Ada Predator Seksual Di Balik Album BTS: Apa Yang Harus Dilakukan Fanbase?

Sebagai fans BTS, saya geram dengan dugaan kekerasan seksual yang dilakukan Bobby Chung. Saya juga geram dengan aktivitas di dunia musik ini, karena sayangnya, industri hiburan masih acuh pada fakta adanya kekerasan seksual

Sebagai seorang fans K-pop yang sudah cukup lama, saya tahu betul bagaimana rasanya dikecewakan oleh idola. Perasaan itu menghantam ketika kekecewaan ini terjadi ke tentu saja grup super popular yakni BTS.

Kabar comeback yang diikuti dengan sederet aktivitas terkini, sayangnya ada salah satu postingan rilisan lagu dengan nama produser yang membuat saya hampir tak berdaya. Sangat mengecewakan. Dialah Bobby Chung. Bobby Chung merupakan salah satu produser musik dari lagu berjudul “Filter” pada album antologi teranyar BTS, yakni Proof. Filter sendiri merupakan lagu solo milik Jimin.

Sebelumnya, Bobby Chung pernah berpartisipasi dalam lagu Love Maze di tahun 2018. Disamping itu, ia adalah gitaris dari duo grup Autumn Vacation. 

Dibalik itu semua, Bobby Chung secara resmi merupakan tersangka kasus perekaman video seksual tanpa consent dan dugaan adanya kekerasan seksual yang melibatkan dua korban, dimana salah satu korbannya yang merupakan mantan pacarnya mengakhiri hidup di tahun 2020. Kasus ini sudah berjalan dari tahun 2019 dan hingga saat ini terhitung dua kali persidangan telah berjalan.

Seperti sebuah kontradiksi, masih terngiang bagaimana character development yang saya lihat dari mulai bagaimana lirik BTS yang sangat seksis di War of Hormone, Joker, bahkan Boy with Luv dapat berubah dalam lagu 21 Century Girl, dimana BTS mengangkat tentang women empowernment. Semakin lega saat Kim Nan Joon atau RM, salah satu vokalis BTS, mengungkapkan tahun-tahun sebelumnya, ia banyak belajar soal feminisme serta mengakui betapa problematiknya lirik BTS yang pernah ia buat di masa lalu.

Puncaknya, pada pidato United Nation General Assembly tahun 2018, RM dengan tegas menyatakan “No matter who you are, where you are from, your skin color, your gender identity, just speak yourself,” Tentu saja hal itu berhasil membuat fans berkaca-kaca. BTS akhirnya dengan privilese yang begitu luar biasa mampu menggunakan ruang itu untuk mendorong orang lain percaya pada diri mereka.

Namun, melihat bagaimana kasus Bobby Chung ini menyeruak makin menyurutkan kepercayaan saya baik kepada para pelaku di industri serta industri hiburan Korea itu sendiri, khususnya dunia K-pop.

Masih Acuhnya Industri Hiburan terhadap Kekerasan Seksual

Menyusul masih dicantumkannya lagu Filter pada album “Proof” ditambah oleh gelombang kemarahan para ARMY (fans BTS) hingga penggemar K-pop yang lain. Banyak yang menuntut HYBE sebagai agensi serta BTS untuk melakukan sesuatu ataupun memberikan statement tentang apa yang dilakukan Bobby Chung tersebut. Langkah diam yang hingga artikel ini ditulis, membuat perkataan BTS atas apa yang telah mereka lakukan selama ini saya pertanyakan.

Diam bukan lagi emas. Keduanya seharusnya tahu sebesar apa pengaruh mereka untuk orang lain terutama ARMY.

Sebagai riset mini, saya mencari kata ‘Bobby Chung’ di media sosial Twitter, ironisnya mayoritas soal Bobby Chung ditulis dalam bahasa Jepang dan bahasa Korea. Fakta ini bisa menandakan belum meluasnya berita tentang Bobby Chung di berbagai negara.

Kasus lengkap Bobby Chung sendiri yang menjadi sumber, dibaca lewat portal Women News milik Korea Selatan dengan bahasa Korea dan The Korea Times yang berbahasa Inggris.

Dengan nama besar seperti BTS, tak mustahil rasanya bagi mereka untuk mengambil keputusan yang dapat melegakan penggemar serta menjadi bukti nyata bahwa tidak ada ruang untuk predator seksual sekalipun tersangka adalah teman sendiri. Tidak banyak boygroup yang dapat leluasa mengambil keputusan terutama jika mereka tak punya kekuatan nama serta fans. Berita Bobby Chung mungkin saja dapat terkubur rapat tertutup oleh euforia kegembiraan fans menyambut album Proof serta aktifitas solo para member BTS.

Selain Bobby Chung, kasus lain yang tak kalah harus menjadi perhatian adalah masih aktifnya karir Himchan eks-BAP di Jepang. Baru-baru ini poster tentang pengumuman penampilan pelaku kekerasan seksual itu tersiar di sosial media, usut punya usut itu adalah perform keduanya pasca menjadi tersangka. Himchan sudah menjalani persidangan dari tahun 2018 dengan kasus pelecehan seksual yang sebelumnya ia bantah lakukan.

Kita juga tidak bisa melupakan kasus Seungri yang hanya djatuhi hukuman 18 bulan pada pengadilan militer atas kekerasan seksual dan penipuan yang ia lakukan di club Burning Sun. Tak sedikit orang yang masih menganggap Seungri adalah korban dari elite politik. Keputusan Taeyang untuk menghapus ‘eksistensi’ Seungri dalam seri dokumenternya ‘White Night’ bagi saya adalah langkah yang baik. Walaupun dibaliknya, tidak ada yang tahu bagaimana kelangsungan hubungan mereka.

Tidak ada tempat aman lagi di industri hiburan Korea, bahkan dalam menyikapi hal ini para member SISTAR yang juga idol senior memberikan nasihat penting untuk para idol junior di acara variety show. Singkatnya mereka mewanti-wanti junior untuk berhati-hati dengan siapapun khususnya laki-laki dan jangan menganggap bahwa semua senior berbuat hal yang tulus.

Para idola perempuan juga tidak bisa lepas dari risiko molka atau kamera tersembunyi di setiap sudut tempat. Berita yang paling mengejutkan adalah, tersebarnya foto privat Nancy MOMOLAND yang didistribusikan oleh staff agensi MLD, agensi yang menaungi grup MOMOLAND sendiri.

Sebagai fans, kita tidak bisa melakukan perubahan yang ekstrim untuk mencegah hal-hal tersebut terjadi. Terutama bagi kita yang tak berasal dari Korea Selatan.

Untuk merespon kasus Bobby Chung, aksi pemboikotan album Proof secara mandiri juga dilakukan oleh para ARMY. Karya bisa dipisahkan dengan pembuatnya adalah mitos, secara langsung itulah buah pikiran, ide dan juga ‘anak’ dari sang seniman. Jika hanya itu yang dapat dilakukan agar tidak memperkaya pelaku kekerasan seksual, saya akan dengan senang hati melakukannya.

Saraswati N

Mahasiswi film dan fangirl yang bisa ditemui suaranya lewat podcast K-ulture! Masih bermimpi melihat Yoo Ah In dan Kim Tae Ri dalam satu proyek film
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!