Pentingnya Pengarah Adegan Intim Di Film: Agar Industri Film Aman Dari Kekerasan Seksual

Gerakan #MeToo berhasil membangun kesadaran dan melahirkan profesi intimacy coordinator atau pengarah adegan intim dalam film. Pengarah adegan intim ini tugasnya mengatur agar adegan intim di film tidak menimbulkan pelecehan seksual.

Claire Warden sudah lebih 20 tahun bekerja menjadi pengarah adegan intim alias intimacy coordinator.  Profesi ini bertugas untuk mengarahkan adegan intim di film agar tetap terlihat natural dan pemainnya tetap merasa nyaman, sekaligus tidak mengalami pelecehan seksual.

Awalnya, jasa Claire lebih banyak digunakan oleh para pemain di panggung teater. Namun sejak gerakan #MeToo atau gerakan melawan pelecehan seksual oleh sutradara, aktor maupun pelaku industri perfilman Hollywood viral pada Oktober 2017, jasa Claire makin sering digunakan oleh pekerja film Hollywood dan stasiun televisi.

Jika dibanding posisi lain di industri film, profesi intimacy coordinator ini tergolong baru. Namun demikian keberadaannya dirasa sangat penting dan semakin dibutuhkan. Saat ini tercatat setidaknya ada 60-80 orang yang menjalani profesi “intimacy coordinator’ seperti yang dilakukan Claire ini. Mereka bekerja untuk sejumlah rumah produksi dan stasiun televisi di kota-kota yang tersebar di AS.

“Banyak aktor yang punya pengalaman di mana batas kenyamanannya dilanggar, atau mengalami pelecehan terutama saat melakukan adegan intim atau hubungan seksual. Dan ini dialami semua jenis kelamin dan identitas gender,” terang Claire dalam wawancaranya dengan Voice of Amerika.

Gerakan #MeToo mulai viral ketika lebih dari 80 perempuan angkat bicara karena telah menjadi korban kekerasan seksual oleh Harvey Weinstein, seorang produser film terkenal asal Amerika Serikat. Para korban mempublikasikan tuduhan kekerasan seksual yang dialaminya di media sosial dengan menggunakan tagar #MeToo

Gerakan yang kemudian menyebar ke seluruh dunia ini membuahkan hasil, dengan dipenjaranya Weinstein selama 23 tahun. Fenomena ini kemudian dikenal dengan Weinstein effect, di mana kekerasan seksual yang dilakukan seorang yang begitu terkenal dan sangat berkuasa dengan uang yang dimilikinya dapat dibuka dan diproses secara hukum.

Sebelum era #MeToo, pengungkapan kasus pelecehan dan kekerasan seksual justru sering berakhir dengan terdepaknya sang korban. Sementara terduga pelaku bebas melenggang dan bahkan mengulangi perbuatannya tanpa sanksi apapun.

Gerakan #MeToo juga berhasil membangun kesadaran bahwa perbuatan tidak senonoh dalam bentuk apapun saat syuting, termasuk syuting adegan intim tidak bisa lagi diterima dan ditoleransi.

HBO menjadi jaringan televisi berbayar pertama yang mewajibkan semua acara yang menayangkan adegan intim di jaringannya menggunakan intimacy coordinator. Lantas pada 2020, Screen Actors Guild (SAG-AFTRA) merilis pedoman untuk intimacy coordinator. Setelah  berkonsultasi dengan organisasi produser dan sutradara, SAG kemudian menyusulkan panduan pelatihan dan pengawasan tentang intimacy coordinator.

Serikat yang beranggotakan 160.000 orang ini berpendapat bahwa intimacy coordinator harus digunakan untuk setiap adegan dewasa yang melibatkan ketelanjangan dan aktivitas seksual. Sejak itulah permintaan intimacy coordinator melonjak.

