lorong penjual makanan Asia dan Italia.

Vagina Museum didedikasikan sebagai tempat aman untuk edukasi publik dan membuka wacana akan vagina, vulva, dan anatomi sistem reproduksi. 

Vagina Museum di London ini juga merupakan museum pertama di dunia yang mendalami vagina dan baru didirikan di tahun 2017; sebaliknya, Phallological Museum di Islandia telah dibuka sejak tahun 1997 dan hingga kini telah menjadi destinasi menarik bagi wisatawan internasional dengan 282 spesimen koleksi penis dan penile parts dari berbagai mamalia darat dan laut (mungkin bisa menjadi cerita di lain hari ya!). 

Menurut data Global Citizen tahun 2019, lebih dari 800 juta orang setiap harinya sedang dalam menstruasi, akan tetapi proses natural dari tubuh ini masih menjadi subyek yang dibicarakan dengan rasa malu, tabu, dan penuh stigma hingga saat ini. Itulah mengapa Vagina Museum di London dibentuk!

Vagina Museum memiliki misi yang didasarkan akan keadilan sosial dan inisiatif kesehatan publik. Para pengunjung dapat membaca berbagai informasi mengenai anatomi ginekologi dan mengunjungi toko kecil dengan berbagai produk bertema vagina. Di dekat pintu masuk, sebuah meja kecil penuh dengan selebaran informasi seputar kesehatan kelamin dan informasi lokasi klinik-klinik seksual di Inggris. Untuk mendorong diskusi diantara pengunjung, ratusan lembar kertas mewarnai dan pertanyaan kuis mengenai sistem reproduksi perempuan tersedia untuk pengunjung yang tertarik untuk menjawab pertanyaan sambil berkeliling museum.

Di sudut museum, display raksasa tampon dan menstrual cup lengkap dengan hiasan darah dari glitter merah mengkilap pun tersedia, semua untuk membantu normalisasi percakapan dan keterbukaan akan sistem reproduksi, untuk membantu memberantas misogini dan patriarki. Baik itu menstruasi maupun menopause, pembicaraan mengenai sistem reproduksi memang sering menjadi subyek yang tabu. 

Terlebih lagi bagi perempuan muda di keluarga miskin, diskusi dan akses akan sanitary products tidaklah mudah dibicarakan karena masih kuat akan stigma, dan produk-produk ini di berbagai negara di dunia masih sering dikenai pajak. 

Saya berkeliling museum sambil membaca informasi yang tersedia di dinding. Informasi tersebut dibuat mudah dan menarik dengan misi menangkal mitos yang umum beredar di masyarakat, seperti mitos bahwa menstruasi itu kotor. Tentunya tidak benar, karena menstruasi bukanlah sesuatu yang kotor dan tidak higienis! 

Kemudian mitos seperti bahwa penggunaan tampon dapat membuat seseorang menjadi tidak perawan lagi. Dibawah mitos tersebut, tersedia penjelasan fakta yang akurat, dengan data-data penelitian medis. Berbagai pengunjung museum dapat berbicara satu sama lain, tanpa ada rasa jijik, malu, atau stigma karena di Vagina Museum pertanyaan apapun valid untuk ditanyakan, rasa penasaran dan pengetahuan kita sampai saat ini dapat terjawab dengan mudah dengan data yang tepat.

Salah satu meja informasi yang menarik adalah seputar produk kebersihan vagina. Tentu sudah tidak jarang lagi produk-produk pembersih vagina tersedia di supermarket, dalam bentuk sabun wangi, gel, antiseptik, dan lainnya. Iklan-iklan membuat kita percaya bahwa vagina kita dapat mudah menjadi bau dan kotor. Akan tetapi, penelitian medis menunjukkan bahwa produk-produk sangat tidak dibutuhkan karena dapat mempengaruhi bakteri dan level pH yang seimbang serta dapat menyebabkan iritasi. Untuk menjaga kebersihan vagina hanyalah membutuhkan sabun tanpa parfum, oleh karena vagina akan menjaga kebersihannya sendiri dengan mengeluarkan cairan natural atau discharge. Di meja informasi, belasan produk-produk ini dijejer sebagai contoh bahwa kita tidak membutuhkan produk ini!

Edukasi seksualitas juga menjadi bagian penting dari Vagina Museum. Kini akses internet yang mudah menyebabkan banyak orang mendapatkan pengetahuan seksualitas dari pornografi di internet, yang tentunya tidak mengajarkan adanya consent, isu gender, kesehatan reproduksi, dan penuh dengan misinformasi dan mitos akan seksualitas. 

Vagina Museum menyediakan layanan informasi bagi mereka yang memiliki pertanyaan dan rasa penasaran akan seksualitas, dengan mengedepankan informasi yang sehat dan akurat. Masyarakat juga dapat belajar untuk mencintai dan memiliki empowerment akan tubuhnya sendiri!

Vagina Museum juga rutin mengadakan events yang terbuka untuk publik dan di tahun 2020 ini mengadakan berbagai online events. Contohnya adalah klub buku seksualitas perempuan, talk events mengenai sejarah vulva dan sejarah menstruasi, medical talks mengenai kesehatan reproduksi perempuan, dan arts & crafts events membuat hiasan-hiasan dekorasi bertema vagina dan vulva. Mereka juga rutin mengadakan acara tahunan untuk merayakan International Women’s Day.

Sebelum pulang, saya melihat-lihat dulu isi Vagina Museum shop. Mereka menjual mulai dari kartu pos, gantungan kunci, tas, dan berbagai merchandise lain dengan slogan-slogan kesehatan reproduksi, feminisme, dan isu-isu keadilan sosial bagi perempuan. 

Saat ini, oleh karena Vagina Museum, seperti berbagai institusi edukasi dan seni lainnya sedang mengalami krisis akibat pandemi Covid-19, mereka membuka donasi melalui crowdfunding serta melalukan auction akan 60 karya seni bertema vagina.  

Meninggalkan museum, saya terpikir, kapan ya museum seperti ini tersedia dengan mudah di Indonesia?

Vagina Museum London. Free admission, open Sat-Sun from 11am – 6 pm. Unit 17&18 Stables Market, Chalk Farm Road, London NW1 8AH. www.vaginamuseum.co.uk. 

(Foto: Citta Widagdo)

Citta Widagdo, Doctoral Researcher in Public Health Law, University of Birmingham, Inggris

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!