Buku Diary Adalah Teman Buat Perempuan Biar Tak Sakit Mental

Tak hanya sebagai tempat menulis gagasan, buku harian atau buku diary adalah tempat sharing dan kontemplasi bagi perempuan setelah sibuk dengan persoalan setiap hari

Di masa pandemi, keterbatasan selalu menjadi kalimat yang tepat untuk kita semua. Tak bisa bertemu teman, bingung menuangkan gagasan, bercerita saja tak pernah cukup. Maka, menulislah, begitu kata salah satu teman saya.

Saat itulah saya kembali membuka buku harian atau buku diary. Menulis di buku harian bukan sesuatu yang baru, tapi bisa jadi aktivitas yang menyenangkan saat ini. Apa fungsi buku diary atau buku harian buatmu? Buat saya, buku diary adalah sesuatu yang sangat penting untuk menulis, membentuk,merupa, mencoret-coret peristiwa, gagasan pengalaman perempuan

Dari saya remaja, saya dan teman perempuan sering bertukar kertas melalui percakapan-percakapan ringan, disitulah saya pertamakali menulis diary, jadi diary adalah pencatat penting kehidupan saya.

Selama ini menulis di buku diary selalu melibatkan emosi saya yang paling kuat. Dari sini saya sadar bahwa diary bisa menjadi ruang kontemplasi perempuan atas pemikiran dan perasaannya.

Teman laki laki sekantor saya, Ridho Tarsius sedikit menambahkan gagasannya tentang buku diary. Ridho pernah bilang, buku diary pada masa lampau kehidupannya berfungsi untuk menuangkan ide-ide yang sulit ia utarakan. Dan pada masa sekarang ia tidak menulis lagi di buku diary, namun ia tetap punya pandangan yang sama bahwa diary bisa digunakan sebagai medium untuk menuangkan gagasan-gagasan spiritual

Kenapa buku diary menjadi sesuatu yang penting? karena disana saya seperti menemukan ketenangan, meditasi dan rasa percaya diri di balik hiruk pikuknya dunia. buku diary juga bisa dipakai sebagai medium visual kesenian untuk menggambar berbagai macam fragmen khas perempuan. Perempuan dengan segala persoalannya yang pelik dapat menjadikan buku diary sebagai medium untuk menjaga kesehatan mentalnya.

Fungsi buku diary kemudian menjadi teman dalam mencari gagasan, karena banyak sekali pemikiran perempuan yang berlalu lalang di kepala akan mudah diterapkan ketika buku diary itu diajak berdialog, membantu menyelesaikan bermacam-macam persoalan.

Sebagai contoh, perempuan selama ini dibiasakan untuk diam dan tidak boleh berpendapat, maka ia dapat merawat pendapatnya sebagai ilmu dalam buku diary, ia juga bisa menceritakan apapun bentuk kekerasan yang diterimanya lewat buku diary. Ada semacam kepercayaan diri ketika perempuan bisa menuliskan pengalamannya yang beraneka ragam dalam bentuk buku diary. Kesehatan mental bagi perempuan juga tak kalah penting, karena dengan berkembangnya zaman toleransi yang diperlihatkan semakin kabur, perempuan acapkali masih sering disalahkan hanya karena dia perempuan, bahkan untuk sekedar berbagi saja perempuan harus berpikir kembali apakah orang yang diajak berbagi bisa dipercaya atau tidak, apakah akan berpihak kepadanya atau tidak?, apakah akan menerima apa  yang dia sampaikan atau tidak atau malah justru ketika membagi segala persoalannya, perempuan cenderung disalahkan.

Disinilah fungsi buku diary berperan, ia akan jadi medium terpercaya buat perempuan untuk menumpahkan segala perasaan dan segala yang menjadikannya korban

Walau saya juga mendengar, kadang perempuan yang membiasakan diri menulis lewat buku diary sering dianggap sebagai orang yang kurang kerjaan, dan sering dianggap kegiatan semacam itu sering membuang-buang waktu. Padahal menulis adalah cara memulihkan, menyembuhkan dari segala macam trauma, Menulis juga bisa menjadi proyek distribusi pengetahuan.

Saya percaya, buku diary akan membantu kesehatan mental perempuan, kemudian semua peristiwa itu akan menjadi karya bagi perempuan yang dekat dengan kertas binder yang unik, dan corak berbagai macam buku dimana perempuan bisa berupaya untuk menyehatkan mentalnya.

(Foto/ ilustrasi: Pixabay)

Jessica Ayudya Lesmana

Penulis Waria Autodidak dan Kontributor Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!