Rebbeca Fortune, salah seorang peserta pelatihan mengakui pentingnya pelatihan seperti yang dilakukan oleh Claire ini. Kepada Voice of Amerika/ VOA ia mengatakan, pelatihan ini membuka kesadaran baginya tentang otoritas tubuh. Untuk itu pelatihan ini perlu diperluas dan diberikan kepada pekerja film di semua lini produksi.

“Saya jauh-jauh datang untuk belajar soal ini, untuk kemudian menyebarkan pengetahuan yang saya dapatkan di daerah asal saya,” ujarnya.

Begini cara intimacy coordinator bekerja

Lantas apa yang diajarkan oleh seorang intimacy coordinator? Tugasnya adalah memberikan pelatihan bagi aktor dan kru nyaman saat syuting termasuk saat ada adegan dewasa sekaligus memberi pemahaman akan tanda-tanda non verbal yang menjadi pertanda ketidaknyamanan.

Pelatihan ini dimulai dari panduan dalam penulisan naskah/skenario, panduan dalam bersikap  hingga melatih aktor tentang otoritas tubuh mereka, sehingga mereka tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Dengan cara ini akan tercipta lingkungan kerja yang aman dan melindungi semua pekerja.

“Ketika suara aktor diperhatikan dan didengar suaranya, maka artis akan menjalankan perannya secara maksimal yang buntutnya akan dihasilkan karya film yang indah,” imbuh Claire.

Salah satu film yang menggunakan jasa intimacy coordinator adalah Bridgerton yang jika diperhatikan terlihat sangat spontan. Namun, seperti dilansir Bloomberg, dibutuhkan upaya ekstra untuk membuat adegan ini begitu smooth sekaligus tidak ada pelecehan dan eksploitasi di sana.

Dalam film yang disiarkan Netflix ini, intimacy coordinator tak hanya berdiskusi dengan sutradara dan aktor pemeran. Tapi dia juga berdiskusi panjang lebar dengan penata set, penata kamera, penata gaya hingga wardrobe agar para aktor pemeran bisa berakting dengan nyaman tapi tetap dihasilkan film yang bagus.

Sebelum syuting dilakukan, kemauan aktor didengarkan dengan seksama. Seperti bagian mana yang tidak boleh disentuh, bagian mana yang tidak boleh disorot kamera, serta kondisi seperti apa yang membuatnya tidak nyaman.

Jadi bisa dikatakan, keberadaan intimacy coordinator penting untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual di industri film dari sebelumnya menangani kekerasan seksual seperti yang terjadi sebelum era #MeToo.

Tak heran jika keberadaan intimacy coordinator mendapat sambutan positif dari sejumlah aktor. Aktris kawakan Emma Thompson misalnya, menyebut intimacy coordinator sebagai temuan fantastis di dunia film.  

Sedangkan Lizzy Talbot, intimacy coordinator yang bekerja untuk serial Bridgerton mengatakan gerakan #MeToo telah membuat perubahan besar di industri film.  

“Sikap terhadap kesehatan mental di industri ini telah berubah drastis. Untuk waktu yang lama, pekerja film hanya mengikuti apa yang terjadi di set, tetapi pekerja film akhirnya menyadari butuh adanya perubahan ke arah yang lebih baik,” Talbott sebagaimana dikutip Bloomberg.

Namun demikian, tetap ada pihak yang menentang keberadaan intimacy coordinator ini. Salah satunya adalah aktor Sean Bean yang menyebut intimacy coordinator justru akan membuang adegan yang spontan. Sesuatu yang baru memang jamak menuai pro kontra. Menanggapi hal ini, Claire mengatakan dibutuhkan kerja keras yang tanpa henti atau maraton untuk menyempurnakan cara kerja intimacy coordinator dalam upaya membangun industri film yang bebas dari pelecehan seksual.

Esti Utami

Selama 20 tahun bekerja sebagai jurnalis di sejumlah media nasional di Indonesia
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!