Atasi Kesehatan Mental: Marshanda Berani Akui Bahwa Ia Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Menghadapi naik turunnya problem kesehatan mental, adalah hal yang sudah sering dialami artis, Marshanda. Afirmasi yang sering dia lakukan adalah: berbicara pada diri sendiri dan mengakui bahwa dia tidak sedang baik-baik saja.

Marshanda, artis sekaligus pegiat advokasi kesehatan mental, punya cara tersendiri untuk berhadapan dengan problem kesehatan mental yang ia alami.

Sebagai penyandang bipolar, ia bisa mengalami perubahan emosi yang drastis, maka yang ia lakukan yaitu, ia harus bisa berdamai dengan dirinya sendiri.  

“Aku melihat itu sebuah kejatuhan, tapi juga awal dari proses aku untuk bisa menguasai diri sendiri, hatiku, emosiku, kesehatan mental ku,” terang Marshanda pada forum diskusi kesehatan yang diselenggarakan Mayapada Hospital, 18 Agustus 2021 lalu.

Chaca atau Marshanda, telah berjuang hidup berdampingan dengan isu kesehatan mental sejak dia didiagnosa dengan bipolar disorder pada tahun 2009. Di kondisi perubahan emosi yang serba cepat, dia tidak ingin bipolar disorder menguasai dirinya. Namun sebaliknya, dia mesti bisa menguasai dirinya sendiri dan menjadi penentu akan kehidupannya. 

“Melalui hal-hal yang berat, dimana aku mengalami kecemasan, depresi tingkat stres yang tinggi, justru jadi bahan bakar, gimana nih caranya supaya nemu jalan keluarnya, supaya aku tetap bisa survive,” lanjutnya. 

Artis multitalenta yang pernah memenangkan The Most Brilliant Person pada ajang Asian Award 2004 ini, mengaku bahwa sejak pandemi, dirinya memang sangat terkuras kasih perhatian untuk kesehatan mental yang dia alami. Ruang geraknya pun, mau tak mau jadi lebih terbatas karena banyaknya distraksi serta kecemasan yang dia rasakan.  Stres dan kegelisahan pun meningkat, akibat harus berada di dalam rumah. 

“Dulu-dulu nih kita bisa alihkan dengan kerja dengan ketemu temen, jalan-jalan dan lain-lain, kalau sekarang kita gak punya pilihan kita harus hadapi itu.”

Belajar dari pengalaman selama ini, Chaca menyadari bahwa lari dari kecemasan diri sendiri, tak akan membuahkan hasil apapun. Makanya, dia memilih untuk menghadapinya dengan penuh kesadaran. Apa-apa yang bisa dikendalikan. Afirmasi yang seringkali dia lakukan adalah tidak apa-apa untuk sedang tidak baik-baik saja: tidak masalah merasa sedih, marah, cemas. Semuanya itu adalah proses yang manusiawi. 

“Jadi the master of our life is our self. Goal-nya itu,” terusnya menjelaskan.

Duta Lingkungan Hidup tahun 2006 itu melanjutkan, dia tak mengambil pusing jika ada orang-orang yang meremehkan ataupun meragukan pengalaman kesehatan mental yang dia alami. Sebab menurutnya, apa yang mereka lakukan itu justru menunjukkan dirinya sendiri. 

“Biasanya orang-orang yang melabeli orang lain baper, lebay, terlalu over dll, adalah orang-orang yang juga mengatakan itu ke dirinya sendiri,” tuturnya. 

Baginya, proses mengenali diri sendiri termasuk menerima perasaan yang datang dalam diri, memang tidak mudah. Butuh proses belajar dan latihan yang panjang. Tidak selalu berhasil bahkan. Namun, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Perjuangannya untuk berjuang dengan kesehatan mental adalah seolah melewati terowongan gelap, yang tidak tahu arah jalannya kemana. Maka, hanya bergantung kepada Tuhanlah segala kondisi akan baik. 

“Merasakan ketakutan, frustasi, kemarahan, tapi kalau kita willing, mau untuk melewati semua itu dan kita berserah, bukan pasrah, tapi kalau kita berserah, kita itu percaya kalau Allah menciptakan segala kondisi yang baik untuk kita,” terang Chaca.

Penting untuk dipahami pula, Chaca mengajak kalangan masyarakat untuk tidak memandang penyandang kesehatan mental sebagai aib. Pasalnya, ada banyak hal yang justru bisa dipetik dari pengalaman dan perjuangan sebagai manusia.

Usaha dan keinginan untuk menjadi sembuh harus lebih besar daripada keinginan untuk menyakiti diri sendiri. Maka katanya, perlu kita menghadapi masalah termasuk kesehatan mental dengan tenang.  Mengambil hikmahnya, agar bisa meningkatkan level kesadaran diri kita lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

Isu kesehatan mental kini semakin menjadi perhatian. Terlebih, di masa pandemi yang meningkatkan kecemasan akibat banyaknya ketidakpastian. Berbagai gerakan masyarakat hingga lembaga negara seperti Menteri Kesehatan pun, selama dua tahun terakhir juga turut gencar mempromosikan pentingnya upaya penanganan kesehatan mental. 

Meski demikian, persoalan penanganan isu kesehatan mental di Indonesia bukan berarti tak ada tantangan sama sekali.

Terbatasnya akses hingga kurang meratanya informasi soal kesehatan mental, menjadi kendala tersendiri. Belum lagi, beragam stigma dan tabu yang masih menggelayuti para penyandang isu kesehatan mental ini, menjadikan persoalan ini masih sulit dientaskan.

(Foto: Instagram Marshanda)

Cempaka Wangi

Reporter Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!