Aktivis Perempuan Kecam Dokter Yang Melecehkan Perempuan di TikTok

Seorang dokter kandungan membuat konten yang meresahkan perempuan di aplikasi TikTok. Para aktivis perempuan melihat, kalimat dan ekspresi dokter tersebut melecehkan perempuan

Viral kasus seorang dokter kandungan yang memuat konten yang melecehkan di salah satu aplikasi, TikTok dikecam para aktivis perempuan.

Konten TikTok dari akun Kevin Samuel @dr.kepinsamuelmpg berdurasi 15 detik pada hari Sabtu 17 April 2021 tersebut viral karena berisi ekspresi yang melecehkan

Dalam video tersebut tergambar seorang dokter mendapat konsultasi dari bidan:

“Dok, Tolong Cek Pasien Ny.A udh pembukaan berapa…”

Lalu dokter tersebut menjawab “Oke kak..” sambil mengernyitkan mata dan menggigit bibir bawah, mengacungkan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) menunjukkan persiapan melakukan pemeriksaan Vaginal Touche

Dokter tersebut kemudian memutar mata ke atas dan menengadah dengan keterangan “awkwardmoment” sambil bergoyang-goyang, lalu menjawab “Pembukaan 3 kak”.

Video tersebut menunjukkan reka adegan pemeriksaan Vaginal Touche yang ditengarai dilakukan oleh dr.Kevin Samuel, seorang dokter kandungan sebagai bagian observasi persiapan persalinan, namun reka adegan tersebut dilakukan dengan ekspresi bernuansa seksual yang merendahkan perempuan.

Video ini buat saya sangat melecehkan secara umum. Saat ini akun TikTok yang bersangkutan telah hilang, akun Instagram dan Twitter telah diprivat, tapi video tersebut telah tersebar di TikTok, Instagram dan Twitter.

Lucu memang, demi sebuah konten agar muncul di FYP, seorang dokter ‘berani’ membuat konten seperti itu. Dokter yang memiliki latar pendidikan tinggi dan pastinya tahu bagaimana bersikap etis, demi mengejar likes, rela membuat konten ‘mesum’ seperti itu. Padahal, TikTok jika dilihat secara bijak, dapat menjadi tempat untuk mengedukasi masyarakat mengenai edukasi medis. Bisa dibilang, dokter ini hanya mengejar likes sepertinya. Sampai-sampai tidak memikirkan konten yang etis dan tetap menarik itu seperti apa

Lalu bagaimana dengan posisi perempuan disini? Saya sebagai perempuan sangat merasa “disgust” ketika melihat konten tersebut, apalagi yang pernah menjadi pasien dari dokter ini, bayangkan bagaimana perasaan mereka?. Melihat konten dokter ini yang pasti (sedikit banyak akan menggoyahkan rasa percaya mereka terhadap dokter laki-laki). Nah, ini justru makin mengurangi ruang kepercayaan perempuan terhadap dokter kandungan laki-laki. Karena dokter yang seharusnya memberi rasa aman dan nyaman malah seperti itu. Siapa lagi yang bisa dipercaya? Karena justru yang dilakukan telah mengancam keamanan dan kenyamanan perempuan.

Sebenarnya, peristiwa seperti ini bukan yang pertama kali. Pada tahun 2018 dimana seorang pasien perempuan pasca operasi yang sedang dalam tahap pemulihan dan tidak berdaya, pernah juga dilecehkan oleh salah satu oknum perawat.

Kasus-kasus seperti ini yang membuat perempuan menjadi takut untuk percaya kepada tenaga medis. Dalam keadaan sadar saja, sudah dilecehkan, apalagi jika dalam keadaan yang tidak sadar? Kalau begini terus, lama-lama banyak pasien perempuan yang tak percaya dengan dokter laki-laki. Karena semakin marak kasus pelecehan oleh tenaga medis ini, semakin jelek pula nama kedokteran yang dicoreng oleh oknum-oknum tenaga kesehatan yang tidak berhati nurani. Apalagi sedang dalam masa pandemi seperti ini, tenaga kesehatan yang tengah berjuang susah payah, harus menerima sterotype karena oknum-oknum itu.

