Dylan Sada: Model Indonesia Dimakamkan Di Amerika, Penyebab Kematiannya Belum Diketahui

Model Indonesia, Dylan Sada, dimakamkan di pinggiran New Orleans, negara bagian Lousiana, Amerika Serikat pada Rabu (11/11) waktu setempat atau Kamis (12/11) waktu Indonesia. Dylan ditemukan meninggal dunia pada Minggu (8/11) di rumahnya, dan hingga kini penyebabnya belum diketahui.

Di sebuah rumah bercat kuning di jalan Congress, New Orleans, negara bagian Lousiana, Dylan Sada tinggal bersama dua orang lainnya selama sekitar setahun terakhir. Di rumah ini pula model Indonesia ini menghembuskan napas terakhirnya.

Perempuan berusia 36 tahun itu ditemukan meninggal dunia di kamar mandi pada hari Minggu pagi (8/11) waktu setempat. Dia ditemukan pertama kali oleh salah seorang teman serumahnya, Trei Chambers.

“Ketika itu saya sedang berada di kamar di bawah, kemudian melihat langit-langit bocor dari kamar mandi atas,” katanya kepada VOA Rabu (11/11).

Trei menambahkan saat itu ia tak terlalu curiga karena ini bukan pertama kalinya air bocor dari bak kamar mandi Dylan.

“Saya lalu lari ke atas untuk berusaha menyetop kebocoran… dan itulah ketika saya menemukan Dylan (red: meninggal),” ujarnya terbata-bata.

Trei, yang mengenal Dylan sejak Oktober 2019, tidak memberikan rincian lebih banyak.

Banyak media di Indonesia memberitakan Dylan meninggal pada Senin (9/11). Dari berbagai sumber, VOA memastikan bahwa tanggal yang benar adalah Minggu (8/11). Berikut klarifikasi yang disampaikan adik Dylan, Dimas Radityo, kepada VOA Rabu (11/11):

“Jadi yang beredar hari Senin pagi (9/11) itu lebih tepatnya pertama kali kita denger berita dia meninggal dan di saat itu kita belum tahu benernya dia meninggalnya pas kapan. Tapi sekarang kita tahu badan dia ditemukan Minggu (8/11) pagi waktu US, jadi itu harusnya jadi waktu yang benar.”

Masih Menunggu Hasil Otopsi

Karena penyebabnya tidak jelas, jenazah perempuan bernama lengkap Aldila Wulandari Perez itu diperiksa oleh kantor koroner New Orleans.

Seorang pejabat kantor koroner mengatakan kepada VOA Senin (9/11) bahwa penyebab kematian Dylan Sada belum diketahui.

Kantor koroner pada Selasa (10/11) menyerahkan jenazah kepada pihak keluarga yang diwakili sepupu Dylan yang datang dari negara bagian Texas. Mereka didampingi oleh beberapa pejabat KJRI Houston, termasuk Konsul Muda Protokol dan Konsuler Dian Arini Hapsari.

“Berdasarkan komunikasi kami dengan kantor koroner New Orleans, tidak ditemukan kejanggalan dalam kematian almarhumah Aldila, atau tanda kekerasan pada jenazah. Kami juga sempat menanyakan apakah ini terkait Covid -19, dan koroner mengonfirmasi bahwa penyebab kematian bukan karena coronavirus,” katanya kepada VOA Selasa (10/11).

Kantor koroner telah mengatakan kepada VOA Senin (9/11) bahwa hasil otopsi baru akan selesai paling cepat enam minggu lagi.

Dimakamkan di AS Sesuai Permintaan Keluarga

Sesuai permintaan ibu kandung dan keluarga di Indonesia, Dylan dimakamkan secara Islam di Amerika Serikat.

“Keluarga memilih keputusan ini karena paham almarhumah menganggap Amerika Serikat sebagai rumah miliknya,” jelas Dian.

Seorang adik Dylan, Dimas Radityo, membenarkan keputusan itu.

