Pacaran Untuk Mengenal Pasangan: Jika Lakukan Kekerasan Maka Tinggalkan

Buat saya, pacaran adalah waktu yang tepat bagi kita untuk mengenal pasangan kita. Jika pasangan kita melakukan kekerasan, itulah saat yang tepat bagi kita untuk meninggalkan dia dan tak usah melanjutkan hubungan

Ternyata tidak semuanya setuju soal pacaran, tapi saya adalah orang yang mempercayai bahwa pacaran adalah salah satu upaya untuk mengenal pasangan kita, walau tidak semua harus berakhir di perkawinan, karena itu  semua merupakan hak dan pilihan individu

Di saat-saat pacaran inilah kita akan tahu kualitas pasangan kita. Jika dia melakukan kekerasan, itulah saatnya kita meninggalkannya!

Buat saya, pacaran pada dasarnya merupakan bentuk ikatan dan pengenalan yang didasarkan atas perasaan suka sama suka dan dilandasi cinta. Relasi ini juga tidak dilakukan hanya antar lawan jenis  namun sesama jenis juga bisa pacaran. Bukannya saling mencintai dan menyayangi adalah hak tiap perorangan tanpa mengenal jenis kelamin kan?.

Namun sayangnya, pacaran ini justru banyak mendapat hujatan. Selain karena ada agama yang ‘katanya’ melarang, juga katanya banyak menimbulkan kesan buruk. Kalau popular opinion-nya sih, pacaran itu buang-buang waktu, uang, tenaga, bikin sakit hati karena ujung-ujungnya jagain jodoh orang, lebay, bikin gak fokus sama kerjaan, dan lain sebagainya. Ya, itu sih bisa jadi karena pikiran yang kurang pas dalam menanggapi pacaran. Atau mungkin, gaya pacaranmu yang membosankan.

Mau bagaimanapun gaya pacaran, satu hal yang bagi saya begitu penting adalah poin kita dalam mengenal pasangan. Harusnya masa berpacaran digunakan secara maksimal untuk benar-benar mengenal, menilai, memahami betul satu sama lain. Dan yang paling penting adalah usaha untuk membangun cinta yang setara. Memang untuk urusan rentang waktu berpacaran tiap pasangan itu berbeda. Ada yang hanya hitungan bulan tidak cocok dan bubar, namun ada yang  mantap menikah. Ada yang harus bertahun-tahun baru memutuskan menikah atau tidak.

Tapi ingat, kualitas pasangan tidak ditentukan dari lama atau sedikitnya masa pacaran. Tapi seberapa berhasilnya mereka mengenal satu sama lain dan saling membangun cinta atas dasar kesetaraan dan tidak ada kekerasan

Dalam masa pacaran, banyak aspek yang bisa kita lihat untuk bisa mengenal pasangan lebih jauh. Misalkan, kita bisa menilai caranya berperilaku, baik terhadap pasangannya sendiri, terhadap orang di sekitarnya, atau bahkan terhadap lingkungan.

Hati-hati sama pasangan jika sudah berani menyakiti secara fisik, seperti memukul maupun menampar. Kalau masih pacaran saja sudah berani, maka tidak ada jaminan sama sekali dia tidak melakukan itu ketika sudah menikah. Ya, harusnya langsung diputusin saja! 

Aspek lainnya misalkan cara berkomunikasi. Kita bisa menilai bagaimana caranya bertutur kata. Kalau dia sudah atau bahkan sering menggunakan kata-kata kasar dan membentak, ya pikirkan lebih serius lagi dalam melanjutkan hubungan. Bukan tidak mungkin ia akan melakukan hal serupa saat sudah menikah.

Dan jangan lupa, jika dalam suatu hubungan pastilah ada pertengkaran, maka kita bisa melihat bagaimana caranya dalam menyelesaikan persoalan. Apakah dia tipikal suka menyelesaikan masalah dengan amarah alias langsung pukul, atau dengan kepala dingin alias sama-sama bicara dan mencoba mencari jalan keluar bersama. Ini juga bisa menjadi cara untuk kita melihat bagaimana pasangan kita dalam mengelola emosi.

Selanjutnya, melihat faktor keuangan juga penting. Masa pacaran, bisa jadi masa untuk kita mengetahui bagaimana pasangan kita dalam mengatur urusan keuangan. Apakah kecenderungannya boros dan jarang menabung atau justru sebaliknya.

Kenapa ini penting? sesekali bolehlah dalam masa pacaran ngomongin perihal keuangan. Mulai dari investasi, urusan makan sehari-hari, nabung buat pendidikan anak misalnya, atau asuransi kesehatan, cicilan, dan lain sebagainya. Hal ini selain lebih bisa membuat kamu dan pasangan semakin solid, juga bisa menjadikan kalian memiliki perencanaan yang matang.

Sebenarnya ada banyak aspek yang bisa dijadikan pertimbangan, dan aspek di atas hanya sekelumit saja. Namun poin pentingnya adalah bagaimana pasangan kita mengupayakan cinta yang setara. Alias tidak ada perbudakan terselubung. Atau justru ketidaksadaraan diri masing-masing karena kita cenderung tahu kesadaran pasangan kita. Misal, apa-apa kita cenderung untuk menuruti kemauannya; atau dalam segala bentuk pilihan, kita sama sekali tidak dilibatkan; kecenderungannya dalam membatasi ruang gerak dan berekspresi kita, seakan hidup kita hanya berkutat padanya saja.

Pacaran bukan sesuatu yang buruk bukan? Ini bisa menjadi pilihan jalan bagi setiap pasangan untuk dapat mengenal pasangan dengan baik. Kalau pacaran terus putus, gimana dong? Kan ujung-ujungnya jadi jagain jodoh orang. Setiap diri kita pasti menginginkan pasangan hidup yang benar-benar sesuai dan cocok dengan kita. Jadi, urusan pacaran terus akhirnya putus ya bisa diihat sebagai upaya kita untuk benar-benar mendapatkan pasangan yang sesuai.

Pada intinya, pacaran itu merupakan salah satu jalan yang dapat dipilih untuk kita bisa mengenal pasangan. Jangan cuma modal yakin doang, pas sudah menikah ternyata dianya patriarkis.

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

Dini Damayanti

Seorang perempuan biasa, sekaligus EXO-L, yang sedang menikmati hidup di umur 20 tahunan
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!