Semoga dengan atribut prokes yang menutup dari kepala sampai kaki itu, tidak dilihat sebagai sebuah kesempatan tenaga kesehatan/ nakes nakal untuk berbuat melecehkan perempuan. Karena sejatinya perempuan juga ingin merasa aman dan nyaman. Ketika tidak berdaya, yang dibutuhkan adalah perawatan maksimal, bukan pelecehan yang membabi buta.

Namun, terlepas dari kasus-kasus tersebut, pastinya masih ada banyak tenaga medis diluar sana yang selalu menghormati pasien perempuan, mereka bijak dan etis dalam memperlakukan pasien mereka. Cukup sudah perbuatan-perbuatan mesum seperti ini. Berikan ruang aman dan nyaman pada pasien perempuan

Tindakan tak etis mendapatkan protes dari aktivis perempuan

Koalisi Masyarakat Sipil Anti Kekerasan Seksual (KOMPAKS) yang berisi networking organisasi perempuan dalam pernyataan sikapnya meminta Ikatan Dokter Indonesia/ IDI untuk mencabut surat izin praktek dan keanggotaan dokter ini

Dalam video ini KOMPAKS melihat telah terjadi pelanggaran. Pelanggaran Kode Etika Dokter Indonesia (KODEKI) yang seharusnya setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter. Dokter juga wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.

Dalam Pasal 8 kode etik misalnya tertulis, seorang dokter wajib dalam setiap praktik medisnya memberikan pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya

Vaginal Touche adalah pemeriksaan dalam dengan metode memasukkan dua jari pemeriksa (telunjuk dan jari tengah) ke dalam vagina ibu untuk memeriksa pembukaan servik atau leher rahim apakah telah siap untuk proses kelahiran bayi atau belum. Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter atau bidan yang seharusnya dilakukan disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

KOMPAKS melihat, pelanggaran sumpah dokter yang dilakukan antaralain, seharusnya perempuan memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi, memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. Lalu memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi, dan hak perempuan untuk dilindungi dari tindakan pelecehan dan bentukan tindakan diskriminatif lainnya telah disebutkan di dalam Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (CEDAW)

KOMPAKS melihat, di era digital saat ini dokter seharusnya mampu memanfaatkan media sosial untuk mengedukasi masyarakat demi tercapainya kesehatan masyarakat yang lebih baik.

KOMPAKS memberikan tuntutan kepada IDI Jakarta Selatan sebagai IDI tempat dokter yang bersangkutan bernaung, untuk segera mengajukan permasalahan ini. Untuk Majelis Kehormatan IDI agar segera mengusut permasalahan ini dan memberi sanksi tegas kepada dokter yang bersangkutan yaitu mencabut SIP dan keanggotaan IDI dokter yang bersangkutan

Lalu IDI untuk membuat aturan tegas bagi tenaga medis yang melecehkan pasien dalam bentuk apapun termasuk media sosial dan menyusun kurikulum pembinaan/ pelatihan perspektif gender dan HAM pada tenaga medis. Tenaga medis harusnya berperan aktif menciptakan layanan kesehatan yang berperspektif gender dan senantiasa mengingatkan sejawat lain untuk bersikap profesional dalam bekerja

dr.Kevin Samuel dalam tayangan selanjutnya di Youtube setelah konten ini viral telah mengatakan tidak bermaksud melecehkan dan berjanji untuk berhati-hati.

“Saya meminta maaf… dan berjanji untuk berhat-hati dan akan fokus pada video-video konten yang bersifat edukasi.”

Resti Seli

Suka fotografi, travelling, olahraga. Tergabung dalam komunitas Youth Coalition for Girls (YCG) Kota Kupang, bergerak dalam menyuarakan hak-hak anak dan perempuan
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!