“Keputusan pemakaman di Amerika Serikat, kita merasa juga sejalan dengan keinginan Dylan, karena dia juga memang lebih lama tinggal disana, dan juga dia mungkin lebih nyaman tinggal disana juga,” kata Dimas kepada VOA Kamis (12/11).

Pada Selasa (10/11), almarhumah Dylan disemayamkan di rumah duka yang dikelola oleh Professional Funeral Services bekerja sama dengan Jefferson Muslim Association (JFA).

Juru bicara JFA Abdul Haikhan yang dihubungi VOA sehari sebelumnya mengatakan, “Apabila jenazahnya perempuan, ada para relawan perempuan yang akan memandikan jenazahnya, dan kami akan melakukan itu kepada perempuan dari Indonesia yang baru saja meninggal dunia.”

Usai disalatkan di Masjid Islamic School of New Orleans pada Rabu (11/11), jenazah dimakamkan di Taman Pemakaman Pineview Memorial, dipandu relawan Muslim dan disaksikan sejumlah saudara dan teman. Orang tua dan adik Dylan di Indonesia menyaksikan proses pemakaman lewat video.

Seorang sepupu, Juliana Nasution, yang mengurus proses pemakaman di AS mengatakan, “Atas nama ibu Dylan, saya ingin berterima kasih kepada semua orang yang datang dan menunjukkan kecintaan mereka kepada Dylan. Ibunya menyaksikan seluruh prosesi pemakaman dan dia bahagia melihat banyak orang yang datang… dan mengetahui bahwa Dylan tidak sendirian.”

Dimas Radityo, salah seorang adik Dylan yang berada di Indonesia mengatakan, “Kepergian Dylan memang sangat mendadak, jadi keluarga kita memang semuanya syok. Tapi kita merasa sudah lebih tenang karena kemarin (11/11) sudah dilakukan pemakaman Dylan di Amerika Serikat.”

Keluarga dan Teman Kenang Dylan

Dylan Sada adalah seorang model, fotografer dan kreator digital Indonesia yang tinggal belasan tahun di Amerika, termasuk New Orleans dan New York City. Cucu pendiri Bina Vokalia, Pranadjaja, ini juga memiliki suara merdu dan pernah menyanyikan lagu iklan maupun cover.

Dimas, adik Dylan, mengatakan, “Harapan kita, walaupun Dylan sudah ngga ada, dia akan tetap menjadi sosok di mana ketika mengingat dia, akan memberikan motivasi maupun semangat kepada kita semua untuk melakukan apapun itu yang ingin kita lakukan,” ujarnya.

Semasa hidupnya, Dylan secara terbuka di media sosial mengaku pernah mengalami kekerasan domestik, kekerasan seksual, masalah kesehatan mental, hingga mencoba bunuh diri, dan mengajak para perempuan yang bernasib sama untuk berani buka suara dan cari pertolongan.

Trei, teman serumah sekaligus sahabat Dylan mengatakan usai menghadiri pemakaman, “Kalau ada satu hal yang ingin disampaikan oleh Dylan kepada dunia adalah; harus perhatian kalau ada yang merasa kesepian… Sadarlah! Temanmu akan selalu ada untukmu, temanmu akan menerima dirimu, jadi keluarga dalam persahabatan. Berpegang pada itu.”

Ia mengaku meski mereka baru kenal setahun lebih, tapi Dylan sudah dianggap sebagai adiknya sendiri. “Siapapun yang dekat denganmu, bisa jadi keluarga. Rangkul keluarga itu dan percayalah bahwa keluarga itu akan selalu ada untukmu.”

Ketika ditanya apa yang paling dirindukan dari sahabatnya, Trei merenung cukup lama sebelum akhirnya menjawab lirih “tidak ada yang tidak dirindukan dari Dylan…” [vm/ah]

(Foto: Facebook)

(Sumber: Voice of America)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!